K11.1-Flu Burung 2014 - Mahasiswa
K11.1-Flu Burung 2014 - Mahasiswa
P(K)
Departemen Pulmonologi & I. Kedokteran
Respirasi FK USU
1
PENDAHULUAN
Virus Influenza menempati ranking pertama
untuk penyakit infeksi. Pada tahun 1918
1919 perkiraan sekitar 21 juta orang
meninggal terkena suatu pandemik
influenza.
3
EPIDEMIOLOGI
Pada abad ke 20 terdapat beberapa pandemi
influenza diantaranya 3 pandemi yang
menimbulkan angka korban yang tinggi, yaitu:
http://nmhm.washingtondc.museum/collections/archives/agalleries/1918flu/1918flu.html
FLU BURUNG / AVIAN INFLUENZA
PADA MANUSIA
8
SEJARAH FLU BURUNG PADA
MANUSIA
Tahun Tempat Subtipe Kasus
Meninggal
1997 Hong Kong H5N1 18 6
1999 Hong Kong H9N2 2 0
2003 Hong Kong H5N1 2 1
2003 Hong Kong H9N2 1 0
2003 Nederland H7N7 83 1
Azerbajain 3 0
Camboja 3 3
China 2 1
Mesir 11 5
Indonesia 9 9
Azerbajain 0 0
Camboja 7 6
China 2 0
Mesir 11 1
Indonesia 0 0
12
Virus influenza A ditemukan pada spesies
seperti manusia, itik, ayam, babi, ikan paus,
kuda dan anjing laut. Influenza B hanya ada
pada manusia sedangkan influenza C
menyebabkan penyakit yang lebih ringan
pada manusia dan babi dan jarang
menimbulkan wabah
13
MUTASI GEN VIRUS
H5N1 akan menyebabkan mutasi berubah
bentuk dan menjadi makin ganas.
H5N1 mempunyai antigenic shift yang
ditunjukkan dengan perubahan terus-
menerus komposisi antigen.
Sifat antigenic drift dimana beberapa subtipe
kemudian merger dan membentuk subtipe
baru yang mungkin lebih berbahaya
14
Virus ini ditularkan ke manusia dengan 2
cara yaitu kontaminasi langsung dari
lingkungan kepada burung yang terinfeksi
virus lalu ke manusia atau melalui perantara
babi.
15
KELOMPOK RISIKO TINGGI
Kontak erat (dalam jarak 1 meter), seperti
merawat , berbicara atau bersentuhan
dengan pasien suspek, probabel atau kasus
H5N1 yang sudah konfirm.
Mengkonsumsi produk unggas mentau atau
yang tidak di masak dengan sempurna di
wilayah yang terjangkit flu burung satu
bulan terakhir.
Memegang / menangani sampel (hewan
atau manusia) yang dicurigai mengandung
virus H5N1 dalam suatu lab atau tempat
lainnya
16
Lanjutan RISTI
Terpajan (misalnya memegang,
menyembelih, mencabuti bulu, memotong,
mempersiapkan untuk konsumsi) dengan
ternak ayam, unggas liar, bangkai unggas
itu dalam wilayah yang terjangkit flu
burung dalam bulan terakhir.
17
CARA PENULARAN
Penularan penyakit ini kepada manusia dapat melalui :
18
MASA INKUBASI
Masa inkubasi 1-3 hari
Masa infeksius pada manusia : 1 hari
sebelum sampai 3-5 hari sesudah
gejala timbul , gejala pada anak dapat
sampai 21 hari
19
DEFINISI KASUS
DEFINISI KASUS FLU BURUNG
1. Seseorang dalam investigasi
Dokter setempat untuk diinvestigasi infeksi H5N1.
Kegiatan surveilence.
2. KASUS SUSPEK
ISPA suhu > 38.00 C, batuk, sakit tenggorokan
dengan salah satu keadaan :
A. kontak dgn kasus konfirmasi flu burung dlm masa
penularan atau
B. Seminggu terakhir mengunjungi peternakan yang
terjangkit flu burung atau
C. Bekerja pada suatu lab yang memproses sampel
baik manusia atau hewan yang dicurigai flu burung
21
3. KASUS PROBABLE adalah kasus
suspek disertai dgn salah satu :
Bukti laboratorium terbatas mengarah ke
virus influenza A H5N1.
Dalam waktu singkat berlanjut menjadi
pneumonia / gagal pernafasan/meninggal
Terbukti tidak ada penyebab lain
22
4. KASUS KONFIRMASI adalah kasus
suspek disertai :
Kultur virus influenza H5N1 (+) atau
PCR influenza H5 (+) atau
Peningkatan titer antibodi H5 sebesar 4
kali
23
Bagaimana GEJALAnya ?
GEJALA KLINIS
Gejala sama dgn gejala flu pada
umumnya
Infeksi saluran napas akut
Gejala lain : pilek, sakit kepala, nyeri
otot, infeksi selaput mata, diare atau
gangguan saluran cerna.
Bila ditemukan gejala sesak menandai
terdapat kelainan saluran napas bawah
yang memungkinkan terjadi perburukan.
Jika telah terdapat kelainan saluran
napas bawah akan ditemukan ronki di
paru dan bila semakin berat frekuensi
pernapasan akan semakin cepat 25
PEMERIKSAAN PENUNJANG DIAGNOSTIK
a. Pemeriksaan Laboratorium
Pasien datang dengan gejala klinis seperti
diatas pemeriksaan darah rutin (Hb, leukosit,
Trombosit, Hitung jenis lekosit), spesimen serum,
aspirasi nasofaringeal, apus hidung dan tenggorok
untuk konfirmasi diagnostik.
28
c. Pemeriksaan Post Mortem
Pada pasien yang meninggal sebelum
diagnosis flu burung tertegakkan, dianjurkan
untuk mengambil sediaan post-mortem
dengan jalan biopsi pada mayat (necropsi),
spesimen dikirm untuk pemeriksaan patologi
anatomi dan PCR
29
DERAJAT PENYAKIT
Pasien yang telah dikonfirmasi sebagai kasus flu
burung dapat dikategorikan menjadi :
Derajat 1 : Pasien tanpa pneumonia
Derajat 2 : Pasien dengan pneumonia ringan
tanpa gagal napas
Derajat 3 : Pasien dengan pneumonia berat
dengan gagal napas.
Derajat 4 : Pasien dengan pneumonia berat
dan ARDS atau dengan kegagalan
organ ganda (multiple organ failure)
30
DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding disesuaikan dengan
tanda dan gejala yang ditemukan.
Penyakit dengan gejala hampir serupa yang
sering ditemukan antara lain :
Demam Dengue
Infeksi paru disebabkan virus lain, bakteri,
jamur.
Demam Typhoid
HIV dengan infeksi sekunder
TB paru
31
Pemeriksaan laboratorium yang dapat
dilakukan untuk menyingkirkan diagnosis
banding tergantung indikasi, antara lain
Dengeu Blot
Biakan sputum dahak, darah dan urin
Biakan salmonella, uji Widal untuk
menyingkirkan diagnosis demam typhoid
Pemeriksaan anti HIV
Pemeriksaan dahak mikroskopik Basil Tahan
Asam (BTA) dan biakan mikobakterium untuk
menyingkirkan TB paru
32
PENATALAKSANAAN UMUM
1. Pelayanan di Fasilitas Kesehatan non Rujukan
Flu burung
Pasien suspek flu burung langsung diberikan
Oseltamivir 2 x 75 mg (jika anak sesuai
dengan berat badan) lalu dirujuk ke RS
rujukan flu burung.
Untuk puskesmas terpencil , kriteria pemberian
oseltamivir dengan sistim scoring,
dimodifikasi dari hasil pertemuan workshop
Case management & pengembangan
laboratorium Regional avian influenza ,
Bandung 20 23 April 2006 34
SKOR 1 2
GEJALA
DEMAM < 38 0 C 38 0 C
RR N >N
JUMLAH
SKOR
35
Batasan Frekuensi napas :
< 2 bl = 60 x / mnt
2 bl - < 12 bl = 50 x/mnt
1 th - < 5 th = 40 x / mnt
5 th 12 th = 30 x/mnt
13 = 20 x /mnt
37
PROFILAKSIS MENGGUNAKAN
OSELTAMIVIR
Penggunaan oseltamivir sebelum
terpajanan tidak dianjurkan
Rekomendasi saat ini diberikan petugas
yang terpajan pada pasien yang
terkonfirmasi dengan jarak < 1 m tanpa
menggunakan APD.
Bagi mereka yang terpajan lebih dari 7 hari
yang lalu, profilaksis tidak dianjurkan
38
ANTIVIRAL
1. Pengobatan
Antiviral diberikan secepat mungkin (48 jam
pertama) :
Dewasa atau anak 13 thn Oseltamivir 2x75
mg per hari selama 5 hari
Anak 1thn dosis Oseltamivir 2 mg/kgBB, 2
kali sehari selama 5 hari.
Dosis oseltamivir dpt diberikan sesuai dgn BB:
>40 kg : 75 mg 2x/hr
>23 40 kg : 60 mg 2x/hr
>15 23 kg : 45 mg 2x/hr
15 kg : 30 mg 2x/hr
Pada percobaan binatang tidak ditemukan
efek teratogenik dan gangguan fertilitas pada
penggunaan oseltamivir. Wanita hamil safe. 39
41