Anda di halaman 1dari 41

Prof. dr. Luhur Soeroso, Sp.

P(K)
Departemen Pulmonologi & I. Kedokteran
Respirasi FK USU
1
PENDAHULUAN
Virus Influenza menempati ranking pertama
untuk penyakit infeksi. Pada tahun 1918
1919 perkiraan sekitar 21 juta orang
meninggal terkena suatu pandemik
influenza.

Influenza terbagi 3 berdasarkan typenya :A,B


dan C, virus famili Orthomyxoviridae dengan
rantai tunggal RNA.
EPIDEMIOLOGI

Wabah influenza global timbul karena


terjadinya suatu pandemi influenza pada
daerah tertentu yang menyebar keseluruh
dunia.

Pandemi influenza dapat menimbulkan


jenis virus influenza baru sehingga
menyulitkan dalam penanggulangannya.

3
EPIDEMIOLOGI
Pada abad ke 20 terdapat beberapa pandemi
influenza diantaranya 3 pandemi yang
menimbulkan angka korban yang tinggi, yaitu:

1. Spanish flu (H1N1) tahun 1918-1919 500.000


orang meninggal di Amerika Serikat dan 50 juta
orang meninggal di dunia.
2. Asian flu (H2N2) pada tahun 1957-1958 di Cina
menyebabkan sekitar 70.000 orang meninggal
di Amerika serikat.
3. Hongkong flu (H3N2) pada tahun 1968-1969
menyebabkan kematian lebih dari 34.000 orang
di Amerika serikat. 4
http://www.pbs.org/wgbh/amex/influenza/
NCP 1603 - Emergency hospital during
influenza epidemic, Camp Funston,
Kansas.

http://nmhm.washingtondc.museum/collections/archives/agalleries/1918flu/1918flu.html
FLU BURUNG / AVIAN INFLUENZA
PADA MANUSIA

Definisi umum : penyakit menular yang


disebabkan virus influenza yang
ditularkan oleh unggas
Influenza A (H5N1) adalah penyebab
wabah flu burung pada hewan di Hong
Kong, Cina, Vetnam, Thailand,
Indonesia, Korea, Jepang, Laos,
Kamboja kecuali Pakistan (H7N7)

8
SEJARAH FLU BURUNG PADA
MANUSIA
Tahun Tempat Subtipe Kasus
Meninggal
1997 Hong Kong H5N1 18 6
1999 Hong Kong H9N2 2 0
2003 Hong Kong H5N1 2 1
2003 Hong Kong H9N2 1 0
2003 Nederland H7N7 83 1

2004 Canada H7N3 2 0


2004 Egypt H10N7 2 0
FLU BURUNG PADA MANUSIA
(H5N1) 2012
NEGARA JUMLAH KASUS JUMLAH KEMATIAN

Azerbajain 3 0

Camboja 3 3

China 2 1

Mesir 11 5

Indonesia 9 9

Sumber WHO : 15 Februari 2013


10
FLU BURUNG PADA MANUSIA
(H5N1) 2013
NEGARA JUMLAH KASUS JUMLAH KEMATIAN

Azerbajain 0 0

Camboja 7 6

China 2 0

Mesir 11 1

Indonesia 0 0

Total Jumlah kasus Flu Burung di Indonesia : 192 Kasus


Total jumlah kasus kematian Flu Burung : 160 kasus
Sumber WHO : 15 Februari 2013
11
KARAKTERISITIK AVIAN
INFLUENZA
Virus influenza A merupakan penyebab
sebagian besar penyakit influenza dan
sumber semua pandemi, subtipe ini
mempunyai glikoprotein hemaglutinin
(HA) dan neuraminidase (NA) yang
merupakan viral envelope. 8

12
Virus influenza A ditemukan pada spesies
seperti manusia, itik, ayam, babi, ikan paus,
kuda dan anjing laut. Influenza B hanya ada
pada manusia sedangkan influenza C
menyebabkan penyakit yang lebih ringan
pada manusia dan babi dan jarang
menimbulkan wabah

13
MUTASI GEN VIRUS
H5N1 akan menyebabkan mutasi berubah
bentuk dan menjadi makin ganas.
H5N1 mempunyai antigenic shift yang
ditunjukkan dengan perubahan terus-
menerus komposisi antigen.
Sifat antigenic drift dimana beberapa subtipe
kemudian merger dan membentuk subtipe
baru yang mungkin lebih berbahaya

14
Virus ini ditularkan ke manusia dengan 2
cara yaitu kontaminasi langsung dari
lingkungan kepada burung yang terinfeksi
virus lalu ke manusia atau melalui perantara
babi.

Penularan diduga berasal dari kotoran


secara oral atau saluran pernapasan.
Penyakit ini menyerang manusia lewat
udara yang tercemar virus ini

15
KELOMPOK RISIKO TINGGI
Kontak erat (dalam jarak 1 meter), seperti
merawat , berbicara atau bersentuhan
dengan pasien suspek, probabel atau kasus
H5N1 yang sudah konfirm.
Mengkonsumsi produk unggas mentau atau
yang tidak di masak dengan sempurna di
wilayah yang terjangkit flu burung satu
bulan terakhir.
Memegang / menangani sampel (hewan
atau manusia) yang dicurigai mengandung
virus H5N1 dalam suatu lab atau tempat
lainnya
16
Lanjutan RISTI
Terpajan (misalnya memegang,
menyembelih, mencabuti bulu, memotong,
mempersiapkan untuk konsumsi) dengan
ternak ayam, unggas liar, bangkai unggas
itu dalam wilayah yang terjangkit flu
burung dalam bulan terakhir.

Kontak erat dengan binatang lain (selain


ternak unggas atau unggas liar), misalnya
kucing atau babi yang telah dikonfirmasi
terinfeksi H5N1.

17
CARA PENULARAN
Penularan penyakit ini kepada manusia dapat melalui :

1. Binatang : Kontak langsung dengan unggas atau


binatang lain yang sakit atau produk unggas yang
sakit.
2. Lingkungan : Udara atau peralatan yang tercemar
virus tersebut baik yang berasala dari tinja atau
sekret unggas yang terserang flu burung.
3. Manusia : Sangat terbatas dan tidak efisien
(ditemukannya beberapa kasus dalam kelompok/
cluster)
4. Makanan : Mengkonsumsi produk unggas mentah
atau yang tidak dimasak dengan sempurna di wilayah
yang terjangkit flu burung dalam satu bulan terakhir .

18
MASA INKUBASI
Masa inkubasi 1-3 hari
Masa infeksius pada manusia : 1 hari
sebelum sampai 3-5 hari sesudah
gejala timbul , gejala pada anak dapat
sampai 21 hari

19
DEFINISI KASUS
DEFINISI KASUS FLU BURUNG
1. Seseorang dalam investigasi
Dokter setempat untuk diinvestigasi infeksi H5N1.
Kegiatan surveilence.

2. KASUS SUSPEK
ISPA suhu > 38.00 C, batuk, sakit tenggorokan
dengan salah satu keadaan :
A. kontak dgn kasus konfirmasi flu burung dlm masa
penularan atau
B. Seminggu terakhir mengunjungi peternakan yang
terjangkit flu burung atau
C. Bekerja pada suatu lab yang memproses sampel
baik manusia atau hewan yang dicurigai flu burung
21
3. KASUS PROBABLE adalah kasus
suspek disertai dgn salah satu :
Bukti laboratorium terbatas mengarah ke
virus influenza A H5N1.
Dalam waktu singkat berlanjut menjadi
pneumonia / gagal pernafasan/meninggal
Terbukti tidak ada penyebab lain

22
4. KASUS KONFIRMASI adalah kasus
suspek disertai :
Kultur virus influenza H5N1 (+) atau
PCR influenza H5 (+) atau
Peningkatan titer antibodi H5 sebesar 4
kali

23
Bagaimana GEJALAnya ?
GEJALA KLINIS
Gejala sama dgn gejala flu pada
umumnya
Infeksi saluran napas akut
Gejala lain : pilek, sakit kepala, nyeri
otot, infeksi selaput mata, diare atau
gangguan saluran cerna.
Bila ditemukan gejala sesak menandai
terdapat kelainan saluran napas bawah
yang memungkinkan terjadi perburukan.
Jika telah terdapat kelainan saluran
napas bawah akan ditemukan ronki di
paru dan bila semakin berat frekuensi
pernapasan akan semakin cepat 25
PEMERIKSAAN PENUNJANG DIAGNOSTIK
a. Pemeriksaan Laboratorium
Pasien datang dengan gejala klinis seperti
diatas pemeriksaan darah rutin (Hb, leukosit,
Trombosit, Hitung jenis lekosit), spesimen serum,
aspirasi nasofaringeal, apus hidung dan tenggorok
untuk konfirmasi diagnostik.

Diagnosis flu burung dibuktikan dengan :


1. Uji RT-PCR
2. Biakan dan identifikasi virus influenza A
subtipe H5N1
3. Uji Serologi
26
- Pemeriksaan Hematologi :
Hemoglobin, Lekosit, trombosit, hitung jenis
lekosit, limfosit total. Umumnya ditemukan
lekopeni, limfositopenia dan trombositopenia

- Pemeriksaan Kimia Darah


Umumnya dijumpai peningkatan SGOT, SGPT,
ureum, kreatinin dan peningkatan klirens
kreatinin, sedangkan AGDA dapat normal
atau abnormal. Kelainan laboratorium
sesusuai dengan perjalanan penyakti dan
komplikasi yang ditemukann.
27
b. Pemeriksaan radiologik

Pemeriksaan foto toraks PA dan lateral


harus dilakukan pada setiap flu burung
Gambaran infiltrat menunjukkan bahwa
kasus ini adalah pneumonia
Pemeriksaan lain yang dianjurkan adalah
pemeriksaan CT scan untuk kasus dengan
gejala klinik flu burung tetapi hasil foto
toraks normal sebagai langkah diagnostik
dini.

28
c. Pemeriksaan Post Mortem
Pada pasien yang meninggal sebelum
diagnosis flu burung tertegakkan, dianjurkan
untuk mengambil sediaan post-mortem
dengan jalan biopsi pada mayat (necropsi),
spesimen dikirm untuk pemeriksaan patologi
anatomi dan PCR

29
DERAJAT PENYAKIT
Pasien yang telah dikonfirmasi sebagai kasus flu
burung dapat dikategorikan menjadi :
Derajat 1 : Pasien tanpa pneumonia
Derajat 2 : Pasien dengan pneumonia ringan
tanpa gagal napas
Derajat 3 : Pasien dengan pneumonia berat
dengan gagal napas.
Derajat 4 : Pasien dengan pneumonia berat
dan ARDS atau dengan kegagalan
organ ganda (multiple organ failure)
30
DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding disesuaikan dengan
tanda dan gejala yang ditemukan.
Penyakit dengan gejala hampir serupa yang
sering ditemukan antara lain :
Demam Dengue
Infeksi paru disebabkan virus lain, bakteri,
jamur.
Demam Typhoid
HIV dengan infeksi sekunder
TB paru
31
Pemeriksaan laboratorium yang dapat
dilakukan untuk menyingkirkan diagnosis
banding tergantung indikasi, antara lain
Dengeu Blot
Biakan sputum dahak, darah dan urin
Biakan salmonella, uji Widal untuk
menyingkirkan diagnosis demam typhoid
Pemeriksaan anti HIV
Pemeriksaan dahak mikroskopik Basil Tahan
Asam (BTA) dan biakan mikobakterium untuk
menyingkirkan TB paru

32
PENATALAKSANAAN UMUM
1. Pelayanan di Fasilitas Kesehatan non Rujukan
Flu burung
Pasien suspek flu burung langsung diberikan
Oseltamivir 2 x 75 mg (jika anak sesuai
dengan berat badan) lalu dirujuk ke RS
rujukan flu burung.
Untuk puskesmas terpencil , kriteria pemberian
oseltamivir dengan sistim scoring,
dimodifikasi dari hasil pertemuan workshop
Case management & pengembangan
laboratorium Regional avian influenza ,
Bandung 20 23 April 2006 34
SKOR 1 2
GEJALA

DEMAM < 38 0 C 38 0 C

RR N >N

RONKI TIDAK ADA ADA

LEUKOPENI TIDAK ADA ADA

KONTAK TIDAK ADA ADA

JUMLAH

SKOR

67 = Evaluasi ketat, apabial meningkat (>7) diberikan oseltamivir


>7 = diberi oseltamivir

35
Batasan Frekuensi napas :
< 2 bl = 60 x / mnt
2 bl - < 12 bl = 50 x/mnt
1 th - < 5 th = 40 x / mnt
5 th 12 th = 30 x/mnt
13 = 20 x /mnt

Pada fasilitas yang tidak ada pemeriksaan


leukosit maka pasien dianggap sebagai
leukopenia (skor = 2)
- Pasien ditangani sesuai dengan kewaspadaan
standar 36
2. Pelayanan di Rumah Sakit Rujukan Flu Burung
Pasien suspek H5N1, Probabel, dan Konfirmasi
dirawat di ruang isolasi.
Petugas triase memakai APD
Petugas memakai APD
Melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik
Pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan
penunjang
Penatalaksanaan di ruang rawat inap ,
diperhatikan KU, kesadaran, Tanda vital, Pulse
oxymetry, terapi oksigen dan terapi cairan, dll.

37
PROFILAKSIS MENGGUNAKAN
OSELTAMIVIR
Penggunaan oseltamivir sebelum
terpajanan tidak dianjurkan
Rekomendasi saat ini diberikan petugas
yang terpajan pada pasien yang
terkonfirmasi dengan jarak < 1 m tanpa
menggunakan APD.
Bagi mereka yang terpajan lebih dari 7 hari
yang lalu, profilaksis tidak dianjurkan

38
ANTIVIRAL
1. Pengobatan
Antiviral diberikan secepat mungkin (48 jam
pertama) :
Dewasa atau anak 13 thn Oseltamivir 2x75
mg per hari selama 5 hari
Anak 1thn dosis Oseltamivir 2 mg/kgBB, 2
kali sehari selama 5 hari.
Dosis oseltamivir dpt diberikan sesuai dgn BB:
>40 kg : 75 mg 2x/hr
>23 40 kg : 60 mg 2x/hr
>15 23 kg : 45 mg 2x/hr
15 kg : 30 mg 2x/hr
Pada percobaan binatang tidak ditemukan
efek teratogenik dan gangguan fertilitas pada
penggunaan oseltamivir. Wanita hamil safe. 39
41

Anda mungkin juga menyukai