Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN HOME VISITE

OLEH :
DINI FADILLA
H1A 008 043

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA


BAGIAN/SMF ILMU KESEHATAN JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI NTB
2014
IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien : M
Umur : 55 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku : Sasak
Pendidikan : Tidak Sekolah
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Status : Belum Menikah
Alamat : Lingkungan Nyangget, Kel.Selagalas
No. Telepon : 087865979257 (Tn.S, Sepupu Pasien,
Kepala Lingkungan Nyangget)
Tgl Home Visit : 06 Juli 2014
RIWAYAT PSIKIATRI
(Heteroanamnesis diperoleh dari Tn.S, Sepupu
Pasien, Kepala Lingkungan Nyangget)
Keluhan Utama :
Sering keluyuran
Riwayat Gangguan Sekarang
Pasien ditemukan dalam keadaan sendiri di rumahnya tidak
dalam keadaan diikat. Pasien tinggal di rumah bersama adik
kandungnya yang juga mengalami keluhan serupa dan
sering keluyuran. Pasien dikeluhkan oleh keluarga sering
pergi keluyuran setiap harinya sejak pagi dan baru kembali
pada malam hari. Hal ini dikeluhkan keluarga sejak 5 tahun
terakhir. Pasien sering masuk ke rumah para tetangga dan
meminta makan atau meminta barang yang apabila tidak
diberikan, pasien akan mengamuk. Pasien sering
mengamuk dengan cara mencaci maki, menunjuk-nunjuk,
hingga melempar barang disekitarnya, bila diganggu, diejek
atau bila tidak dipenuhi keinginannya. Hal ini membuat
keluarga sering ditegur tetangga agar segera membawa
pasien berobat. Sehingga membuat keluarga malu.
Keluhan lain pasien sering berbicara sendiri seolah olah
mendengar bisikan di telinganya. Hal ini yang kadang memicu
pasien mengamuk. Pasien juga sering mengambil barang
keluarganya yang dianggap barang bagus dan membawa barang
tersebut ke rumahnya. Keluarga menyadari keluhan gangguan jiwa
ini sejak pasien masih kecil.
Keluhan-keluhan ini semakin memberat sejak 5 tahun terakhir
semenjak ibu kandung pasien meninggal, bapak pasien sudah
meninggal terlebih dahulu 7 tahun lalu. Pasien semakin sering
mengamuk, tidak mengurus diri, tidak mau mandi, tidak mau
beribadah, tidak mau makan makanan yang dihidangkan
keluarganya dan semakin sering keluyuran. Ditambah lagi pasien
memiliki sebidang tanah sebelumnya yang diambil keponakan
pasien dengan alasan untuk di olah dan rumah disekitar pasien
semakin ramai oleh keluarganya sehingga membuat pasien
terganggu dan tidak nyaman berada di rumah. Selama ini pasien
tidak pernah dipasung, diikat, dikurung, diisolasi oleh keluarganya.
Pasien selalu dibiarkan berkeliaran karena tidak ada yang bisa
mengawasi pasien dan pasien pasti pulang kembali ke rumahnya.
Menurut keluarga, pasien masih bisa diajak
berkomunikasi apabila pasien sedang dalam keadaan
tenang. Pasien juga masih bisa mengenali anggota
keluarganya dan beberapa orang tetangga dekatnya.
Pasien juga masih mau makan dan minum tetapi jarang
makan di rumah, sementara itu untuk BAK dan BAB
dilakukan pasien di sembarang tempat dan pasien tidak
pernah mandi.
Pasien sebelumnya sudah pernah dibawa berobat ke RS
Jiwa Provinsi NTB. Keluarga yang mengantar tidak
mengeti masalah pasien dan berobat tidak diteruskan.
Pasien tetap seperti itu dan karena keluarga pasien
memiliki kendala waktu dan hubungan keluarga yang
tidak akrab membuat pasien ditelantarkan dan
dibiarkan sendiri di rumahnya. Selama ini, pasien tidak
pernah diobati oleh dukun (orang pintar). Tidak pernah
ada petugas Puskesmas yang datang berkunjung ke
rumah pasien.
Autoanamnesis
Pasien bersedia diajak berkomunikasi dengan pemeriksa. Pasien
mengatakan mengetahui bahwa dirinya dianggap memiliki
gangguan jiwa oleh keluarga dan tetangga. Pasien mengatakan
sering keluyuran karena merasa sepi bila berada di rumahnya
sendirian, selain itu pasien tidak menyukai kakak pasien yang
tinggal disebelah rumahnya karena merasa selalu dimarahi dan
dijahati. Pasien merasa lebih betah bila berada di sekitar rumah
tetangga dan di jembatan tempat biasa pasien berada karena rame,
pasien tidak suka sepi. Pasien ingat pernah dibawa ke Rumah Sakit
Jiwa dan mengatakan tidak betah karena disana hanya disuruh
makan dan tidur, tidak diberikan obat dan tidak disuntik serta tidak
rame seperti disekitar rumahnya. Pasien mengatakan sering
mendengar suara suara yang ribut di telinga seperti memarahinya,
sehingga kadang membuat pasien marah. Pasien senang bila
diberikan uang dan perhiasan mainan. Pasien selalu mengatakan
sudah mandi padahal belum.
Riwayat Gangguan Sebelumnya
Pasien tidak memiliki riwayat trauma kepala,
infeksi pada otak maupun kejang.
Riwayat penggunaan NAPZA (-), konsumsi
minuman beralkohol (-), dan riwayat merokok
(-).
Riwayat Kehidupan Pribadi
Riwayat prenatal dan perinatal
Pasien merupakan anak ketiga dari tujuh bersaudara. Keadaan selama
dikandungan atau keadaan ibu pasien selama hamil tidak diketahui karena
Ibu pasien sudah meninggal. Pasien lahir secara normal di dukun, namun
berat badan lahir tidak diketahui.
Masa kanak-kanak awal (1-3 tahun)
Pasien tidak mengalami keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan.
Riwayat sakit yang berat disangkal. Tidak pernah kejang.
Masa kanak-kanak pertengahan (3-11 tahun)
Pasien tidak bersekolah. Pasien mudah bergaul dengan teman-teman
seusianya. Ia merupakan seorang anak yang ceria, memiliki banyak teman,
dan senang bermain. Tetapi pasien sudah mulai suka berbicara sendiri saat
bermain atau membantu membersihkan rumah.
Masa kanak-kanak akhir (11-19 tahun)
Pasien melewati masa remajanya di rumah membantu pekerjaan sehari-
hari orang tuanya. Pasien juga sering keluyuran ke luar rumah tanpa
tujuan yang jelas.
Dewasa
Pasien tidak pernah menikah dan juga tidak memiliki anak.
Riwayat Keluarga
Terdapat keluarga yang memiliki riwayat
gangguan jiwa serupa dengan pasien yaitu dua
adik kandung pasien, satu meninggal. Keluhan
serupa dengan pasien.
Genogram Keluarga Pasien :

Psychotic Psychotic Psychotic


Disorders Disorders Disorders
Situasi Sosial Sekarang
Pasien tinggal di sebuah rumah ukuran 4x5 m2. Pasien
tinggal bersama adik kandungnya. Di rumah tersebut
terdapat 1 ruangan besar sebagai tempat tidur, tersedia 1
ranjang tempat tidur dan 1 buah kamar mandi. Pasien
makan-minum dan tidur di ruangan besar tersebut. Pasien
BAB dan BAK di kamar mandi sendiri.
Tempat tinggal pasien tersebut berada dalam 1 pekarangan
luas yang disekitarnya terdapat rumah keluarga keluarga
pasien.
Kebutuhan makan tidak selalu dipenuhi oleh keluarga,
karena pasien jarang di rumah.
Pasien masih dapat berhubungan dengan lingkungan
sekitar bila pasien dalam keadaan tenang.
IDENTIFIKASI KELUARGA PASIEN
Keluarga pasien merupakan keluarga
sederhana yang hidup sesuai masyarakat
Sasak pada umumnya. Keluarga pasien
termasuk keluarga terpandang. Orang tua
pasien memiliki beberapa tanah yang
diwariskan pada anak anaknya. Sepupu
pasien merupakan Kepala Lingkungan
Nyangget.
KEADAAN SOSIAL EKONOMI
Saat ini pasien tinggal bersama dengan adik
kandung pasien. Kebutuhan pasien tidak selalu
dipenuhi oleh keluarga. Pasien memiliki sebidang
sawah yang diolah oleh keponakannya dan
dikatakan hasil panen digunakan untuk
memenuhi kebutuhan pasien. Keluarga tersebut
termasuk sosial-ekonomi menengah ke bawah
dan berpendidikan rendah. Orang tua pasien
tidak sekolah namun mewariskan anak anaknya
sebidang tanah. Pasien dan saudara yang lain
juga tidak sekolah.
DESKRIPSI MASYARAKAT YANG BERADA DALAM
RADIUS 1 KM DARI DAERAH PASIEN TENTANG
PASIEN GANGGUAN JIWA
Di sekitar lingkungan tempat tinggal pasien terdapat juga warga
yang memiliki riwayat gangguan jiwa sekitar 4 orang dan
ketiganya merupakan keluarga pasien. Sehingga cukup menjadi
hal biasa bagi warga sekitar. Menurut anggota keluarga dan
tetangga pasien, orang-orang yang dianggap memiliki gangguan
jiwa, yaitu :
Berbicara sendiri dan tertawa sendiri.
Sering melamun atau marah-marah serta mengamuk tanpa sebab yang jelas.
Bertingkah seperti anak kecil walaupun usianya sudah dewasa
Sering keluyuran sendirian tanpa tujuan, terutama bila tanpa busana.
Suka mengganggu dan menyebabkan keresahan orang lain dan lingkungan.
Pendiam, suka menyendiri, dan berkhayal yang tidak sesuai dengan kenyataan.
Tidak mampu mengurus dirinya sendiri, seperti jarang mandi.
SIKAP KELUARGA TERHADAP ANGGOTA
KELUARGA YANG DISANGKA MENDERITA
GANGGUAN JIWA
Keluarga mengetahui bahwa pasien menderita gangguan
jiwa. Namun, keluarga tidak memiliki waktu dan keinginan
penuh untuk membantu pasien berobat, sehingga mereka
membiarkan saja pasien dalam keadaan seperti itu dan
tidak berupaya apapun. Saat ini, pasien tidak sedang dalam
pengobatan secara medis. Untuk kebutuhan pokok sehari-
hari pasien, keluarga tidak selalu memenuhinya, BAK dan
BAB pasien bisa lakukan sendiri. Keluarga cukup merasa
malu memiliki anggota keluarga dengan gangguan jiwa
namun mampu menerima karena bagi keluarga hal ini
merupakan jalan hidup dan takdir yang telah diberikan oleh
Tuhan Yang Maha Esa kepada keluarganya. Keluarga sudah
dapat menerima keadaan tersebut sejak lama.
TANGGAPAN KELUARGA TERHADAP PASIEN
YANG MENGALAMI GANGGUAN JIWA DAN
USAHA PENGOBATAN
Menurut keluarga, penderita yang mengalami
gangguan jiwa perlu mendapatkan
pengobatan. Pengobatan yang diberikan
secara medis perlu diberikan kepada pasien
sehingga keluarga merasa senang ketika
dikunjungi dan bersedia membantu dalam hal
kontrol dan memeriksakan diri dan
pengobatan pasien selanjutnya.
KENDALA DAN HAMBATAN YANG DIHADAPI KELUARGA TERKAIT
PENANGANAN ANGGOTA KELUARGA YANG DISANGKA
MENDERITA GANGGUAN JIWA
Kendala yang dihadapi keluarga, antara lain :
Pasien suka keluyuran dan melarikan diri sehingga keluarga
membiarkan begitu saja karen tidak tega untuk mengurung apalagi
mengikat pasien.
Pasien menolak untuk berobat karena merasa tidak betah saat
berada di RS.
Ketidak akraban antar keluarga yang membuat tidak sepenuhnya
menjaga dan membantu pasien dalam hal pengobatan.
Keluarga masih belum memahami benar bahwa pengobatan bagi
penderita gangguan jiwa seperti yang dialami pasien saat ini
membutuhkan proses yang lama dalam penyembuhannya sehingga
pengobatannya bukan dalam hitungan minggu saja. Namun pasien
harus tetap kontrol untuk melihat respon terhadap pengobatan
yang diberikan dan perkembangan pasien.
EDUKASI KEPADA KELUARGA
Pasien memiliki gangguan jiwa yang memerlukan
pengobatan secara rutin dan teratur, sehingga
membutuhkan dukungan dari keluarga
Keluarga diharapkan bersedia menjadi pengawas pasien
dalam minum obat dan mengantarkan pasien rutin
kontrol ke RS atau Puskesmas
Pasien memiliki gangguan jiwa yang membutuhkan
proses yang lama dalam penyembuhannya sehingga
pengobatannya bukan dalam hitungan hari atau minggu,
sehingga penting rutin kontrol untuk melihat respon
terhadap pengobatan yang diberikan dan perkembangan
pasien.
LAMPIRAN DOKUMENTASI PASIEN

Pasien M Pasien M Kondisi tempat tidur


Pasien M
Kondisi di teras rumah Pasien M

Kondisi di dalam rumah Pasien M

Anda mungkin juga menyukai