Anda di halaman 1dari 18

Peran Puskesmas dalam Pemberantasan dan

Penanggulangan Demam Berdarah Dengue


KELOMPOK F1 :
Zefanya Merryani 102012308
Tria Usma Putra 102013093
Jufenthia Ardelia Wairata 102013367
Philippe Christian 102013476
Vivian Chau 102014036
Karen Denisa 102014077
Florensia Merlin 102014141
Dwiki Widyanugraha 102014194
Skenario :
Pada akhir tahun berdasarkan evaluasi program pemberantasan penyakit DHF masih
didapatkan prevalensi DHF berkisar 18% dengan tingkat CFR 4%, rata-rata penderita
datang terlambat sehingga dirujuk ke rumah sakit. Berdasarkan pemantauan jentik,
didapatkan dari Angka Bebas Jentik (ABJ) adalah 60%. Kepala Puskesmas akan
melakukan revitalisasi program pemberantasam penyakit DHF dan ingin didapatkan
insidens yang serendah-rendahnya dan CFR 0%.
DHF
Penyakit Demam Berdarah Dengue
(DBD) atau Dengue Haemorrhagic
Fever (DHF) penyakit infeksi HOST
virus akut, disebabkan oleh virus
Dengue dan terutama menyerang
anak- anak
Ciri- ciri nya: demam tinggi Agent VEKTOR ENVIRONMENT
mendadak dengan manifestasi
perdarahan
Bertendensi menimbulkan shock
dan kematian.
Agent
virus dengue
DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4

Host
Manusia
HOST
Fase akut infeksi, setelah masa inkubasi 3-14
hari, berlangsung kira-kira 5-7 hari dan diikuti
dengan respon imun.

Agent VEKTOR ENVIRONMENT


Vektor
Aedes aegepty (di daerah perkotaan) dan Aedes
albopictus (di daerah pedesaan).
siklus gonotropik : 3-4 hari
Puncak aktivitas 09.00- 10.00 dan 16.00-17.00
Sayap dan badannya belang-belang atau bergaris-garis
putih.
Berkembang biak di air jernih yang tidak beralaskan tanah
Jarak terbang 100 m.
Lingkungan
Tempat penampungan air (TPA) untuk keperluan sehari-hari: drum,
tangki reservoir, tempayan, bak mandi/wc, dan ember.

Tempat penampungan air bukan untuk keperluan sehari-hari: tempat


minum burung, vas bunga, perangkap semut dan barang-barang bekas
(ban, kaleng, botol, plastik dan lain-lain).

Tempat penampungan air alamiah: lobang pohon, lobang batu,


pelepah daun, tempurung kelapa, pelepah pisang dan potongan
bambu
Epidemiologi
Di Indonesia kasus DBD pertama kali
terjadi di Surabaya pada tahun 1968.
Penyaki ini ditemukan di 200 kota di 27
provinsi dan telah terjadi KLB akibat DBD

kelompok tertinggi adalah usia 5-14


tahun 42% dan kelompok usia 15-44
tahun yang teserang sebanyak 37%.

CFR penyakit DBD mengalami penurunan


dari tahun ke tahun walaupun masih
tetap tinggi. Daerah yang perlu
diwaspadai adalah DKI Jakarta, Bali, dan
NTB.
Puskesmas Fungsi Puskesmas
Sebagai pusat pembangunan kesehatan
organisasi fungsional yang masyarakat di wilayah kerjanya.
menyelenggarakan upaya Membina peran serta masyarakat di
kesehatan yang bersifat wilayah kerjanya dalam rangka
menyeluruh, terpadu, merata, meningkatkan kemampuan untuk hidup
dapat diterima dan terjangkau sehat.
oleh masyarakat.
Memberikan pelayanan kesehatan secara
menyeluruh dan terpadu kepada
masyarakat wilayah kerjanya

Peran dokter puskesmas


Care provider
Decision maker
Communicator
Community Leader
Manager
Pelayanan Kesehatan Puskesmas
Upaya Kesehatan
Upaya Kesehatan Wajib Pengembangan

Program Upaya Kesehatan Sekolah.


Upaya Kesehatan Olah Raga.
pengobatan (kuratif
Upaya Perawatan Kesehatan
dan rehabilitatif) Masyarakat .
Upaya Kesehatan Kerja.
Promosi Kesehatan
Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut.
Pelayanan KIA dan Upaya Kesehatan Jiwa.
KB Upaya Kesehatan Mata.
Upaya Kesehatan Usia Lanjut .
Pencegahan dan
Upaya Pembinaan Pengobatan
Pengendalian Tradisional
Penyakit Menular
Kesehatan
SISTEM
Gabungan elemen yang dihubungkan oleh proses/struktur yang berfungsi untuk menghasilkan
sesuatu yang ditetapkan
Suatu kesatuan yang utuh dan terpadu dari pelbagai elemen yang berhubungan dan saling
mempengaruhi yang dengan sadar dipersiapkan untuk mencpai tujuan yang ditetapkan
Manajemen DBD oleh Puskesmas
Tujuan:
Menurunkan morbiditas dan mortalitas penyakit DBD.
Mencegah dan menanggulangi KLB.
Meningkatkan peran serta masyarakat (PSM) dalam
pemberantasan sarang nyamuk (PSN).

Sasaran:
Morbiditas di kecamatan endemik DBD < 2 per 10.000
penduduk.
CFR < 2,5%
Program Pokok
1. Surveilans epidemiologi
2. Pemberantasan vektor dan penanggulangan
KLB(fogging, PSN DBD, larvadisasi)
3. Tatalaksana klinis
4. Penyuluhan
5. Kemitraan
6. Peran serta masyarakat
7. Pelatihan
8. Penelitian dan pengembangan
penyelidikan
epidemiologis

Penemuan dan
Penyuluhan pertolongan
penderita

Penggerakan
Abatisasi selektif
pemberantasan
sarang nyamuk KEGIATAN atau larvadisasi
selektif
(PSN)

Pembentukan Fogging focus


kelompok kerja (FF)

Pemeriksaan
jentik berkala
(PJB)
Surveilans Vektor
Pengendalian Vektor
House Indeks (HI), yaitu persentase rumah yang Pengendalian Lingkungan
terjangkit larva dan atau pupa. Gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk
Container Indeks (CI), yaitu persentase container Fogging
yang terjangkit larva atau pupa.
Breteau Indeks (BI), yaitu jumlah container yang
positif per-100 rumah yang diperiksa.

PENCEGAHAN
PRIMER

PENCEGAHAN PENCEGAHAN
TERTIER SEKUNDER

sasaran utamanya:penderita penyakit DBD dalam usaha Penemuan, Pertolongan dan


mencegah bertambah beratnya penyakit tersebut atau mencegah Pelaporan Penderita.
terjadinya cacat

rehabilitasi fisik atau medis, rehabilitasi mental dan rehabilitasi


sosial.
Monitoring dan Evaluasi
Angka kepadatan jentik (HI) =
Monitoring dan evaluasi dilakukan dengan membuat mini lokakarya. Mini lokakarya ini

dilaksanakan dengan mempresentasikan semua hasil kegiatan Puskesmas. Monitoring
100%
dan evaluasi dapat dilakukan setiap bulan,

3 bulan
sekali, atau 6 bulan sekali. Evaluasi
bertujuan untuk membandingkan
Angka kesakitan hasil
DBD yang
1
= ada dengan indikator yang ingin dicapai
saat perencanaan.

100%

Angka kematian DBD1 =

100%

Evaluasi
Formative evaluation
Promotive evaluation
Summative evaluation
Problem Solving Cycle
1. Pahami dahulu program yang akan dinilai.
2. Tentukan macam dan ruang lingkup penilaian
yang akan dilakukan.
3. Susunlah rencana penilaian
Peranan Dokter dalam Puskesmas
Care provider Mampu menyediakan perawatan

Decision maker Mampu menjadi penentu keputusan

Mampu menjadi komunikator yang


Communicator baik
Mampu menjadi pemimpin dalam
Community Leader komunitas/masyarakat
Mampu dan bisa memiliki skill
Manager manajerial yang baik
Kesimpulan
Dalam penangan DHF ini, selain di butuhkan pengobatan juga dibutuhkan kerja sama dari
masyrakat dalam menjaga kebersihan lingkungan dan mengurangi perkembangbiakan
nyamuk.

Anda mungkin juga menyukai