Anda di halaman 1dari 16

Euthanasia adalah tindakan

mengakhiri hidup seseorang secara


tidak menyakitkan, tindakan tersebut
dapat dikatakan sebagai bantuan untuk
meringankan penderitaan dari individu
yang akan mengakhiri hidupnya. Dalam
bahasa Arab, Euthanasia dikenal
dengan istilah qatlar-rahma atau taysr
al-mawt.
Menurut istilah kedokteran,
euthanasia berarti tindakan untuk
meringankan kesakitan atau
penderitaan yang dialami seseorang
yang akan meninggal; juga berarti
mempercepat kematian seseorang
yang ada dalam kesakitan dan
penderitaan hebat menjelang
kematiannya. (Hasan, 1995: 145).
Euthanasia sukarela
Euthanasia non sukarela
Euthanasia tidak sukarela
Bantuan bunuh diri
Ini dilakukan oleh individu yang
secara sadar menginginkan kematian.
ini terjadi ketika individu tidak mampu
untuk menyetujui karena faktor umur,
ketidakmampuan fisik dan mental.
ini terjadi ketika pasien yang sedang
sekarat dapat ditanyakan persetujuan,
namun hal ini tidak dilakukan.
Kasus serupa dapat terjadi ketika
permintaan untuk melanjutkan
perawatan tetapi ditolak.
ini sering diklasifikasikan sebagai salah
satu bentuk euthanasia. Hal ini terjadi
ketika seorang individu diberikan
informasi dan wacana untuk membunuh
dirinya sendiri.
Euthanasia aktif
Euthanasia pasif
Kami akan membahas Euthanasia aktif
Euthanasia aktif menjabarkan kasus
ketika suatu tindakan dilakukan dengan
tujuan untuk menimbulkan kematian.
Contoh dari kasus euthanasia aktif ini
adalah memberikan suntik mati.
Esensi Euthanasia Aktif dan Kedudukannya
dalam Hukum Islam

Esensi daripada dilakukan euthanasia ini


adalah untuk meringankan penderitaan si
pasien.
Syariat Islam jelas mengharamkan
euthanasia aktif, karena termasuk dalam
kategori melakukan pembunuhan dengan
sengaja (al-qatl, al-amd), walaupun
niatnya baik, yaitu untuk meringankan
penderitaan pasien. Hukumnya tetap
haram walaupun atas permintaan pasien
sendiri atau keluarganya.
Konsep Euthanasia Aktif dalam Hukum
Islam
Al-Quran pada QS. Al-Anam ayat 151:











Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang
diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan
dengan sesuatu sebab yang benar.

Dari dalil di atas, jelaslah bahwa haram


hukumnya bagi dokter melakukan euthanasia aktif,
karena sengaja melakukan pembunuhan terhadap
pasien, sekalipun atas permintaan keluarga atau si
pasien.
Karena itu, apapun alasannya (termasuk
faktor kasihan kepada penderita), tindakan
euthanasia aktif tersebut jelas tidak dapat
diterima. Alasan ini hanya melihat aspek
lahiriah (empiris), padahal di balik itu ada
aspek-aspek lain yang tidak diketahui dan
terjangkau oleh manusia, yaitu
pengampunan dosa. Rasulullah saw.
bersabda:
Tidaklah suatu musibah menimpa
seseorang Muslim, kecuali Allah
menghapuskan dengan musibah itu
dosanya, hatta sekadar duri yang
menusuknya. (HR al-Bukhari dan Muslim).
Hadis di atas menunjukkan bolehnya
tidak berobat. Jika hadis ini
digabungkan dengan hadits pertama di
atas yang memerintahkan berobat
maka hadis terakhir ini menjadi indikasi
(qarnah), bahwa perintah berobat
adalah perintah sunnah, bukan perintah
wajib. Kesimpulannya, hukum berobat
adalah sunnah (mandb), bukan wajib
(Zallum, 1998: 69), termasuk dalam hal ini
memasang alat-alat bantu bagi pasien.
Sekian dan terima kasih
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Anda mungkin juga menyukai