Anda di halaman 1dari 34

UMN

James R. Samuel
09700254
Pokok bahasan
1. Susunan somatomotorik
2. perbedaan UMN LMN
3. Batasan UMN
4. Susunan Piramidal & Ekstrapiramidal
5. Kelainan Piramidal & Ekstrapiramidal
6. Ekstrapiramidal Syndrom (EPS)
Skema pembagian susunan somatomotorik (sistem motorik).
Gangguan fungsi UMN maupun LMN
menyebabkan kelumpuhan otot, tetapi sifat
kelumpuhan UMN berbeda dengan sifat
kelumpuhan LMN.
Upper Motor Neuron (UMN) adalah neuron-
neuron motorik yang berasal dari korteks
motorik serebri atau batang otak yang
seluruhnya dengan serat saraf-sarafnya ada di
dalam sistem saraf pusat.
Berdasarkan perbedaan anatomik dan
fisiologik kelompok UMN dibagi dalam:
susunan piramidal
susunan ekstrapiramidal.
Susunan piramidal
Susunan piramidal terdiri dari traktus
kortikospinal dan traktus kortikobulbar.
Traktus kortikobulbar fungsinya untuk
gerakan-gerakan otot kepala dan leher,
traktus kortikospinal fungsinya untuk gerakan-
gerakan otot tubuh dan anggota gerak.
Pada peralihan antara medulla oblongata dan
medulla spinalis (decusatio pyramidalis),
kira kira 85% dari serabut kortikospinal
membelok ke arah dorsolateral dan menyilang
garis tengah dan berakhir di interneuron yang
berada di sekitar inti motorik saraf
kontralateral
Kelompok serabut ini disebut traktus
kortikospinalis lateralis
Serabut kortikospinal yang tidak menyilang,
meneruskan perjalanannya di bagian medial
funikulus ventralis dan dinamakan traktus
kortikospinalis anterior
Susunan ekstrapiramidal
Kontrol dimulai di daerah korteks dan
menyampaikan informasi ke ganglia basalis
melalui COEPS (cortically originating
extrapyramidal system).
Informasi kemudian melewati caudatus,
putamen, globus pallidus II dan I, melewati
nukleus subtalamik, substansia nigra pada red
neuron dan akhirnya turun ke medulla spinalis
melalui traktus rubrospinalis.
Kelainan UMN
Secara umum gejala dari kelainan UMN dapat
berupa:
Spasitas
Kelemahan otot
Refkleks babinski positif
Peningkatan refleks tendon (hiperrefleks)
Kelainan UMN terdiri dari:
Kelainan traktus piramidal
Kelainan traktus ekstrapiramidal
Kelainan Traktus Piramidal
Manifes klinis dari lesi-lesi pada perjalanan
traktus piramidalis:
Lesi subkortikal
Lesi kapsula interna
Lesi pedunkulus
Lesi pons
Lesi piramid
Lesi servikal
Lesi torakal
Lesi kornu anterior
Lesi duksasio traktus piramidalis
Kelainan Traktus Ekstrapiramidal
Dikategorikan menjadi 2 kelompok:
Kelompok hiperkinesia
Kelompok pakinsonisme
Extrapiramidal Syndrome
Letak dari sistem ekstrapiramidal adalah
terutama di formatio reticulari dari pons dan
di medula spinalis yang mengatur refleks,
gerakan-gerakan yang kompleks, dan kontrol
postur tubuh
Etiologi EPS
Sindroma ekstrapiramidal terjadi akibat
pemberian obat antipsikotik yang
menyebabkan adanya gangguan
keseimbangan antara transmisi asetilkolin dan
dopamine pusat
Patofisiologi EPS
Umumnya semua neuroleptik menyebabkan
beberapa derajat disfungsi ekstrapiramidal
dikarenakan inhibisi transimisi dopaminergik
di ganglia basalis.
Beberapa neuroleptik (contoh haloperidol,
fluphenazine) merupaka inhibitor dopamine
ganglia basalis yang lebih poten, dan sebagai
akibatnya menyebabkan efek samping : EPS
Gejala klinis EPS
A. Akut
1. Parkinsonism yang diinduksi obat
2. Distonia
3. Akatisia

B. Kronik
1. Tardive dyskinesia
2. Tardive distonia
3. Tardive akatisia
4. Tardive tics
5. Tardive myoclonus
Parkinsonism yang diinduksi obat
Faktor risiko antipsikotik menginduksi
parkinsonism adalah peningkatan usia, dosis obat,
riwayat parkinsonism sebelumnya, dan kerusakan
ganglia basalis.
Manifestasi klinis yaitu gerakan spontan yang
menurun (bradikinesia), meningkatkan tonus otot
(muscular rigidity) dan resting tremor
Distonia
adalah kontraksi otot yang singkat atau lama,
biasanya
menyebabkan gerakan atau postur yang abnor
mal, termasuk krisis okulorigik, prostrusi lidah,
trismus, tortikolis, distonia laring-faring, dan
postur distonik pada anggota gerak dan batang
tubuh
Akatsia
Manifestasi klinis berupa perasaan subjektif
kegelisahan (restlessness) yang panjang, dengan
gerakan yang gelisah, umumnya kaki yang tidak
bisa tenang.
Penderita dengan akatisia berat tidak mampu
untuk duduk tenang, perasaannya menjadi cemas
atau iritabel
Tardive dyskinesia
Umumnya berupa gerakan involunter dari mulut,
lidah, batang tubuh, dan ekstremitas yang
abnormal dan konsisten.
Gerakan oral-facial meliputi mengecap-ngecap
bibir (lip smacking), menghisap (sucking), dan
mengerutkan bibir (puckering) atau seperti facial
grimacing.
. Tardive distonia
Gerakan distonik adalah lambat, berubah terus
menerus, dan involunter serta mempengaruhi
daerah tungkai dan lengan, batang tubuh, leher
(contoh torticolis, spasmodic disfonia) atau wajah
(contoh meiges syndrome).
Tardive akatisia
Mirip dengan bentuk akatisia akut tetapi berbeda
dalam respons terapi dengan menggunakan
antikolinergik.
Pada tardive akatisia pemberian antikolinergik
memperberat keluhan yang telah ada.
Tardive tics
Sindroma tics multiple, rentang dari motorik tic
ringan sampai kompleks dengan involuntary
vocazations (tardive gilles de la tourettes
syndrome).
Tardive myoclonus
Singkat, tidak stereotipik, umumnya otot rahang
tidak sinkron. Gangguan ini jarang dijumpai
Pemeriksaan diagnosis EPS
1. pemeriksaan fisik neurologis
2. Pemeriksaan laboratorium tergantung pada
tampilan klinis
Kontraksi otot yang terus menerus sering
menyebabkan perusakan otot yang terlihat dari
pningkatan potassium, asam urat, dan keratin kinase.
Perusakan otot juga menghasilkan myoglobin yang
diserap oleh ginjal, sehingga menyebabkan disfungsi
tubulus ginjal.
Dehidrasi memperburuk penyerapan ini. Pada
myoglobinuria, urin menjadi berwarna cokelat gelap
penyulit
Gangguan gerak yang dialami penderita akan
sangat mengganggu sehingga menurunkan
kualitas penderita dalam beraktivitas.
Pada distonia laring dapat menyebabkan
asfiksia dan kematian.
Gangguan gerak saat berjalan dapat
menyebabkan penderita terjatuh dan
mengalami fraktur.
Prognosis EPS
Prognosis pasien dengan sindrom
ekstrapiramidal yang akut masih baik bila
gejala langsung dikenali dan ditanggulangi.
Sedangkan prognosis pada EPS yang kronik
lebih buruk.
Pasien dengan tardive distonia sangat buruk.
Sekali terkena, kondisi ini biasanya menetap pada
pasien yang mendapat pengobatan neuroleptik
selama lebih dari 10 tahun.
penatalaksanaan
Antikolinergik merupakan terapi distonia akut
bentuk primer dan praterapi dengan salah
satu obat-obat ini biasanya mencegah
terjadinya penyakit.
Paduan obat yang umum meliputi benztropin
(Congentin) 0,5-2 mg 2xsehari sampai 3x sehari
atau triheksiphenidil (Artane) 2-5 mg
Pengobatan akatisia mungkin sangat sulit dan sering
kali memerlukan banyak eksperimen.
Agen yang paling umum dipakai adalah antikolinergik dan
amantadin (Symmetrel)

Pengobatan sindrom Parkinson terinduksi neuroleptik


terdiri atas agen antikolinergik
Levodopa yang dipakai pada pengobatan penyakit
Parkinson idiopatik umumnya tidak efektif akibat efek
sampingnya yang berat
Benzodiazepine dapat mengurangi pergerakan involunter
Komplikasi
Gangguan gerak yang dialami penderita akan
sangat mengganggu sehingga menurunkan
kualitas penderita dalam beraktivitas
gaangguan gerak saat berjalan dapat
menyebabkan penderita terjatuh dan
mengalami fraktur

Anda mungkin juga menyukai