Anda di halaman 1dari 22

Batubara di Indonesia

Di Indonesia batubara terbentuk pada zaman Tersier,


Dibedakan antara batubara Paleogen dan batubara
Neogen
batubara Paleogen batubara yang terbentuk pada
cekungan intramontain :
batubara Ombilin,
Bayah,
Kalimantan bagian Tenggara,
Sulawesi Selatan dlsb,

batubara Neogen yakni batubara yang terbentuk pada


cekungan foreland :
batubara Tanjung Enim di Delta dan
hampir semua endapan batubara di Kalimantan
Timur
Klasifikasi atau Rank
Istilah rank / peringkat dipakai untuk menyatakan tahap yang
telah dicapai oleh batubara dalam urutan proses
pembatubaraan.
Rank bukanlah suatu besaran yang dapat diukur tetapi
ditentukan berdasarkan beberapa factor .
Ada beberapa parameter yang dipakai untuk menentukan
rank batubara dan setiap parameter mempunyai ruang pakai
tersendiri dalam kaitannya dengan rank yang dicapai.
Hampir setiap Negara penghasil batubara dengan jumlah
yang besar memiliki istilah tersendiri untuk menyatakan rank-
nya.
Sebagai contoh diberikan rank batubara untuk
ASTM (American Society for Testing Material),
DIN (Jerman) dan
JIS (Jepang).
Klasifikasi Batubara berdasarkan JIS(Jepang)

Antrasit Fuel Ratio 4.0<


Bituminus 8.100 kcal/kg<
Sub-bituminus 7.300 ~ 8.100 kcal/kg
Lignbit 5.800 ~ 7.300 kcal/kg
Peat

* Nilai Kalori : dry ash free


base
Tabel 1.
Rank dan Klasifikasi batubara
menurut ASTM dan DIN dengan
Berbagai parameternya
(Teichmuller & Teichmuller, 1982
Kelas dan Jenis Batubara
Antrasit
Adalah kelas batubara tertinggi, dengan warna hitam berkilauan (luster) metalik,
mengandung antara 86%-98% unsur karbon (C) dengan kadar air kurang dari
8%.
Bituminus
Mengandung 68%-86% unsur karbon (C) dan berkadar air 8%-10% dari
beratnya. Kelas batubara yang paling banyak di Australia.
Sub-bituminus
Mengandung sedikit karbon dan banyak air, dan oleh karenanya menjadi
sumber panas yang kurang efisien dibandingkan dengan batubara jenis
bituminous.
Lignit
Batubara coklat (brown coal) adalah batubara yang sangat lunak yang
mengandung air 35%-75% dari beratnya.
Gambut
Berpori dan memiliki kadar air di atas 75%, serta nilai kalori yang paling rendah.
Proses Pembentukan Batubara /
Coalification
Tahap Diagenetik atau Biokimia;
Dimulai pada saat material terdeposisi hingga lignit
terbentuk.
Agen utama yang berperan dalam proses perubahan
ini adalah kadar air, tingkat oksidasi dan gangguan
biologis yang dapat menyebabkan proses
pembusukan (dekomposisi) dan kompaksi material
organic serta membentuk gambut.

Tahap Malihan atau Geokimia;


Meliputi proses perubahan dari lignit menjadi bituminous
dan akhirnya antrasit.
Lingkungan Pengendapan Batubara
Lingkungan pengendapan batubara dapat mengontrol
penyebaran lateral,
ketebalan,
komposisi, dan
kualitas batubara,

untuk pembentukan suatu endapan yang berarti diperlukan :


suatu susunan pengendapan dimana
terjadi produktifitas organic tinggi dan
penimbunan secara perlahan-lahan namun terus menerus
terjadi dalam kondisi reduksi tinggi dimana
terdapat sirkulasi air yang cepat sehingga oksigen tidak ada dan
zat organic dapat terawetkan.

Kondisi demikian dapat terjadi diantaranya di lingkungan


peralik (pantai) dan limnik (rawa-rawa).
(dataran pantai, lagunal, deltaic, atau juga fluviatil).
Diessel (1992) mengemukakan terdapat 6 (enam)
lingkungan pengendapan utama pembentuk
batubara (Tabel 2) yaitu :
gravelly braid plain,
sandy braid plain,
alluvial valley and
upper delta plain,
lower delta plain,
backbarrier strand plain, dan
estuary.
Tiap lingkungan pengendapan mempunyai
asosiasi dan menghasilkan karakter batubara yang
berbeda
Tabel 2. Lingkungan pengendapan pembentuk batubara
(Diessel, 1992)
Polimer Organik Penyusun Batubara
Lignin
Lignin merupakan suatu unsur yang memegang peranan penting
dalam merubah susunan sisa tumbuhan menjadi batubara.
Sementara ini susunan molekul umum dari lignin belum diketahui
dengan pasti, namun susunannya dapat diketahui dari lignin
yang terdapat pada berbagai macam jenis tanaman.
Sebagai contoh lignin yang terdapat pada rumput mempunyai
susunan p-koumaril alcohol yang kompleks.
Pada umumnya lignin merupakan polimer dari satu atau
beberapa jenis alcohol.
Hingga saat ini sangat sedikit bukti kuat yang mendukung teori
bahwa lignin merupakan unsur organic utama yang menyusun
batubara.
Polimer Organik Penyusun Batubara
Karbohidrat
Gula atau monosakarida merupakan alcohol polihirik yang
mengandung antara lima sampai delapan atom karbon.
Pada umumnya gula muncul sebagai kombinasi antara
gugus karbonil dengan hidroksil yang membentuk siklus
hemiketal.
Bentuk lainnya muncul sebagai disakarida, trisakarida,
ataupun polisakarida.
Jenis polisakarida inilah yang umumnya menyusun
batubara, karena dalam tumbuhan jenis ini yang paling
banyak mengandung polisakarida (khususnya selulosa)
yang kemudian terurai dan membentuk batubara.
Polimer Organik Penyusun Batubara
Protein
Protein merupakan bahan organic yang mengandung nitrogen
yang selalu hadir sebagai protoplasma dalam sel mahluk hidup.
Struktur dari protein pada umumnya adalah rantai asam amino
yang dihubungkan oleh rantai amida.
Protein pada tumbuhan umumnya muncul sebagai steroid, lilin.
Resin
Resin merupakan material yang muncul apabila tumbuhan
mengalami luka pada batangnya.
Tanin
Tanin umumnya banyak ditemukan pada tumbuhan, khususnya
pada bagian batangnya.
Polimer Organik Penyusun Batubara
Alkaloida
Alkoloida merupakan komponen organic penting terakhir yang
menyusun batubara.
Alkoloida sendiri terdiri dari molekul nitrogen dasar yang muncul
dalam bentuk rantai.

Porphirin
Porphirin merupakan komponen nitrogen yang berdasar atas system
pyrrole.
Porphirin biasanya terdiri atas suatu struktur nsiklik yang terdiri atas
empat empat cincin pyrrole yang tergabung dengan jembatan
methin.
Kandungan unsure porphirin dalam batubara ini telah diajukan
sebagai marker yang sangat penting untuk mendeterminasi
perkembangan dari proses coalifikasi
Polimer Organik Penyusun Batubara
Hidrokarbon
Unsur ini terdiri atas bisiklik alkali, hidrokarbon
terpentin, dan pigmen kartenoid.
Sebagai tambahan, munculnya turunan picene yang
mirip dengan system aromatic polinuklir dalam
ekstrak batubara dijadikan tanda inklusi material
sterane-type dalam pembentukan batubara.
Ini menandakan bahwa struktur rangka tetap utuh
selama proses pematangan, dan tidak adanya
perubahan serta penambahan struktur rangka yang
baru.
Polimer Organik Penyusun Batubara
Konsituen Tumbuhan yang Inorganik (Mineral)
Selain material organic, juga ditemukan adanya material
inorganic (mineral) yang menyusun batubara.
Secara umum mineral ini dapat dibagi menjadi dua jenis,
yaitu unsur mineral inheren dan unsur mineral eksternal.
Unsur mineral inheren adalah material inorganic yang
berasal dari tumbuhan yang menyusun bahan organic yang
terdapat dalam lapisan batubara.
Sedangkan unsur mineral eksternal merupakan unsur yang
dibawa dari luar ke dalam lapisan batubara, pada
umumnya jenis ini yang menyusun bagian inorganic dalam
sebuah lapisan batubara.
System Penamaan
(International Commission Coal Petrology = ICCP)

dibagi dalam tiga group satuan petrografi, yaitu


maceral,
microlithotypes dan
lithotypes.
System Penamaan
maceral
diperkenalkan oleh STOPES (1935) untuk mendesain unsur-unsur
pokok yang elementer secara mikroskopis dari batubara, dengan
analogi mineral batuan.
Perbedaan individual maceral digroupkan berdasarkan variasi sifat-
sifat petrografi.
Maceral batubara terbentuk dari organic, yang berbeda atau jaringan-
jaringan dari lempeng material utama pembentuk batubara pada saat
terjadinya tahap biokimia dari coalifikasi.
Semua maceral mempunyai akhiran inte.
Group maceral dibagi menjadi tiga bagian yaitu : Vitrinit, Liptinit dan
Inertinit menurut ICCP, tahun 1975 (lihat table 6 dan table 7).
Maceral group Liptinit (Exinit) dan maceral group Inertinit pada brown
coal dan hard coal mempunyai nama yang sama.
Korelasi group maceral Huminit pada brown coal dan Vitrinit pada hard
coal.
System Penamaan
(International Commission Coal Petrology = ICCP)
Microlithotypes
diajukan oleh SEYLER (1954).
Di dalam mikroskopis dari batubara keras, istilah ini
menjelaskan tipikal asosiasi maceral dimana lebar lapisan tepat
pada 50 microus.
Microlithotype memiliki akhiran ite.

lithotypes
diajukan oleh SEYLER (1954)
tujuan mendisain perbedaan lapisan yang dapat dikenali secara
mikroskopis dari batubara humic.
Lapisan-lapisan ini dijelaskan oleh STOPES (1919) sebagai
empat bahan yang terlihat dalam lapisan batubara bituminous.
Tabel 3.
Klasifikasi Maceral pada
Brown Coal (ICCP, 1975)
Tabel 4.
Kalsifikasi Maceral
pada Hard Coal
(ICCP, 1975)
Gambar 6. Perbandingan Tiga Group Maceral
Tipe Endapan Batubara Indonesia
Tipe Endapan Batubara Ombilin
Tipe Endapan Batubara Sumatra Selatan
Tipe Endapan Batubara Kalimantan Timur
Tipe Endapan Batubara Bengkulu

Anda mungkin juga menyukai