Anda di halaman 1dari 7

Siklus Trofodinamik

Di Sungai

Lina Aprilia 230110140087


Yunia Qonitatin 230110140106
Mandala Eka Putra 230110140113
Achmad Raffi Ukasyah 230110140116
Gilang Fajar R 230110140127
Deliani D. Freskya 230110140133
Sungai
KUALITAS AIR
Kedalaman sungai
Menurut Sandy (1985), kedalaman sungai sangat tergantung dari jumlah air yang tertampung pada
alur sungai yang diukur dari penampang dasar sungai sampai ke permukaan air. Level rataan dasar sungai
pengukurannya dirata-ratakan minimal dari tiga titik yang berbeda yaitu di bagian tengah dan kanan kirinya.
Debit sungai
Debit sungai adalah besaran volume air yang mengalir per satuan waktu. Volume air dihitung
berdasarkan luas penampang dikalikan dengan tinggi air. Sumber air sungai terbesar berasal dari curah hujan, di
bagian hulu umumnya curah hujannya lebih tinggi, dibanding di daerah tengah dan hilir. Sumber lainnya berasal
dari aliran bawah tanah, yang dibedakan menjadi air sub surface runof, mata air dan air bawah tanah (base
flow). Pada musim penghujan, aliran bawah tanah bersumber dari air hujan., yang masuk melalui peristiwa
infiltrasi _ perkolasi. Air perkolasi menuju ke lapisan air tanah dalam (ground water), namun sering ada yang
keluar kesamping (sub-surface runof). Air aliransamping ini sering keluar pada waktu musim hujan dan atau
musim kemarau, yang berbeda dengan aliran bawah tanah yang akan keluar pada waktu musim kemarau.
Suhu air
Secara umum, temperatur air sungai secara horizontal dipengaruhi oleh ketinggian tempat (elevasi).
Sandy (1985), mengemukakan bahwa di daerah-daerah hulu air sungai relatif dingin, sedangkan di bagian
tengah dan hilir semakin tinggi suhunya. Akan tetapi Cole (1979), menyatakan bahwa selain pemanasan
bersumber dari matahari, suhu air sungai juga sering bersumber dari batuan kapur dan atau panas bumi. Tinggi
rendahnya temperatur air sungai, akan berpengaruh terhadap kehidupan (biota) perairan sungai.
Lanjutan..
Salinitas
Salinitas air sungai, di bagian hulu dan tengah hampir jarang
dipengaruhi oleh salinitas, berbeda dengan di daerah hilir. Tingginya salinitas
air sungai di daerah hilir, disebabkan oleh pengaruh pasang surut air laut.
Namun demikian Lebeck (1939), menyatakan bahwa salinitas air baik di
bagian hulu, tengah dan hilir selain dipengaruhi oleh pengaruh air laut, juga
dipengaruhi oleh kandungan unsur hara yang bersifat basa.
Padatan Tersuspensi
Muatan padatan tersuspensi dan kekeruhan, menurut Sandy (1985)
sangat dipengaruhi oleh musim. Pada cwaktu musim penghujan kadungan
lumpur relatif lebih tinggi karena besaran laju erosi yang terjadi; sedangkan
pada musim kemarau tingkat kekeruhan air sungai dipengaruhi oleh laju
aliran air yang terbatas menoreh hasil-hasil endapan sungai.
Trofodinamik
Menurut Ivlev (1961) trofodinamik adalah ilmu yang mempelajari
pembentukan biomassa dan terkait erat dengan ilmu ekologi trofik atau
ilmu yang mempelajari proses makan.
Dalam trofodinamik dipelajari juga hubungan makan memakan antar
tingkat trofik yang berbeda yaitu antara mangsa dengan predator dan
pembentukan jaring-jaring makanan dalam suatu ekosistem.
Pada kajian trofodinamik ada dua hal penting yang menjadi kunci utama
kajian yaitu intensitas makan dan pemilihan makanan.
Intensitas makan menentukan besarnya tingkat pemanfaatan sumber daya
makanan oleh organisme pemangsa selama interval waktu tertentu. Nilai
intensitas makan ditentukan oleh berbagai faktor seperti konsentrasi
sumber daya makanan, distribusi makanan serta struktur populasi dan
struktur komunitas dari organisme predator.
Siklus Trofodinamik di
Sungai
Tingkat Trofik di Sungai
Setiap tingkat trofik merupakan kumpulan berbagai organisme dengan
sumber makanan tertentu. Tingkat trofik pertama adalah kelompok
organisme autotrop yang disebut produsen.
Organisme autotrof adalah organisme yang dapat membuat bahan
organik sendiri dari bahan anorganik dengan bantuan sumber energi.
Bila dapat menggunakan energi cahaya seperti cahaya, matahari
disebut fotoautotrof, contohnya tumbuhan hijau dan fitoplankton.
Apabila menggunakan bantuan energi dari reaksi-reaksi kimia disebut
kemoautotrop, misalnya, bakteri sulfur, bakteri nitrit, dan bakteri nitrat.
Lanjutan..
Menurut Nontji (2008), dilihat dari urutan tingkat trofiknya (Throphic
Level), maka :
fitoplankton sebagai produsen primer dianggap sebagai tingkat trofik
I,
zooplankton pemakan herbivor pemakan fitoplankton sebagai
tingkat trofik II,
karnivor pemakan herbivor sebagai tingkat trofik III, dan
seterusnya.
Pada umumnya, dari trofik tingkat rendah menuju tingkat yang lebih
tinggi, ukuran biotanya semakin membesar tetapi biomassa pada
trofik itu semakin mengecil.
Pada trofik level ke tiga diduduki oleh ikan karnivor atau pemakan
herbivor. Ikan ini mendapatkan suplai energi makanan dari
zooplankton dan ikan herbivor yang ukurannya lebih kecil.

Anda mungkin juga menyukai