Anda di halaman 1dari 7

Manajemen Teknik

Rara Anindia Putri


2015-71-045
BAB IX
PENGGUNAAN TANAH
Pasal 30
4. Lebih lanjut mengenai perhitungan kompensasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
5. Dalam hal tanah yang digunakan pemegang izin usaha penyediaan tenaga
listrik terdapat bagian-bagian tanah yang dikuasai oleh pemegang hak
atas tanah atau pemakai tanah negara, sebelum memulai kegiatan,
pemegang izin usaha penyediaan tenaga listrik wajib menyelesaikan
masalah tanah tersebut sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang pertanahan.
6. Dalam hal tanah yang digunakan pemegang izin usaha penyediaan tenaga
listrik terdapat tanah ulayat, penyelesaiannya dilakukan berdasarkan
peraturan perundang-undangan di bidang pertanahan dengan
memperhatikan ketentuan hukum adat setempat.
Hak Ulayat merupakan serangkaian wewenang dan kewajiban suatu
masyarakat hukum adat, yang berhubungan dengan tanah yang terletak dalam
lingkungan wilayahnya, yang sebagai telah diuraikan di atas merupakan
pendukung utama penghidup dan kehidupan masyarakat yang bersangkutan
sepanjang masa. Sebagaimana telah kita ketahui, wewenang dan kewajiban
tersebut ada yang termasuk bidang hukum perdata. yaitu yang berhubungan
dengan hak bersama kepunyaan atas tanah tersebut.
Hak ulayat tersebut berisi wewenang untuk:
Mengatur dan menyelenggarakan penggunaan tanah (untuk permukiman,
bercocok tanam, dan lain-lain), persediaan (pembuatan permukimanTahun
persawahan baru dan lain-lain), dan pemeliharaan tanah;
Mengatur dan menentukan hubungan hukum antara orang dengan tanah
(memberikan hak tertentu pada subyek tertentu);
Mengatur dan menetapkan hubungan hukum antara orang-orang dan
perbuatan perbuatan hukum yang berkenaan dengan tanah (jual-beli,
warisan, dan lain-lain).
BAB IX
PENGGUNAAN TANAH

Pasal 31
Kewajiban untuk memberi ganti rugi hak atas tanah atau kompensasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1) tidak berlaku terhadap setiap orang yang sengaja
mendirikan bangunan, menanam tanaman, lain-lain di atas tanah yang sudah
memiliki izin lokasi untuk usaha penyediaan tenaga listrik dan sudah diberikan
ganti rugi hak atas tanah atau kompensasi.

Pasal 32
1. Penetapan dan tata cara pembayaran ganti rugi hak atas tanah atau
kompensasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 dilakukan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. Ganti rugi hak atas tanah atau kompensasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 30 dibebankan kepada pemegang izin penyediaan tenaga listrik.
Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 jo 65 Tahun 2006 menegaskan bahwa
Dasar perhitungan besarnya ganti rugi (atas nilai tanah) didasarkan atas Nilai
Jual Obyek Pajak (NJOP) atau nilai nyata/sebenarnya dengan memperhatikan
Nilai Jual Obyek Pajak tahun berjalan berdasarkan penilaian Lembaga/Tim
Penilai Harga Tanah yang ditunjuk oleh panitia
Namun demikian saat ini sudah diatur lebih lanjut pada Peraturan Kepala
Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 2007 bahwa untuk menentukan
nilai nyata/sebenarnya dapat berpedoman pada variabel-variabel seperti
lokasi dan letak tanah, status tanah, peruntukan tanah, kesesuai penggunaan
tanah dengan rencana tata ruang wilayah atau perencaan ruang wilayah atau
kota yang telah ada
Jika kita kaitkan variabel untuk menentukan nilai nyata/sebenarnya tersebut
dengan teori yang ada, maka dapat disetarakan bahwa yang dimaksud dengan
nilai nyata/sebenarnya adalah nilai pasar.
BAB X
HARGA JUAL,SEWA JARINGAN DAN ANTARIF TENAGA LISTRIK
Bagian Kesatu
Harga Jual Tenaga Listrik dan Sewa Jaringan Tenaga Listrik
Pasal 33
1. Harga jual tenaga listrik dan sewa jaringan tenaga listrik ditetapkan
berdasarkan prinsip usaha yang sehat.
2. Pemerintah atau pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya
memberikan persetujuan atas harga jual tenaga listrik dan sewa jaringan tenaga
listrik.
3. Pemegang izin usaha penyediaan tenaga listrik dilarang menerapkan harga
jual tenaga listrik dan sewa jaringan tenaga listrik tanpa persetujuan
Pemerintah atau pemerintah daerah.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai