Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN KASUS

Traumatic Ocular Neuropathy

Fitra Hayati

Pembimbing :
Dr. Lia Meuthia Zaini, Sp. M

BAGIAN/ SMF ILMU KESEHATAN MATA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
RSUD dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH
2017
PENDAHULUAN
Kehilangan kemampuan penglihatan, defisit lapangan pandang dan adanya
defek pupil aferen akibat trauma disebut sebagai Traumatic Optic
1 Neropathy (TON)

Penyebab TON tersering adalah kecelakaan kendaraan bermotor dan


sepeda, diikuti oleh jatuh , tindak kekerasan benturan di kepala, luka tusuk,
2 luka tembak dan pembedahan sinus dengan menggunakan endoskopi
Laki : perempuan => 4 :1 ( dengan usia rata-rata 20-40 tahun)

Kehilangan penglihatan pada TON dapat sangat bervariasi dapat terjadi


secara mendadak maupun terjadi secara berangsur-angsur, sekitar 50%
3
3 pasien dengan TON hanya mampu mebedakan presepsi cahaya atau tidak
sama sekali, TON merupakan salah satu penyebab kebutaan yang
pemanen
PENDAHULUAN
Secara nasionaltrauma okuli
dimasukkan ke dalam
penyebab kebutaan lain-lain
sebesar 0,15 % dari jumlah
total kebutaan nasional yang
berkisar 1,5 %. Trauma okuli
juga bukan merupakan 10
besar penyakit mata yang
menyebabkan kebutaan
karena dapat dicegah

Insidensi trauma optik tidak langsung


Di Amerika Serikat, 0,5 5% kasus trauma di benua Eropa dilaporkan 0,7 5%
kepala tertutup juga disertai dengan dengan kasus kurang dari 40 kejadian
adanya trauma optik neuropati dan 2.5%
dari pasien dengan fraktur midfacial

3
Tinjauan Pustaka

4
Anatomi Bola Mata

5
Anatomi Saraf Optik

1. regio
intraokular
2. regio
intraorbita
3. regio
intrakanalikular
4. regio
intrakranial
Visual Pathaway
DEFINISI DAN KLASIFIKASI
Traumatic optic neuropathy (TON) adalah cedera akut
pada saraf optik akibat trauma sehingga menyebabkan
hilangnya kemampuan penglihatan bersamaan dengan
defisit lapangan pandang, persepsi warna, dan disertai
kerusakan saraf optik

Berdasarkan mekanisme trauma:


1. Cedera langsung
2. Cedera tidak langsung

8
Klasifikasi

1
Etiologi
Pada sebuah penelitian didapatkan :
1. Kecelakaan berkendara (71,4 %)
2. Perkelahian tindak keerasan dan benturan
dikepala (17,9 %)
3. Terjatuh (10, 7 %)
4. Lain-lain:
Luka tusuk
Luka tembak
Pembedahan sinus
Cedera deselerasi yang
disertai dengan gaya
yang besar => trauma
pada wajah atau kepala

10
Patogenesis
PRIMER

Kerusakan
langsung saraf
optik=> kontusio

Edema lokal iskemik

11
Patogenesis

SEKUNDER

1. Cedera reperfusi => iskemik 2. Trauma =>Bradikinin=>


transient=> peroksidasi lipid=> asam arakidonat=>
radikal bebas=> kerusakan prostaglandin, radikal bebas,
jaringan peroksidasi lipid=> edema
n.optik

Iskemik saraf optik=> ion


kalsium masuk intrasel =>
toksik metabolik dan
kematian sel

Proses inflamasi:
1
PENEGAKAN DIAGNOSA

Anamnesis

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Penunjang

13
Manifestasi Klinis

Anamnesis :
Penegakan diagnosis dari trauma
optik neuropati didasarkan atas
adanya riwayat trauma
Penurunan visus yang mendadak
atau pun perlahan
Defisit lapang pandang
telaah riwayat kelainan mata
Pemeriksaan fisik :
sebelumnya
1. Visus
Riwayat penggunaan obat-obatan
2. Pemeriksaan segmen anterior
3. Persepsi warna
4. Lapang pandang
5. Pemeriksaan segen posterior

14
Pemeriksaan fisik
Visus ( dapat bervariasi, bahkan
bisa 1/~ atau 0
pemeriksaan segmen anterior

Pemeriksaan segmen posterior

Persepsi warna

15
Pemeriksaan fisik

pemeriksaan pupil

Lapang pandang

16
Pemeriksaan Penunjang
Perimetri

Penilaian diskus optikus

Ultrasonografi

17
Pemeriksaan Penunjang

Tonometri Sciotz

CT Scan/ MRI

18
Tatalaksana

Medikamentosa Operatif

Dekompresi orbita berupa:


kraniotomi trans nasalis,
High dose steroid
extra-nasal trans-ethmoidalis,
Metilprednisolon 30 mg/KgBB (
loading dose) trans-nasal trans-ethmoidalis,
Dilanjutkan 5.4 mg/KgBB/jam lateral fasial,
dalam 48 jam sublabial,
endoskopi

19
Tatalaksana

1
Prognosis

Quo ad vitam umumnya bonam, sedangkan quo ad fungsionam


dan sanationamnya dubia ad malam, tergantung dari ada tidaknya
penyakit penyerta serta pengobatan lanjutannya.

Berdasarkan studi, ada 4 variabel yang dianggap sebagai faktor


prognosis yang buruk untuk perbaikan fungsi visual, antara lain :
1. Adanya darah dalam rongga ethmoid posterior
2. Usia diatas 40 tahun
3. Kehilangan kesadaran diikuti dengan TON
4. Tidak adanya perbaikan setelah 48 jam pemberian terapi
steroid.

21
Identitas Pasien
Nama : Tn. BP
Usia : 24 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : TNI
Alamat : Punie Aceh Besar
Agama : Islam
No. CM : 1-00-43-09
Tanggal Pemerikasaan : 06 September 2017

22
ANAMNESIS

Keluhan Utama
mata kanan pasien tidak bisa melihat sejak 2 minggu SMR

Riwayat penyakit sekarang


Pasien datang ke poliklinik mata RSUDZA dengan keluhan mata kanan
tidak bisa melihat sejak 2 minggu SMRS. Keluhan dialami setelah mata
kanan pasien terkena bola ketika bermain futsal. Setelah terbentur bola,
mata kanan pasien menjadi tidak bisa melihat, pada awalnya light
perception mata kanan masih positif namun, 2 hari SMRS light
perception mata kanan menjadi negatif. Nyeri, mata merah dan berarir
pada mata kanan disangkal. Riwayat nyeri kepala, mual-muntah dan
mata kabur sebelumnya juga disangkal.

23
Anamnesis
Riwayat Penyakit dahulu
1. riwayat mata kabur sebelumnya disangkal
2. hiperensi dan DM disangkal
Riwayat pengobatan
riwayat penggunaan obat-obatan juga disangkal

24
PEMERIKSAAN FISIK

Kesadaran Umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Vital Sign Tekanan Darah : 120/70 mmHg

Frekuensi Nadi : 80 x/menit

Frekuensi Nafas : 20 x/menit

Temperatur : Afebris

25
Pemeriksaan Oftalmologi
Status Ophtalmologis
Visus :
VOD 0 VOS 5/5
TIO : 17,3 TIO : -
mmHg mmHg

Uji Hirscberg :

OD = Orthophoria OS = Orthophoria
Uji Pursuit : OD normal, OS normal

26
Pemeriksaan fisik
OD Bagian Mata OS

Tenang Palpebra Superior Tenang

Tenang Palpebra Inferior Tenang

Tenang Conjungtiva Tarsal Superior Tenang

Tenang Conjungtiva Tarsal Inferior Tenang

Injeksi konjungtiva (-), inj . Conjungtiva Bulbi Injeksi konjungtiva (-),


Siliar (-) inj. Siliar (-)

jernih Kornea Jernih

dalam COA dalam

Isokhor , RL (+) Iris/Pupil Isokhor , RL (+), RCTL


(+)
Jernih Lensa Jernih
27
Pemeriksaan penunjang

CT Scan Orbita dengan kontras: bola mata kanan dan kiri normal, corpus vitreus dan
lensa kanan- kiri normal, otot bola mata dan n. Optikus kanan-kiri normal, rima
orbita, os. Zigomatikus dan sinus paranasalis kanan-kiri normal.
Pada pemberian kontras tak nampak kontras enhancement abnormal
Kesimpulan : CT Scan orbita normal
1
Foto Klinis Pasien

1
Diagnosis Kerja

Traumatic Ocular Neuropathy OD

30
TATALAKSANA

Terapi Farmakologi :
Drip metyl prednisolon 4x250mg
Injeksi ranitidine 2x1

31
Prognosis
Quo ad vitam

Dubia ad bonam

Quo ad functionam

Dubia ad malam

Quo ad sanactionam

Dubia ad malam
32
ANALISA KASUS
Kasus Diagnosa Traumatic Ocular
Neuropathy pada pasien ini di
tegakkan berdasarkan anamnesis
dan pemeriksaan oftalmikus,
Pasien laki-laki 24 tahun kepustakaan yang menyebutkan
datang dengan keluah bahwa baik cedera langsung
mata kanan tidak bisa maupun tidak langsung dapat
melihat sejak 2 minggu menyebabkan kerusakan mekanis
SMRS, setelah mata ataupun iskemia pada saraf optik.
kanan pasien terkena Defisit penglihatan bervariasi dari
bola penglihatan normal dengan defek
lapangan pandang hingga
kehilangan total terhadap persepsi
cahaya.

Teori
33
ANALISA KASUS
Kasus Secara teoritis pada pasien dengan TON
dapat terjadi kerusakan pada jaras
1. Pada pemeriksaan visus afferent NII pada mata yang terkena yang
ditandai dengan RAPD (+) dan pupil
didapatkan : VOD :0 dan middilatasi. Relative afferent pupil defect
VOS: 5/5 disebabkan akibat setiap mata akan
menunjukkan respon konstriksi bila
2. Pada pemeriksaan disinari dan akan terlihat pengaruhnya
objektif OD ditemukan pada kedua mata, sehingga apabila terjadi
pupil isokor dengan refleks kerusakan pada jaras afferent NII salah
satu mata, akan mengakibatkan
cahaya langsung positif terganggunya pula jaras afferent pada
.pada pemeriksaan mata yang sehat.
funduskopi OD ditemukan Cedera saraf optik pada kasus ini dapat
refleks fundus (+) uniform, diklasifikasikan sebagai cedera tidak
papil bulat dengan batas langsung. Hal ini terbukti dari tidak
ditemukan kelainan signifikan pada
tegas CDR 0,3-0,4 dan funduskopi OD
retina dalam batas normal

Teori
34
ANALISA KASUS
Kasus

sesuai kepustakaan yang menyatakan


bahwa penanganan traumatic optic
neuropathy meliputi observasi, steroid dan
dekompresi bedah. Pada keadaan tidak
Pasien di tatalaksana terdapat kontraindikasi, pasien dapat
dengan pemberion obat diberikan kortikosteroid sistemik.
golongan steroid: Metilprednisolon merupakan
kortikosteroid yang dapat menstabilisasi
Drip Metilprednison 4x250 membran lipid, mengurangi spasme,
mg dan meningkatkan pemasokan darah, dan
mengurangi edema jaringan neural dan
Inj.ranitidine 2x1 nekrosis.

Teori
35
TERIMA KASIH
1

Anda mungkin juga menyukai