Anda di halaman 1dari 3

KASUS 1

JKN
Kasus 8 Januari 2014
Salmah, seorang penyandang tuna rungu dan suaminya Aang yang bekerja
serabutan sebagai calo angkot di Serang sempat kebingungan setelah pihak rumah
sakit tempat Salmah melahirkan anak pertama menyodorkan tagihan Rp6 juta.
Menurut kakak Salmah, Sohiyah, pihak rumah sakit beralasan ketika Salmah
pertama kali masuk sebagai pasien, ia belum memiliki kartu JKN dari BPJS sehingga
secara administrasi ia terdaftar sebagai pasien umum.
"Didaftarnya untuk umum karena ia belum bikin BPJS tapi BPJS-nya sudah jadi pas
mau pulang dan rumah sakit bilang 'kan kamu umum' jadi disuruh bayar," kata
Sohiyah.
Salmah dan Aang mendapat bantuan dari sejumlah aktivis yang membantu
menguruskan administrasi keuangan sehingga mereka terbebas dari biaya
persalinan.
"Tapi disuruh bayar untuk bayinya karena bayinya tak punya BPJS," kata Sohiyah.
Pihak rumah sakit di Serang yang dihubungi BBC Indonesia tidak bersedia
memberikan keterangan.
Penyelesaian
Salah seorang aktivis yang membantu pasangan suami istri tidak mampu ini, Esa,
mengatakan biaya sebesar Rp500 ribu untuk perawatan bayi diperoleh dari iuran
para relawan.

Wakil Menteri Kesehatan Ali Ghufron Mukti mengatakan dalam sistem Jaminan
Kesehatan Nasional, biaya persalinan ditanggung.
Ia menilai masalah tersebut wajar terjadi dalam masa transisi.
"Itu ada satu masa transisi jadi persoalan-persoalan kecil tadi mungkin masih ada
di lapangan, bisa sedikit variasi tergantung interpretasinya, tapi yang jelas itu
(kasus Salmah) bukan satu prosedur normal karena normalnya orang datang pakai
kartu (BPJS)," kata Ali.
Menurutnya, hal seperti itu tidak perlu dipermasalahkan secara serius karena bisa
diatasi. "Ke depan, kalau datang diurus kartu JKN-nya dulu," tambahnya.
Ia menghimbau masyarakat agar segera mendaftar menjadi peserta JKN karena
langsung dapat digunakan jika dibutuhkan untuk berobat.
Hingga saat ini sekitar 1.710 rumah sakit dan 15.100 layanan kesehatan seperti
Puskesmas, klinik dan dokter praktek pribadi sudah bekerja sama dengan Badan
Pelaksana Jaminan Sosial (BPJS).

Anda mungkin juga menyukai