Anda di halaman 1dari 23

KELOMPOK 4

KHALIF ALFAIZ
INA AULIA
KHUSNUL KHATIMAH

KERAJAAN PAJANG
KERAJAAN PAJANG

Kerajaan Pajang adalah sebuah kerajaan yang berpusat


di Jawa Tengah sebagai kelanjutan Kerajaan Demak.

Kompleks keraton, yang sekarang tinggal batas-batas


fondasinya saja, berada di perbatasan Kelurahan Pajang, Kota
Solo dan Desa Makam haji,Karatsura,Sukoharjo.
AWAL BERDIRI KERAJAAN
PAJANG

Pada abad ke-14 Pajang sudah disebut dalam kitab Negara


kertagama karena dikunjungi oleh Hayam Wuruk dalam
perjalanannya memeriksa bagian Barat.
Antara abad ke-11 dan 14 di Jawa Tengah Selatan tidak ada
Kerajaan tetapi Majapahit masih berkuasa sampai kesana.
Sementara itu, di Demak mulai muncul Kerajaan kecil yang
didirikan oleh tokoh-tokoh beragama Islam.
Namun, sampai awal abad ke-16 kewibawaan raja
Majapahit masih diakui.
Baru pada akhir abad ke 17 dan awal abad ke-18 para
penulis kronik di Kartasura menulis seluk beluk asal usul
raja-raja Mataram dimana Pajang dilihat sebagai
pendahulunya.

Pajang sendiri sebagai kelanjutan dari Pengging pada tahun


1618 yang pernah dihancurkan ibukota dan sawah ladangnya
oleh pasukan-pasukan dari Mataram karena memberontak.

Di bekas kompleks keraton Raja Pajang yang dikubur di


Butuh banyak ditemukan sisa-sisa keramik asal negeri Cina.

Cerita mengenai sejarah Pajang malah termuat dalam kitab


Babad Banten yang menyebutkan
Cerita mengenai sejarah Pajang malah termuat dalam kitab Babad
Banten yang menyebutkan :

Andayaningrat berputera 2 orang yaitu, Kebo Kenanga dan Kebo


Kanigara. Meskipun Majapahit ambruk pada tahun 1625, Pengging
dibawah Kebo Kenanga berdaulat terus hingga pertengahan abad ke-16.

untuk menundukkan pengging Raja Demak memanfaatkan jasa Ki


Wanapala dan Sunan Kudus, dengan cara pendahuluan berupa adu
kekuatan ngelmu.

Dua tahun kemudian, Kebo Kenanga berhasil dibunuh sedangkan anak


laki-lakinya yaitu Jaka Tingkir kelak mengabdi ke Istana Demak untuk
akhirnya mendirikanKerajaan Pajang dengan sebutan Adi Wijaya.
GAMBAR KERAJAAN PAJANG
RAJA-RAJA YANG MEMERINTAH DI
KERAJAAN PAJANG
1.JAKA TINGKIR
Nama aslinya adalah Mas Karbt, putra Ki Ageng Pengging atau Ki Kebo
Kenanga. Ketika ia dilahirkan, ayahnya sedang menggelar pertunjukan
wayang beber dengan dalang Ki Ageng Tingkir. Kedua ki ageng ini adalah
murid Syekh Siti Jenar. Sepulang dari mendalang, Ki Ageng Tingkir jatuh sakit
dan meninggal dunia.

Sepuluh tahun kemudian, Ki Ageng Pengging dihukum mati karena


dituduh memberontak terhadap Kesultanan Demak. Sebagai pelaksana
hukuman ialah Sunan Kudus. Setelah kematian suaminya, Nyai Ageng
Pengging jatuh sakit dan meninggal pula. Sejak itu, Mas Karebet diambil
sebagai anak angkat Nyai Ageng Tingkir (janda Ki Ageng Tingkir)..
Mas Karebet tumbuh menjadi pemuda yang gemar bertapa, dan dijuluki Jaka
Tingkir. Guru pertamanya adalah Sunan Kalijaga. Ia juga berguru pada Ki
Ageng Sela, dan dipersaudarakan dengan ketiga cucu Ki Ageng yaitu, Ki
Juru Martani, Ki Ageng Pemanahan, dan Ki Panjawi

Silsilah Jaka Tingkir :

Andayaningrat (tidak diketahui nasabnya) + Ratu Pembayun (Putri Raja


Brawijaya) Kebo kenanga (Putra Andayaningrat)+ Nyai Ageng
Pengging Mas Karebet/Jaka Tingkir.
Meski dalam Babad Jawa, Adiwijaya lebih dilukiskan sebagai Raja
yang serba lemah, tetapi kenyataannya sebagai ahli waris Kerajaan Demak
ia mampu menguasai pedalaman Jawa Tengah dan Jawa Timur dengan baik.
Perpindahan pusat Kerajaan ke pedalaman yang dilanjutkan lagi oleh Raja
Mataram berpengaruh besar atas perkembangan peradaban Jawa pada abad
ke-18 dan 19.

Daerah kekuasaan Pajang mencakup di sebelah Barat Bagelen (lembah


. Bogowonto) dan Kedu (lembah Progo atas).

Di zaman Adiwijaya memerintah Pajang, yaitu pada tahun 1578 seorang


tokoh pemimpin Wirasaba, yang bernama Wargautama ditindak oleh
pasukan-pasukan kerajaan dari pusat. Berita dari Babad Banyumas ini
menunjukkan masih kuatnya
.

Pajang menjelang akhir pemerintahan Adiwijaya. Kekuasaan Pajang


ke Timur meliputi wilayah Madiun dan disebutkan bahwa Blora pada tahun
menjadi rebutan antara Pajang dan Mataram.
1554

Ada dugaan bahwa Adiwijaya sebgai raja islam berhasil dalam diplomasinya
sehingga pada tahun 1581, ia diakui oleh raja-raja kecil yang penting
dikawasan Pesisir Jawa Timur.

Untuk peresmiannya pernah diselenggarakan pertemuan bersama di istana


Sunan Prapen di Giri, hadir pada kesempatan itu para Bupati dari Jipang,
Wirasaba (Majaagung), Kediri, Pasuruan, Madiun, Sedayu, Lasem,Tuban, dan
Pati. Pembicara yang mewakili tokokh-tokoh Jawa Timur adalah Panji Wirya
Krama, Bupati Surabaya.

Disebutkan pula bahwa Arosbaya (Madura Barat) mengakui Adiwijaya


sehubunga dengan itu bupatinya bernama Panembahan Lemah Duwur diangkat
menantu Raja Pajang.
2.Arya Pangiri

Arya Pangiri adalah putra Sunan Prawoto raja keempat Demak,


yang tewas dibunuh Arya Penangsang tahun 1549. Ia kemudian diasuh
bibinya, yaitu Ratu Kalinyamat di Jepara.

Arya Penangsang kemudian tewas oleh sayembara yang


diadakan Hadiwijaya bupati Pajang. Sejak itu, Pajang menjadi kerajaan
berdaulat di mana Demak sebagai bawahannya. Setelah dewasa, Arya
Pangiri dinikahkan dengan Ratu Pembayun, putri tertua Sultan Hadiwijaya
dan dijadikan sebagai bupati Demak.

Sepeninggal Sultan Hadiwijaya akhir tahun 1582 terjadi


permasalahan takhta di Pajang. Putra mahkota yang bernama Pangeran
Benawa disingkirkan Arya Pangiri dengan dukungan Sunan Kudus. Alasan
Sunan Kudus adalah usia Pangeran Benawa lebih muda daripada istri
Pangiri, sehingga tidak pantas menjadi raja.
Pangeran Benawa yang berhati lembut merelakan takhta Pajang
dikuasai Arya Pangiri sedangkan ia sendiri kemudian menjadi bupati
Jipang Panolan (bekas negeri Arya Penangsang).

Tokoh Sunan Kudus yang diberitakan Babad Tanah Jawi perlu


dikoreksi, karena Sunan Kudus sendiri sudah meninggal tahun 1550.
Mungkin tokoh yang mendukung Arya Pangiri tersebut adalah
penggantinya, yaitu Panembahan Kudus, atau mungkin Pangeran
Kudus Arya Pangiri menjadi raja Pajang sejak awal tahun 1583
bergelar Sultan Ngawantipura.

Ia dikisahkan hanya peduli pada usaha untuk menaklukkan Mataram


daripada menciptakan kesejahteraan rakyatnya. Dia melanggar
wasiat mertuanya (Hadiwijaya) supaya tidak membenci Sutawijaya.
Ia bahkan membentuk pasukan yang terdiri atas orang-orang bayaran
dari Bali, Bugis, dan Makassar untuk menyerbu Mataram.
.

Arya Pangiri juga berlaku tidak adil terhadap penduduk asli Pajang. Ia
mendatangkan orang-orang Demak untuk menggeser kedudukan para
pejabat Pajang.

Bahkan, rakyat Pajang juga tersisih oleh kedatangan penduduk Demak.


Akibatnya, banyak warga Pajang yang berubah menjadi perampok karena
kehilangan mata pencaharian. Sebagian lagi pindah ke Jipang mengabdi
pada Pangeran Benawa.
3.Pangeran Benawa

Pangeran Benawa adalah raja ketiga Kesultanan Pajang yang


memerintah tahun 1586-1587, bergelar Sultan Prabuwijaya.

Pangeran Benawa adalah putra Sultan Hadiwijaya alias Jaka


Tingkir, raja pertama Pajang. Sejak kecil ia dipersaudarakan dengan
Sutawijaya, anak angkat ayahnya, yang mendirikan Kesultanan
Mataram.

Pangeran Benawa memiliki putri bernama Dyah Banowati yang


menikah dengan Mas Jolang putra Sutawijaya. Dyah Banowati
bergelar Ratu Mas Adi, yang kemudian melahirkan Sultan Agung, raja
terbesar Mataram.
.
Selain itu, Pangeran Benawa juga memiliki putra bernama
Pangeran Radin, yang kelak menurunkan Yosodipuro dan
Ronggowarsito, pujangga-pujangga besar Kasunanan Surakarta.

Pangeran Benawa dikisahkan sebagai seorang yang lembut


hati. Ia pernah ditugasi ayahnya untuk menyelidiki kesetiaan
Sutawijaya terhadap Pajang. Waktu itu Benawa berangkat bersama
Arya Pamalad (kakak iparnya yang menjadi adipati Tuban) dan Patih
Mancanegara.

Sutawijaya menjamu ketiga tamunya dengan pesta. Putra


sulung Sutawijaya yang bernama Raden Rangga tidak sengaja
membunuh seorang prajurit Tuban, membuat Arya Pamalad
mengajak rombongan pulang
.

.
Sesampai di Pajang, Arya Pamalad melaporkan keburukan
Sutawijaya, bahwa Mataram berniat memberontak terhadap
Pajang. Sementara itu Benawa melaporkan kebaikan Sutawijaya,
bahwa terbunuhnya prajurit Tuban karena ulahnya sendiri.

Sutawijaya akhirnya terbukti memerangi Pajang tahun


1582, dan berakhir dengan kematian Sultan Hadiwijaya. Pangeran
Benawa yang seharusnya naik takhta disingkirkan oleh kakak
iparnya, yaitu Arya Pangiri adipati Demak.

Benawa kemudian menjadi adipati Jipang Panolan. Pada


tahun 1586 ia bersekutu dengan Sutawijaya untuk menurunkan
Arya Pangiri dari takhta, karena kakak iparnya itu dianggap kurang
adil dalam memerintah.
Dikisahkan, Arya Pangiri hanya sibuk menyusun usaha balas dendam
terhadap Mataram. Orang-orang Demak juga berdatangan, sehingga warga asli
Pajang banyak yang tersisih.

Akibatnya, penduduk Pajang sebagian menjadi penjahat karena


kehilangan mata pencaharian, dan sebagian lagi mengungsi ke Jipang.

Persekutuan Benawa dan Sutawijaya terjalin. Gabungan pasukan


Mataram dan Jipang berhasil mengalahkan Pajang. Arya Pangiri dipulangkan ke
Demak. Benawa menawarkan takhta Pajang kepada Sutawijaya.

Namun Sutawijaya menolaknya. Ia hanya meminta beberapa pusaka


Pajang untuk dirawat di Mataram. Sejak itu, Pangeran Benawa naik takhta
menjadi raja baru di Pajang bergelar Sultan Prabuwijaya
BERBAGAI ASPEK PADA
KERAJAAN PAJANG
Aspek Sosial Budaya

Pada zaman Pakubuwono I dan Jayanegara bekerja sama untuk menjadikan


Pajang semakin maju dibidang pertanian sehingga Pajang
menjadi lumbung beras pada abad ke-16 sampai abad 17, kerja sama
tersebut saling menguntungkan bagi kedua belah pihak.

Kehidupan rakyat Pajang mendapat pengaruh Islamisasi yang cukup kental


sehingga masyarakat Pajang sangat mengamalkan syariat Islam dengan
sungguh-sungguh.
Aspek Ekonomi
Pada zaman Paku Buwono 1 (1708) ketika Ibukota Mataram masih ada
di Kartasura, ada kerjasama yang baik antara Surakarta pusat dengan Jayengrana
bupati Surabaya.

Pada masa itu seluruh Jawa Timur kompak dalam mendukung


kerjasama antara PakuBuwono 1 dan Jayengrana.
Pajang mengalami kemajuan di bidang pertanian sehingga menjadi lumbung
beras dalam abad ke-16 dan 17.

Lokasi pusat kerajaaan Pajang ada di dataran rendan tempat


bertemunya sungai Pepe dan Dengkeng (ke dua-duanya bermata air di lereng
gunung Merapi) dengan bengawan sala. Irigasi berjalan lancar karena air tanah di
sepanjan tahun cukup untuk mengairi sehingga pertanian di Pajang maju.
Di zaman Kerajaan Demak baru muncul, Pajang telah mengekspor
beras dengan mengangkutnya melalui perniagaan yang berupa
Bengawan Sala. Sejak itu Demak sebagai negara maritim
menginginkan dikuasainya lumbung-lumbung beras di pedalaman
yaitu Pajang dan kemudian juga mataram, supaya dengan cara
demikian dapat berbentuk negara ideal agraris maritim.
KEMUNDURAN KERAJAAN PAJANG

Sepulang dari perang, Sultan Hadiwijaya jatuh sakit dan meninggal


dunia. Terjadi persaingan antara putra dan menantunya, yaitu Pangeran
Benawa dan Arya Pangiri sebagai raja selanjutnya. Arya Pangiri didukung
Panembahan Kudus berhasil naik takhta tahun 1583.

Pemerintahan Arya Pangiri hanya disibukkan dengan usaha balas


dendam terhadap Mataram. Kehidupan rakyat Pajang terabaikan. Hal itu
membuat Pangeran Benawa yang sudah tersingkir ke Jipang, merasa
prihatin. Pada tahun 1586 Pangeran Benawa bersekutu dengan Sutawijaya
menyerbu Pajang.

Meskipun pada tahun 1582 Sutawijaya memerangi Sultan


Hadiwijaya, namun Pangeran Benawa tetap menganggapnya sebagai
saudara tua.
Perang antara Pajang melawan Mataram dan Jipang berakhir dengan
kekalahan Arya Pangiri. Ia dikembalikan ke negeri asalnya yaitu Demak.
Pangeran Benawa kemudian menjadi raja Pajang yang ketiga.

Pemerintahan Pangeran Benawa berakhir tahun 1587. Tidak ada putra


mahkota yang menggantikannya sehingga Pajang pun dijadikan sebagai
negeri bawahan Mataram. Yang menjadi bupati di sana ialah Pangeran
Gagak Baning, adik Sutawijaya.

Sutawijaya sendiri mendirikan Kesultanan Mataram di mana ia sebagai


raja pertama bergelar Panembahan Senopati
SEKIAN..

THANKYOU

Anda mungkin juga menyukai