Anda di halaman 1dari 27

OBAT ANTI TUBERKULOSIS

ADAM SATRIA RAKATAMA


1310211154
TERDIRI DARI DUA KELOMPOK

Lini pertama : isoniazid, rifampisin, etambutol, streptomisin, dan piranizamid


Lini kedua : fluorokuinolon (siprofloksasin, ofloksasin, levofloksasin), sikloserin,
etionamid, amikasin, kanamisin, kapreomisin, dan paraaminosalisilat
ISONIAZID/ISONIKOTINIL HIDRAZID (INH)

Efek utamanya menghambat biosintesis asam mikolat (unsur penting dinding


sel mikobakterium), menghilangkan sifat tahan asam, menurunkan jumlah
lemak yang terekstrasi oleh methanol dari mikobakterium
Farmakokinetik : Mudah diabsorpsi pada pemberian oral maupun parenteral,
kadar puncak dalam 1-2 jam setelah pemberian oral, dimetabolisme di hati,
waktu paruhnya 1-4 jam.
Isoniazid mudah berdifusi ke dalam sel dan semua cairan tubuh
75-95% isoniazid diekskresi melalui urin dalam waktu 24 jam dalam bentuk
metabolit
ISONIAZID/ISONIKOTINIL HIDRAZID (INH)

Efek samping : Hipersensitivitas, neuritis perifer, kejang, hepatitis, bila


berlebihan dapat menyebabkan koma, asidosis metabolic, hiperglikemia
Efek samping dapat dicegah dengan pemberian piridoksin
Isoniazid terdapat dalam bentuk tablet 50, 100, 300 dan 400 mg serta sirup
10 mg/mL. kadang dalam tablet ditambahkan vit. B6
Dosis biasa 5mg/kgBB, maksimum 300 mg/hari. Untuk TB berat dapat
diberikan 10 mg/kgBB, maksimum 600 mg/hari. Anak <4tahun 10
mg/kgBB/hari. Dapat diberikan secara intermiten 2 kali seminggu dg dosis
15 mg/kgBB/hari. Piridoksin 10mg/hari
RIFAMPISIN

Kerjanya menghambat DNA-dependent RNA polymerase dari mikrobakteria


dg menekan mula terbentuknya rantai dalam sintesis RNA.
Farmakokinetik : Pemberian peroral menghasilkan kadar puncak dalam
plasma setelah 2-4 jam, setelah diserap obat ini cepat diekskresi melalui
empedu dan mengalam sirkulasi enterohepatik, masa paruh eliminasi
bervariasi Antara 1.5-5 jam, sekitar 75% terikat protein plasma, obat
berdifusi baik ke berbagai jaringan, luasnya distribusi tercermin dari warna
merah urin, tinja, sputum, airmata, dan keringat pasien, ekskresi melalui urin
mencapai 30%, obat ini juga dieliminasi melalui ASI
RIFAMPISIN

Efek samping : Ruam kulit, demam, mual, muntah, flu like syndrome, nefritis interstisial,
nekrosis tubular akut, trombositopenia, hepatitis
Obat dapat menembus sawar uri
Merupakan obat yang sangat efektif untuk TB dan sering digunakan bersama
isoniazid
Di Indonesia terdapa dalam bentuk kapsul 150 dan 300 mg, tablet 450 dan 600
mg, suspense 100 mg/5mL. Bbrp sudah dikombinasi dg isoniazid. Diberikan sehari
sekali 1 jam ac/ 2 jam pc. Dosis dewasa dg BB<50 kg adalah 450 mg/hari dan utk
>50 kg adalah 600 mg/hari. Untuk anak dosisnya 10-20 mg/kgBB/hari dengan
dosis maksimum 600 mg/hari
ETAMBUTOL

Obat ini tetap menekan pertumbuhan bakteri TB yang resisten thd isoniazid
dan streptomisin.
Kerjanya menghambat sintesis metabolit sel sehingga metabolism sel
terhambat dan sel mati.
Farmakokinetik : Pd pemberian peroral, 75-80% diserap dari saluran cerna,
kadar puncak dalam plasma 2-4 jam setelah pemberian, waktu paruh
eliminasinya 3-4 jam, kadar dalam eritrosit 1-2 kali kadar dalam plasma,
dalam 24 jam 50% etambutol diekskresikan dalam bentuk asal melalui urin,
etambutol tidak menembus sawar darah otak
ETAMBUTOL

Efek samping : Penurunan ketajaman penglihaan, ruam kulit, demam, pruritus,


nyeri sendi, gangguan saluran cerna, malaise, sakit kepala, pening, bingung,
disorientasi dan halusinasi
Di Indonesia tersedia dalam bentuk tablet 250 dan 500 mg, ada yang sudah
dicampur isoniazid.
Dosis 15 mg/KgBB, 1x sehari. Atau 25 mg/KgBB selama 60 hari pertama,
kemudian diturunkan 15 mg/KgBB
PIRAZINAMID

Didalam tubuh dihidrolisis oleh enzim pirazinamidase menjadi asam pirazonat


(tuberkulosatik asam), mekanisme belum diketahui, tidak larut dalam air
Farmakokinetik : mudah terserap di usus dan tersebar luuas ke seluruh tubuh,
ekskresi melalui filtrasi glomerulus, asam pirazonat hidroksilasi asam
hidropirazonat (metabolit utama), waktu paruh 10-18 jam
Efek samping : Kelainan hati
Terdapat dalam bentuk tablet 250 mg dan 500 mg, dosisnya oral 20-35
mg/KgBB sehari (max. 3 g) diberikan 1 atau beberapa kali sehari
Lebih aktif pada suasana asam dan bakterisid yg kuat utk BTA di makrofag
STREPTOMISIN

Bersifat bakteriostatik dan bakterisid


Semakin lama terapi berlangsung, semakin meningkat resistensinya (mutasi)
Farmakokinetik : Setelah disuntikan, hampir semua berada di plasma (sedikit
ke eritrosit), 1/3 terikat protein plasma, diekskresi melalui filtrasi glomerulus,
waktu paruh obat 2-3 jam dan memanjang pada gagal ginjal
Efek samping: Sakit kepala, neurotoksin saraf kranial 8, nefrotoksik
Tersedia dalam bentuk bubuk injeksi dalam vial 1 & 5 gram, dosis 20
mg/KgBB IM, max 1 gr/hari selama 2-3mgg, kemudian diturunkan 2-3x/mgg
FLUOROKUINOLON

Broad spectrum antibiotic yang mempunyai aktivitas cukup baik dengan M.


tuberculosis, sehingga digunakan sbg lini kedua
Dosis: Siprofloksasin (750mg 2x/hari oral), ofloksasin (300mg 2x/hari) dan
levofloksasin (500-750 mg dosis tunggal/hari)
ASAM PARAAMINOSALISILAT (PSA)

Obat ini bersifat bakteriostatik, sangat spesifik thd M. tuberculosis saja.


Efektifitasnya kurang dibanding streptomisin, isoniazid, rifampisin.
Mekanisme kerjanya inhibitor kompetitif dari PABA yang diperlukan untuk
membentuk asam folat (utk sintesis purin & as. Nukleat) pada bakteri
Resistensi lebih sukar terjadi dibanding streptomisin
Farmakokinetik : Mudah diserap melalui sal. Cerna, mencapai kadar tinggi
kecuali dalam cairan otak, waktu paruh 1 jam, 80% diekskresi melalui ginjal,
sehingga pasien dg insufisiensi ginjal tidak dianjurkan
ASAM PARAAMINOSALISILAT (PSA)

Efek samping : Mual, leukopenia, agranulositopenia, eosinophilia, limfositosis,


sindrom mononucleosis atipik dan trombositopenia
Tersedia dalam bentuk tablet 500 mg dengan dosis oral 8-12 gr sehari,
dibagi dalam bbrp dosis
SIKLOSERIN

Antibiotik yang dihasilkan oleh Streptococcus orchidaceus dan sekarang dapat dibuat
secara sintetik
Menghambat pertumbuhan bakteri dengan menghambat sintesis dinding sel. Bila
sudah resisten thd streptomisin, PAS, INH, pirazinamid, dan viomisin mungkin masih
bisa dg sikloserin
Farmakokinetik : Setelah pemberian oral absorbsinya baik, kadar puncak dalam
darah 4-8 jam, distribusi dan difusi ke seluruh cairan dan jaringan baik, dapat
menembus sawar darah otak, ekskresi maksimal tercapai dalam 2-6 jam setelah
pemberian dan 50% diekskresi melalui urin dlm btk utuh selama 12 jam pertama
Efek samping : Somnolen, sakit kepala, tremor, disartria, vertigo, ggn. Tingkah laku,
paresis, serangan psikosis akut, dan konvulsi. Biasanya terjadi dalam 2 mgg pertama
SIKLOSERIN

Tersedia dalam bentuk kapsul 250 mg, diberikan 2x sehari. Dosis besar (250-
500 mg/6 jam) dapat digunakan aman bila diberikan bersama piridoksin
atau depresan SSP
ETIONAMID

Merupakan turunan tioisonikoinamid, berwarna kuning dan tidak larut air


Resistensi mudah terjadi bila digunakan sendiri atau dosis kurang tinggi dan timbul
lebih lambat apabila dikombinasikan dg INH atau streptomisin
Farmakokinetik : Pemberian peroral mudah diabsorbsi, kadar puncak dalam 3 jam
dan kadar terapi bertahan 12 jam, distribusi cepat, luas dan merata, ekskresi
berlangsung cepat dan hanya 1% dalam bentuk aktif
Efek samping : Anoreksia, mual, muntah, depresi mental, mengantuk, asthenia, sakit
kepala, rasa lelah, vertigo, paresthesia, tremor, hepatitis
Tersedia dalam bentuk tablet 250 mg, dosis awal adalah 250 mg 2x/hari,
kemudian dinaikkan dg 125 mg sampai maksimal 1gr/hari. Sebaiknya diberikan
waktu makan utk mengurangi iritasi lambung
KANAMISIN DAN AMIKASIN

Kedua obat termasuk antibiotic golongan aminoglikosida yang bersifat bakterisid


dengan menghambat sintesis protein bakteri. Efeknya thd M. tuberculosis bersifat
supresif
Kanamisin telah lama digunakan sbg antituberkulosis lini kedua utk bakteri yg sudah
resisten thd streptomisin, tetapi sejak ditemukan amikasin & kapreomisin yg kurang
toksik, obat ini ditinggalkan
Amikasin adalah semisinteik kanamisin dan lebih resisten thd enzim yg merusak
aminoglikosida lain. Peran obat ini meningkat akibat meningkatnya TB yg MDR,
umumnya TB MDR peka thd obat ini
Farmakokinetik : Tidak diabsorbsi melalui saluran cerna, melalui IM dosis 500
mg/12 jam (15 mg/kgBB) mencapai kadar puncak 10-30 g/mL
KANAMISIN DAN AMIKASIN

Dosis dewasa yang dianjurkan 15 mg/KgBB/hari IM atau IV selama 5


hari/minggu selama 2 bulan kemudian dilanjutkan dengan 1-1.5 mg dua
atau tiga kali/minggu selama 4 bulan
KAPREOMISIN

Suatu antituberkulosis polipeptida yang dihasilikan oleh Streptomyces sp.


Dibanding kanamisin, kapreomisin kurang toksik dan efek bakteriostatiknya
lebih besar. Efektivitasnya hampir sama dengan streptomisin dan tidak ada
resistensi silang dengan streptomisin
Efek samping : Nefrotoksisitas, merusak saraf otak VIII, hypokalemia,
hepatotoksik, eosinophilia, leukositosis, leukopenia, trombositopenia
Kapreomisin hanya digunakan dalam kombinasi dengan etambutol dan INH.
Tidak tersedia di Indonesia
RIFABUTIN (ANSAMISIN)

Suatu antibiotic derivate rifamisin seperti juga rifampisin dan rifapentin, aktivitasnya
mirip rifampisin dan juga terjadi resistensi silang dg rifampisin.
Rifabutin suatu substrat dan inductor dari enzim-enzim sitokrom p450, tetapi lebih
lemah dari rimfapisin sehingga diindikasikan utk tuberculosis pada pasien HIV
dengan ARV gol. Protease Inhibitor atau NNRTI (efafirenz)
Dosis terapi 300 mg/hari, bila dg Protease Inhibitor diturunkan sampai 150
mg/hari, bila dg efafirenz jd 450 mg/hari
Rifabutin efektif utk pencegahan & pengobatan infeksi disseminated atypical
mycobacteria pd pasien AIDS dg CD4<50/L
Obat ini efektif utk pencegahan sbg obat tunggal dg regimen terapi 6 bln, atau dg
pirazinamid dg regimen terapi 2 bln
RIFAPENTIN

Suatu analog rifampisin, aktif thd M. tuberculosis dan M. avium


Induktor poten dari enzim sitokrom p450
Waktu paruh eliminasi obat 13 jam
Diindikasikan pada pengobatan TB oleh mikobakteria yg sensitive thd
rifampisin
Dosis dewasa 600 mg 1-2x/minggu
PENGOBATAN PADA DEFISIENSI IMUN

The Centers for Disease Control menganjurkan agar pengobatan diberikan


sedikitnya 9 bulan
2 bulan pertama diberikan INH, rifampisin, dan pirazinamid setiap hari, disusul
pemberian INH dan rifampisin sekurangnya selama 7 bln berikutnya
Etambutol ditambahkan pd awal pengobatan dg pasien TB SSP atau TB meluas atau
TB resisten isoniazid
Pengobatan ini minimal harus berlangsung 6 bulan setelah 3x berturut biakan BTA
negative.
Bila INH atau Rifampisin tidak dapat digunakan, pengobatan harus berlangsung
min. 18 bulan

Anda mungkin juga menyukai