pada tahun ke-10 diperkirakan tinggal 80 %. Bangunan gedung sekolah baru dapat bertahan minimum 20 tahun. Pemeliharaan bangunan gedung sekolah adalah sebagai berikut. Pemeliharaan ringan, meliputi pengecatan ulang, perbaikan sebagian daun jendela/pintu, penutup lantai, penutup atap, plafon, instalasi air dan listrik, dilakukan minimum sekali dalam 5 tahun Pemeliharaan berat, meliputi penggantian rangka atap, rangka plafon, rangka kayu, kusen, dan semua penutup atap, dilakukan minimum sekali dalam 20 tahun.
Sisa nilai bangunan setelah
20 Tahun adalah 60% Pemeliharaan perlu dilakukan dengan alokasi anggaran minimal 2% dari Nilai Bangunan Baru Rehabilitasi bangunan terjadi, akibat: Pemeliharaan tidak berjalan maksimal Kesalahan dalam pemanfaatan Bencana alam dan musibah Revitalisasi masuk dalam kategori renovasi Pemeliharaan adalah kegiatan menjaga keandalan bangunan gedung beserta prasarana dan sarananya agar selalu laik fungsi. Lingkup pemeriharaan adalah pada komponen: Komponen Struktur Pondasi, Struktur Kolom dan Balok, Rangka Atap Komponen Arsitektur Dinding, Kusen Pintu dan Jendela +Ass., Plafon, Penutup lantai, Finishing luar dan dalam Komponen Perpipaan/Elektrikal Instalasi listrik, Perpipaan, Lampu penerang Komponen Luar Taman, Pagar, Jalan masuk, Parkir, Gerbang Perawatan adalah kegiatan memperbaiki dan/atau mengganti bagian bangunan gedung, komponen, bahan bangunan, dan/atau prasarana dan sarana agar bangunan gedung tetap laik fungsi. Langkah perawatan dapat dilakukan dalam bentuk: Rehabilitasi Peningkatan kualitas bangunan, mengembalikan fungsi bangunan dengan fungsi bangunan tetap Revitalisasi Peningkatan kualitas bangunan, dengan fungsi bangunan dapat berbeda. Terjadi peningkatan fungsi, kapasitas dan perwajahan bangunan. REHABILITASI Tingkat Kerusakan Bangunan 35% Sisa performansi bangunan tinggal 65% Tindakan rehabilitasi bangunan, akan mengembalikan keandalan bangunan menjadi 100% , untuk berfungsi kembali.
REVITALISASI Usia bangunan 30 tahun, sisa nilai aset adalah 40% dengan Tindakan revitalisasi bangunan, akan mengembalikan dan meningkatkan fungsi bangunan. Kriteria aset barang milik negara yang dapat dihapus:
Aset yang dihapus dilakukan penilaian nilai sisa
aset, oleh Instansi/Badan yang ditunjuk oleh penguasa aset Penggantian sebagian/seluruh komponen bangunan yang memiliki nilai aset, seyogianya memperhitungkan penghapusan aset. Nilai komponen yang diperhitungkan masih memiliki nilai aset, berdasarkan visitasi lapangan Rusak Berat (RB), dengan intensitas tingkat kerusakan: 46% - 65%; dalam perencanaan dasar DAK diperhitungkan tingkat kerusakan ruang kelas adalah 65%. Kerusakan pada komponen Struktur mengakibatkan kondisi tidak aman, sebagian besar komponen Arsitektur rusak dan membuat tidak nyaman; Komponen kelistrikan & dan fungsi utilitas ruangan sudah tidak berfungsi; Rehabilitasi juga ditujukan juga untuk perbaikan dan penggantian perabot- perabot ruang kelas yang rusak. Rusak Sedang (RS), dengan intensitas tingkat kerusakan: 31% - 45%; dalam perencanaan dasar DAK diperhitungkan tingkat kerusakan ruang kelas adalah 45%. Kerusakan pada sebagian komponen Struktur mengakibatkan kondisi tidak nyaman, sebagian komponen Arsitektur rusak dan membuat tidak nyaman; Komponen kelistrikan & dan fungsi utilitas ruangan sebagian yang tidak berfungsi; Rehabilitasi juga ditujukan juga untuk perbaikan dan penggantian perabot- perabot ruang kelas yang mengalami kerusakan. Tingkat kerusakan komponen bangunan, dihitung berdasarkan pendekatan: Tingkat kerusakan bangunan: = Bobot komponen bangunan X % Kerusakan % kerusakan komponen, dilihat secara visual dari foto dokumentasi atau hasil tinjauan lapangan langsung. Contoh 1: SMA Harapan Bangsa di Kab. Pacitan, bermaksud merehab 2 ruang kelas yang diidentifikasi mengalami kerusakan pada beberapa komponen bangunannya, Berapa tingkat kerusakan bangunan tersebut dan alokasi dana rehabilitasinya?
Berdasarkan analisis di atas, kerusakan
bangunan: 47% (Rusak Berat) Tingkat Kerusakan : Contoh hasil perhitungan = 47% Luas Bangunan : Ruang Kelas = 81 m2 ( ruangan+ x selasar) x 2 = 162 m2 Harga satuan bangunan, dihitung sebagai berikut: Harga satuan bangunan Kab. Pacitan = Rp. 1.591.000,- (CONTOH) Biaya Rehabilitasi Fisik = Tingkat Kerusakan x Luas Bangunan x Harga Satuan Bangunan = 47% x 162 x Rp. 1.591.000,- = Rp. 141.758.000,- Alokasi paket = 3 x Rp. 50.000.000,- = 150.000.000,-