Anda di halaman 1dari 88

CASE ANESTESI

Anestesi Epidural pada Sectio


Cesarean atas Indikasi
Preeklamsia Berat
Pembimbing: dr. Himawan, Sp.An
Jason Sutandar 2013061049
Agnes Hermawan 2013061050
Joanna Febrila 2014061048
BAB 1
Identitas pasien

Nama : Ny. NE
Usia : 41 tahun
Tanggal Masuk :
No. RM : 522000
Diagnosa Preoperatif: G4P3A0 dengan Pre Eklampsia Berat dan IUGR
Jenis Pembedahan : Sectio Secarea
Anamnesis

Keluhan Utama :
Pasien mengeluhkan bengkak pada wajah dan kedua kaki dan tangan sejak 2
minggu SMRS
Keluhan Tambahan :
Pasien nyeri perut kanan atas, pandangan kabur sejak 3 minggu SMRS
Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang dengan keluhan bengkak pada wajah dan kedua kaki dan
tangan sejak 2 minggu SMRS. Keluhan belum pernah dirasakan sebelumnya.
Pasien datang ke klinik kebidanan dan dari hasil pemeriksaan pasien didapati
tekanan darah 170/100 mmHg. Pasien lalu dirujuk ke RS Panti Rapih
Jogjakarta. Pasien juga mengeluhkan nyeri perut kanan atas, pandangan kabur
sejak 3 minggu SMRS.
Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat asma disangkal


Riwayat hipertensi sejak kehamilan ke 3
Riwayat alergi obat dan makanan disangkal
Riwayat diabetes melitus disangkal
Riwayat tuberculosis disangkal
Riwayat operasi sebelumnya disangkal
Riwayat trauma disangkal
Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang


Kesadaran : Compos Mentis
Berat badan : 96 kg
Tinggi badan : 168 cm
Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 162/112 mmHg
Nadi : 65 x / menit
Suhu :36,4 C
Frekuensi Pernapasan : 20 x/menit
DJJ : 140 x/min
Status Generalis
Kepala:
Wajah tampak bengkak
Mata: padangan kabur
Telinga, hidung, mulut, gigi, lidah, tenggorokan, leher, dada : Tak ada kelainan
Thoraks :
Paru-Paru :
I: Gerakan napas simetris dalam keadaan statis dan dinamis
P: Gerakan napas teraba simetris
P: Sonor di kedua lapangan paru
A :Vesikular (+/+), Wheezing (-/-), Rhonki (-/-)
Jantung :
I: Ictus Cordis tidak terlihat
P: Ictus Cordis tidak teraba
P: Cardiomegali sulit dinilai
A : BJ I & II Reguler, Murmur (-)
Abdomen : supel, nyeri tekan (-), BU (+)
Punggung : Tak ada kelainan
Genitalia : Tak ada kelainan
Ekstrimitas : Akral hangat, CRT : < 3 detik
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Satuan
HEMATOLOGI
Hemoglobin 13,2 12.0 15.0 g%
Leukosit 7,5 4.0 11.0 103/L
Eritrosit 5,20 3.80 5.80 106/L
Hematokrit 38,5 37.0 47.0 %
Trombosit 246 150 450 103/L
HITUNG JENIS LEKOSIT
Eosinofil 0,8 1,0-6,0 %
Basofil 0,5 1,0-2,0 %
Neutrofil 70,6 40,0-80,0 %
Limfosit 20,1 20,0-40,0 %
Monosit 8,0 2,0-10,0 %
INDEKS ERITROSIT
MCV 74,0 80-96 fL
INDEKS ERITROSIT
MCV 74,0 80-96 fL
MCH 25,4 27-31 pg
MCHC 34,3 32-36 g/dL
RDW-CV 14,4 11,6 14,8 %
KOAGULASI
Golongan Darah ABO B
Golongan Darah Positive
PT / APTT
PT 11,6 11,1 14,6 Detik
APTT 25,1 24,6 37,2 detik
FUNGSI HATI
Albumin 3,04 3,40 4,80 g/dl
SGOT 24,1 0 -38 U/L
SGPT 14,6 0 41 U/L
FUNGSI GINJAL
Ureum 20 10 50 mg/dl
Kreatinin 0,75 0,7 1,2 mg/dl
Asam Urat 6,7 3,4 7 mg/dl
GLUKOSA
GDS 72 70 110 mg/dL
ELEKTROLIT
Natrium 138 136 145 mmol/L
Kalium 3,3 3,6 5,1 mmol/L
Klorida 110 98 107 mmol/L
Kalsium total 8,7 8,2 9,6 mg/dl
Magnesium 1,74 1,9 2,8 mg/dl
SEROLOGI
HEPATITIS
HBsAg 0,00(non < 0,9 (non reaktif)
reaktif)
> 1 (reaktif)
URINE
Proteinuria +++ -
EKG :
Normal sinus rhythm
Tidak ada kelainan pada EKG
Evaluasi Pre-Operasi

Status fisik : ASA III


Penyulit pra-anestesi : pre eklampsia berat
Teknik anestesi : Regional Anestesi dengan Epidural Anestesi
Teknik khusus : tidak ada
Monitoring:
o EKG lead II
o Heart Rate
o Non-Invasive Blood Pressure (NIBP)
o SpO2
Intra Operasi

Mulai anestesi : Pukul 08.00 Teknik Anestesi : Epidural Anestesi


Mulai pembedahan : Pukul 08.30 - Daerah Pemasangan : Vertebrae L4-L5
Lama pembedahan : 75 menit - Jarum : No.186
IV line : Dorsum manus sinistra. - Katheter : Ya
No. 20
- Obat : Naropin 150 mg
Posisi : Terlentang
Airway Management : O2 dengan nasal kanul 4
Pre-medikasi :- lpm
Ventilasi : Spontan
Perdarahan : kurang lebih 500 ml
CAIRAN INTRAOP
- Asering 250 ml
- Gelafusal 500 ml
- Ringer Laktat 500 ml
OBAT-OBATAN INTRAOP
- Lidokain 40 mg
- Ephrdrin 10 mg
- Cendantron 4 mg
- Syntocinon 10 IU
Pasca Operasi

Ruang Pemulihan Denyut Jantung : 86 x/menit


a. Masuk Ruang Pemulihan : Frekuensi Pernapasan : 14 x/menit
Pukul : 09.50 WIB Saturasi O2 : 99%
Skor ALDRETTE Total = 9
[ Aktivitas (1), Sirkulasi (2), Pernafasan (2), Kesadaran (2), c. Keluar Ruang Pemulihan
Warna kulit (2) ]
Pukul 12.00 WIB

b.Observasi di Ruang Pemulihan : Skor ALDRETTE = 9

Tanda-tanda vital : [Aktivitas (1), Sirkulasi (2), Pernafasan (2), Kesadaran


(2), Warna kulit (2)]
Tekanan Sistolik : 130 mmHg Ke ruang IMC
Tekanan Diastolik : 90 mmHg
Instruksi Pasca-Operasi
Analgetika : Naropin 0.75 13 cc + fentanyl 100 mcg + Nacl 36 cc via epidural catheter 4-6 cc/jam
Anti mual / muntah : Ondansetron (Cendantron) 4 mg IV kalau perlu
Antibiotik :-
Obat-obatan lain :-
Infus :
Minum : Infus dan minum total 2800 cc/24 jam
Pemantauan TTV : Setiap 15 menit selama 2 jam post op
Lain-lain : observasi keadaan umum
Ranitidin 2x1 ampul
Cek protein urin dan albumin
BAB II
Perubahan fisiologis pada kehamilan
perubahan aktivitas hormonal
peningkatan metabolisme
Konsumsi O2 >>
Kerja kardiopulmoner >>
perubahan mekanis akibat uterus yang membesar.
Sistem Kardiovaskular
Peningkatan volume cairan intravaskular
Peningkatan cardiac output
Penurunan resistensi vaskular sistemik
Supine aortocaval compression
Supine Aortocaval Compression
Sistem Respirasi

Parameter Perubahan
Volume Paru
Inspiratory reserve volume + 5%
Tidal volume + 45%
Expiratory reserve volume -25%
Residual volume -15%
Kapasitas Paru
Inspiratory capacity +15%
Functional residual capacity -20%
Vital capacity Tidak ada
perubahan
Total lung capacity -5%
Dead space +45%
Sistem GIT
perubahan posisi lambung akibat uterus yang membesar
fungsi spinkter esofagus menurun
Plasenta mensekresi gastrin asam lambung meningkat ,pengosongan
lambung terhambat
Wanita hamil rentan terhadap regurgitasi, aspirasi, dan pneumonitis.
Sistem saraf
MAC (Minimum Alveolar Concentration) menurun 40%.
lebih sensitif terhadap obat anestetik lokal yang digunakan pada regional
anestesi
karena adanya :
kompresi aortokaval
penurunan volume ruang epidural (akibat vena yang melebar)
Perubahan Ginjal
Renal Blood Flow dan GFR meningkat 50-60%
Sejak trimester 3 kehamilan hingga 3 bulan post partum.
nilai normal BUN dan serum kreatinin menurun 50 %
urin 24 jam maksimal terdapat 300 mg protein atau 10 g glukosa.
Perubahan Hepar
Dilusi konsentrasi protein plasma <<
Penurunan serum albumin
free level of protein-bound drugs in blood >>
Terjadi sedikit peningkatan terhadap tes fungsi hati pada kehamilan trimester 3.
Plasma cholinestrase menurun 25% blokade neuromuskular oleh succynylcholine
>>
meningkatnya risiko gangguan kantung empedu
Implikasi terhadap anestesi
Posisi supine kompresi aortocaval
Left lateral displacement, sanggah dengan selimut atau miringkan meja operasi

Penggantian darah
Vaginal : 300-500 ml
SC : 800- 1000 ml
Tidak perlu diganti
Aoto-tranfusion
Edema mukosa diameter trakea <<
Gunakan ETT ukuran lebih kecil
Obesitas dan >> jaringan payudara mempersulit intubasi
FRC menurunn, aorto caval syndrome
Preoksigenasi minimal 3 menit
MAC menurun 40% induksi gas volatil lebih cepat
Sirkulasi Uteroplasental
Uterine blood flow >> ( 10% dari CO)
80% plasenta
20% miometrium
Phenylephrine lebih baik untuk mengatasi hipotensi pada anestesi regional
krn kurang menyebabkan fetal asidosis dan defisit basa dibandingkan
ephedrine
Difusi suatu substansi melalui plasenta ditentukan oleh :
konsentrasi gradien maternal to fetal
ikatan protein maternal
berat molekul
kelarutan terhadap lemak
derajat ionisasi.
Secara umum, obat2an yang dapat melewati sawar darah otak dapat melewati
plasenta
Fetal uptake
pH darah fetal lebih rendah daripada maternal obat-obatan anestetik lokal
dan opioid terionisasi dalam sirkulasi fetal Obat-obatan yang terionisasi
tidak dapat kembali ke sirkulasi maternal melalui plasenta sehinga
terakumulasi dalam darah fetus (ion trapping)
SC dengan General Anestesi
Indikasi :
kontraindikasi anestesi regional
keadaan kegawatdaruratan
perdarahan masif (plasenta previa atau accreta, abruptio plasenta, atau ruptur uterus)
prolaps tali pusar
gawat janin.
General Anestesi pada SC
Berikan antasid per oral sebelum induksi
Gunakan monitor standar dan posisiskan pasien left uterine displacement
Berikan cairan kristaloid
Preoksigenasi selama 3 menit
Lakukan cricoid pressure saat memasukkan ETT
Berikan agen induksi dan paralitik rapid sequence, tunggu 30-60 menit kemudian
gunakan laringoskop untuk intubasi
Konfirmasi ETT sudah terletak dengan benar sebelum dokter bedah memulai insisi
Gunakan 50% N2O dalam O2 ditambah dengan 0,5-0,75 MAC anestesi volatil
Setelah bayi lahir, opioid, barbiturat dan propofol boleh diberikan
ekstubasi dilakukan saat pasien sadar dan kuat
Anestesi pada sectio cesarean (SC)
general anesthesia (GA),
Spinal,
Epidural
anestesi kombinasi spinal-epidural / Combined Spinal-Epidural/CSE).
Rekomendasi dalam anestesi pada SC
Teknik neuraksial lebih disarankan dibanding GA untuk sebagian besar
SC.
Untuk SC darurat, kateter epidural memberikan onset kerja yang
kurang lebih sama dibandingkan dengan inisiasi anestesi spinal.
Jika anestesia spinal dipilih, jarum spinal pencil point lebih disarankan
dibandingkan jarum spinal cutting-bevel.
GA dapat dipilih dalam kondisi tertentu, yaitu janin mengalami
bradiakrdi, ruptur uterus, perdarahan berat, abruptio plasenta berat.
Memposisikan rahim agak ke kiri disarankan selama proses kelahiran.
Preload cairan intravena pada anestesi spinal
Ephedrine atau phenylephrine
Anestesi Regional
Anestesi spinal sering dijadikan pilihan karena dianggap lebih cepat, dengan
sifat blok yang lebih baik, dan lebih ekonomis, jika dibandingkan dengan
anestesi epidural.
Evaluasi Preoperasi SC dengan Anestesi
Regional
mengetahui masalah medis dan riwayat obstetrik
Pemeriksaan fisik dan saluran napas.
Pemeriksaan laboratorium.
Infus intravena sesuai kebutuhan cairan maternal. Kekurangan cairan perlu
dicegah untuk menghindari hipotensi maternal
Pencegahan hipotensi dapat dilakukan dengan memberikan penggeseran
uterus ke kiri, vasopresor profilaksis.
Anjuran Hidrasi pada Wanita
Anestesi Spinal
Onset induksi yang lebih singkat dibandingkan epidural dan memberikan
blok yang lebih baik (gagalnya blok yaitu bersifat sebagian/tidak komplet,
jarang terjadi).
Dibutuhkan dosis obat yang lebih minimal, sehingga berkurangnya risiko
toksisitas dari anestesi tersebut, termasuk berkurangnya paparan obat
terhadap janin
Ibu tetap sadar
Minimalisasi risiko aspirasi
Level sensoris antara dermatom T4-T6 diperlukan untuk anestesi yang
adekuat
12mg hyperbaric bupivacaine dianggap cukup adekuat untuk sebagian besar
persalinan.
melakukan anestesi spinal dengan posisi lateral kanan
Medikasi dalam anestesi spinal
Kombinasi antara anestesi lokal dengan narkotik menunjukkan peningkatan
intensitas anestesia sensoris dan nosiseptif sensoris menumpul.
Disimpulkan bahwa campuran bupivacaine dengan sufentanil menunjukan
efek anestesi yang superior secara signifikan, dan dianggap sebagain pilihan
untuk melakukan SC
Yang diperlukan dalam anestesi spinal pada SC
Akses intravena yang baik dan penggunaan Ringer Laktat (jika
tidak ada kontraindikasi).
Pengawasan nadi, tekanan darah, EKG, dan saturasi oksigen.
Hyperbaric bupivacaine, 0.75% (1213 mg), kecuali pada
ketinggian anestesi yang ekstrim, dicampurkan dengan 1020 g
fentanyl dan 100200 g morphine
Menggunakan jarum 27-gauge Quincke atau 25-gauge Whitacre
Posisi uterus agak ke kiri selama operasi.
Terapi menurunnya tekanan darah maternal dengan 40 g
phenylephrine,atau ephedrine 510 mg.
Tersedianya oksigen melalui nasal kanul atau face mask.
Pengawasan postoperasi untuk mewaspadai depresi napas tertunda jika
morfin subaraknoid digunakan.
Anestesi spinal kontinu dapat digunakan pada pasien dengan ukuran tubuh
pendek atau sangat obesitas. Untuk menghindari risiko hipotensi dan blok
yang terlalu tinggi.
Tatalaksana Hipotensi Intraoperatif
Infus IV cepat dekstran 5% atau dekstran 6%. Vasopresor seperti
phenylephrine, levarterenol dan angiotensin mengembalikan
hanya tekanan darah maternal tanpa memperbaiki koreksi perfusi
uterus.
Waspada akan fenomena kompresi aortocaval. Fenomena ini
dapat diatasi dengan pemberian kristaloid 1L bersamaan dengan
pergeseran uterus ke kiri.
Pemberian profilaksi ephedrine IV bolus (0,25mg/kgBB) dapat
mencegah turunnya sistolik lebih dari 30% setelah anestesi spinal.
Anestesi Epidural
Ketika fleksibilitas diperlukan (misalkan SC diperkirakan akan lama),
teknik kateter dan epidural biasanya akan dipilih. Pada ibu dengan
risiko tinggi, kateter epidural dipasang lebih awal untuk berjaga-jaga
akan adanya SC darurat.
Anestesi lokal yang umum digunakan adalah 2-chlorprocaine, lidoacine,
dan bupivacaine.
Dibutuhkan dosis besar lokal anestesi yang digunakan untuk mencapai
level anestesi yang adekuat untuk melaksanakan SC.
Obat-obatan yang lebih aman )seperti chlorprocaine dan lidocaine) atau
ropvacaine dan lovobupivacaine dapat dipilih.
Penambahan sejumlah kecil bikarbonat (1ml terhadap 9-10ml anestesi
lokal) akan mempersingkatan onset kerja blokade.
Kondisi intraoperatif selama anestesi epidural dapat membaik dengan
penambahan fentanyl 50-100g.
Yang Perlu Diperhatikan pada Anestesi
Epidural
Infus Ringer laktat IV
Monitor nadi dan tekanan darah, EKG, saturasi oksigen dan
peningkatan denyut jantung janin selama induksi dari anestesi.
Diberikan 2% lidocaine dengan epinephrine, 0.5% bupivacaine,
0.5% ropivacaine, 0.5% levobupivacaine, atau 3% 2-
chloroprocaine. Dosis anestesi lokal terbagi, diinjeksikan secara
epidural hingga tingkat analgesia sensorik T4 tercapai. Kurang
lebvih 20ml dibutuhkan untuk mencepai tingkat ini.
Uterus digeser ke kiri
Terapi pada penurunan tekanan darah maternal dengan ephedrine (510 mg
setiap pemberian) dan volume expansion. Phenylephrine (40 g) dapat
diberikan dalam dosis-dosis kecil jika pasien memiliki kontraindikasi terhadap
ephedrine.
Diberikan oksigen dengan face mask (68 L/min) untuk mempertahankan
keseimbangan nilai asam basa ibu dan janin.
Pengawasan postoperasi terhadap depresi napas harus dilakukan jika
epidural morfin digunakan.
Komplikasi anestesi regional
Hipotensi
Wet Tap
Post Dural Puncture Headache
Evaluasi Pasien Preeklamsia
Definisi
Penyakit multiorgan
Hipertensi : sistol 140 mmHg dan diastol 90 mmHg
Proteinuria : dipstick / urin 24 jam protein 300 mg
Muncul setelah kehamilan 20 minggu
PEB
Tekanan darah sistol 160 mmHg atau diastol 110 mmHg pada dua kali
pengukuran dengan jarak 6 jam. Namun dapat langsung ditentukan apabila tekanan
diastol melebihi 110 mmHg.
Proteinuria 5 g dalam urin 24 jam atau +3 dari pemeriksaan dipstick
Oligouria: urine output kurang dari 500 ml dalam 24 jam
Gangguan cerebral seperti sakit kepala, gangguan kesadaran, atau gangguan visual
seperti pengelihatan kabur
Edema paru atau sianosis
Nyeri epigastrik atau pada kuadran kanan atas akibat peregangan kapsul Glisson
akibat edema hepar
Gangguan fungsi hepar
Trombositopenia akibat adhesi platelet dengan kolagen pada lokasi kerusakan
endotel
Sindrom HELLP: hemolitik, peningkatan enzim hepar, trombositopenia
Bukti adanya gangguan pada janin, seperti IUGR, oligohidroamnion atau abrutio
plasenta
Eklamsia
Kejang atau koma
Terjadi bukan akibat penyakit neurologis yang sudah ada sebelumnya seperti
epilepsi
Terjadi ibu hamil yang memenuhi kriteria preeklamsia.
Perubahan yang terjadi pada
preeklamsia
Perubahan Kardiovaskular
Tekanan darah meningkat pada pasien preeklamsia akibat meningkatnya
resistensi vaskular perifer akibat peningkatan aktivitas saraf simpatis.
Peningkatan tekanan darah sistolik akibat meningkatnya cardiac output
(akibat meningkatnya volume plasma pada kehamilan) dan aorta yang kaku.
Volume darah yang berkurang menyebabkan hemokonsentrasi
Perubahan Hemodinamik
Turunnya tekanan koloid onkotik pada kehamilan diperburuk dengan kondisi
preeklamsia.
Turunnya tekanan koloid onkotik + peningkatan permeabiltas vaskular +
hilangnya cairan intravaskuler dan protein ke jaringan interstitial akan
meningkatkan risiko terjadinya edema paru.
Perubahan Hematologi
Terjadi kondisi hiperkoagulasi
Peningkatan aktivasi platelet menyebabkan trombositopenia dan dapat
disertai hemolisis serta peningkatan enzim hepar (HELLP sindrome)
Perubahan pada Ginjal
Pembesaran gromelurus menyebabkan terjadi iskemik dan terjadi penurunan
GFR
Proteinuria terjadi akibat peningkatan permeabilitas glomerulus
Dapat terjadi oligouria dan hiperurecemia
Perubahan Respirasi
Edema faring dan laring dapat menimbulkan kesulitan dalam manajemen
jalan nafas, diperlukan endotracheal tube yang lebih kecil
Edema paru terjadi pada 3% kasus
Perubahan Neurologis
Manifestasi klasik berupa nyeri kepala hebat, gangguan pengelihatan,
hipereksitabilitas SSP dan hiperrefleks
Kejang mengindikasikan eklamsia sampai dibuktikan bukan. Etiologi kejang
akibat adanya vasospasme, infark mikro, pendarahan punktata, trombosis dan
edema cerebri.
Eklamsia postpartum dapat terjadi sampai 10 hari post melahirkan.
Perfusi Uteroplasenta
Perfusi uteroplasenta menurun sehingga dapat menyebabkan IUGR
Evaluasi dan Persiapan Pre
Operasi
Pemeriksaan Laboratorium
Complete Blood Count
Jumlah trombosit dan agregrasi platelet
Activated Partial Thromboplastin Time (APTT), Prothrombin Time (PT), fibrinogen, D-
Dimer
Serum elektrolit
Blood Urea Nitrogen, kreatinin, ureum
Fungsi hepar
Urinalisis, mikroskop, urin 24 jam dan creatinin clearance
Manajemen
Meningkatkan volume intravaskular
Memberikan profilaksis untuk kejang dengan magnesium sulfat
Dosis inisial 4-6 g bolus dalam 20 menit diikuti infus 1-2 g/jam
Kontrol urine output, laju respirasi dan refleks patela selama terapi
Pengecekan kadar MgSO4 dalam darah setelah 4 jam post terapi (terapeutic range : 4-6
mEq/L
Waspada MgSO4 toksisitas:
10 mEq/L : hilang deep tendon refleks
15 mEq/L : henti nafas
20 mEq/L : asystole
Terapi keracunan MgSO4: Calcium gluconas 1 g IV atau calcium chloride 300 mg
Diperlukan intubasi dan ventilator apabila terjadi gangguan nafas.
Mengkontrol hipertensi
Labetolol
Dapat mengurangi resisten vaskular sistemik ibu tanpa meningkatkan nadi ibu atau
mengurangi aliran dalam uterus dan denyut jantung janin apabila dosis diberikan kurang dari
1 mg/kg. Pemberian dosis pertama IV bolus 10-20 mg memiliki efek yang lebih cepat
dibanding hydralazine
Hydralazine
Menurunkan tensi dengan efek vasodilatasi secara langsung. Pemberian berulang tanpa
jarak waktu yang cukup dapat menyebabkan hipotensi yang berat. Pemberian dengan
dosis 5 mg- 10 mg per dosis pemberian setiap 20-30 menit sampai tekanan darah diastol
turun. Refleks simpatis berupa tachycardia, peningkatan stroke volume dan cardiac
output dapat diterapi dengan labetolol 10-20 mg IV.
Nifedipin
Ca chanel blocker yang bekerja terutama pada otot polos arteri. Nifedipin bekerja
cepat dengan pemberian oral atau sublingual. Dosis 10 mg dapat diulang dalam 30
menit dan dosis maintenance 10-20 mg setiap 3 6 jam. Pasien dengan terapi ca-
channel blocker dan magnesium sulfat perlu diwaspadai depresi jantung dan
menyebabkan edema paru.
Terapi Eklamsia
Hentikan kejang dengan Thiopental 50-100 mg IV
Menjaga jalan nafas
Memiringkan pasien ke kiri, lakukan jaw thrust
Gunakan bag and mask ventilation
Gunakan LMA bila perlu
IV line
Jaga sirkulasi
Cek tekanan darah secara berkala
Monitor EKG
Berikan Magnesium sulfat
Terapi hipertensi
Lahirkan bayi secepatnya setelah kejang reda
Manajemen Intra Operasi
Pemilihan tehnik Anestesi
Epidural
Anestesi epidural merupakan pilihan utama untuk analgesia saat melahirkan
pada pasien preeklamsia. Beberapa keuntungan dari analgesia epidural seperti:
Mengurangi hipertensi akibat respon terhadap nyeri pada wanita preeklamsia
Mengurangi kadar katekolamin dan hormon stress, sehingga dapat mengontrol tekanan
darah
Meningkatkan aliran darah intervili pada wanita preeklamsia
Cardiac ouput yang stabil
Obat anestesi lokal yang sering digunakan pada anestesi epidural berupa
bupivacaine, ropivacaine, dan levobupivacaine karena menimbulkan efek
analgesik yang poten. Selain itu konsentrasi obat yang rendah dapat
mengurangi risiko hipotensi dibandingkan dengan konsentrasi obat yang
tinggi.
Spinal
Anestesi dengan spinal juga dapat dilakukan pada wanita preeklamsia yang akan
dilakukan operasi sectio cesarean. Keuntungan anestesia spinal pada
preeklamsia berupa:
Anestesia yang lebih baik dibandingkan epidural
Jarum yang lebih kecil dibandingkan dengan jarum epidural sehingga risiko trauma vena
epidural berkurang
Obat yang bisa diberikan pada anestesia spinal dapat beruba hyperbaric
bupivacaine 0.75% dengan dosis 11.25-12 mg dengan atau tanpa fentanyl 15-
20 mcg atau morfin 100-200 mcg dapat diberikan
Anestesi Umum
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan anestesi umum pada wanita
hamil dengan preeklamsia yang akan dilakukan sectio cesarean:
Profilaksis aspirasi dapat dilakukan dengan memberikan 30 mL antasid oral dan atau
H2-blocker IV. Dapat diberikan metoclopramide 10 mg IV.
Preoksigenasi dan denitrogenisasi dengan 100% oksigen melalui face mask
Induksi anestesi dengan penekanan cricoid dan sodium pentothal 4-6 mg/kg
Succinylcholine 1.5 mg/kg untuk kondisi intubasi yang efektif
Menggunakan ETT berukuran lebih kecil (6.0 atau 6.5) akibat edema saluran nafas
Dapat digunakan muscle relaxant
Menggunakan 2/3 dosis minimum konsentrasi alveolar dari agen inhalan pada wanita dewasa
yang tidak hamil
Pemberian magnesium sulfat secara terus menerus selama operasi dan post operasi
Pemantauan tekanan darah berkala untuk mencegah terjadinya peningkatan tekanan darah yang
tinggi namun singkat. Peningkatan tekanan darah dapat meningkatkan tekanan intra cerebral dan
meningkatkan risiko terjadinya cedera cerebrovaskular.
Obat anti hipertensi dapat diberikan sesuai kebutuhan
Obat-obat hipertensi dapat diberikan sebelum induksi untuk mencegah
respons terhadap laringoskop dan intubasi. Labotolol 5 mg dapat diberikan.
Manajemen Post Operasi
Memberikan obat analgesik yang adekuat
Memantau input dan output cairan selama minimal 24 jam post op atau
sampai ada peningkatan produksi urin
Pemberian magnesium sulfat kontinua selama minimal 24 jam post op atau
sampai ada peningkatan produksi urin
Menjaga hemodinamik dengan obat antihipertensi jika dibutuhkan.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai