Case
Case
Oleh :
Meridatul Ulfa
1210070100135
Pembimbing :
dr. Elvi Fitraneti, Sp. PD
Diabetes Militus
Gangguan Gangguan
kerja insulin di
sekresi jaringan Keduanya
insulin perifer
KLASIFIKASI
Diabetes Melitus tipe 2
Kecacatan
Resistensi
dalam
terhadap
produksi
insulin
insulin
DM
Tipe 2
resistensi insulin cenderung
memburuk sehingga
meskipun konsentrasi
insulin meningkat, tampak
intoleransi glukosa dalam
bentuk hiperglikemia
setelah makan. resistensi insulin tidak
glukosa plasma tetap
berubah, tetapi sekresi
normal walaupun
insulin menurun,
terlihat resistensi
menyebabkan
insulin karena kadar
hiperglikemia puasa dan
insulin meningkat
diabetes yang nyata
3
FASE
Kriteria Diagnosis DM
Sulfoniluria Glinid
Meningkatkan sekresi Kerjanya sama dengan
insulin sel pankreas sulfoniluria
Risiko hipoglikemi
Bekerja cepat dan
hindari tua, ggn ginjal
dieksresikan lewat hati
dan jantung
Peningkat sensitivitas terhadap insulin
Hasil kerja
absorbsi Kembung
glukosa di kadar Flatulent
usus halus glukosa Efek hipoglikemi
plasma post
Mekanisme prandial
Efek samping
kerja
DPP-IV Inhibitor
Hipoglikemia
KOMPLIKASI
Makroangiopati
Komplikasi Mikroangiopati
Menahun
Neuropati
Infeksi Saluran Kemih (ISK)
uropatogenik
pyelonefritis ISKB
Peranan Faktor Virulensi
UPEC bertahan
Peranan Variasi Fase Faktor Virulensi
ISKB
laki-laki : sistitis,
prostatitis, epidimitis,
dan uretritis.
Manifestasi klinis
Lokal
Disuria
Polakisuria
Perubahan
Stranguria
Sistemik urinalisis
Tenesmus Panas badan
Nokturia sampai Hematuria
Enuresis nocturnal menggigil Piuria
Prostatismus
Septicemia dan Chylusuria
Inkontinesia
syok
Nyeri uretra
Nyeri kandung kemih
Pneumaturia
Nyeri kolik
Demam
(39.5C-
40,5C),
Distensi sakit
abdomen pinggang
PNA
Ginjal
sulit menggigil
teraba
takikardia
proteinuria
asimtomatik
hipertensi
(PNK) infeksi
eksaserbasi
akut
gagal ginjal
kronik
nokturia
stranguria polakisuria
sistitis
akut
hematuria disuria
nyeri
suprapubik
nyeri tekan di
daerah
pinggang
teraba suatu
massa tumor
dari
sistitis
hidronefrosis
kronik
distensi
vesika
urinaria.
Pemeriksaan Penunjang Diagnosis
lokasi lesi di
asal infeksi lama penyakit
paru
karakteristik mikroorganisme
penyakit penyebab
Etiologi
Bakteri
Agen penyebab pneumonia dibagi menjadi organisme
Gram Positif atau Gram Negatif seperti: Streptococcus
pneumoniae (pnemokokus), Streptococcus piogenes,
Staphylococcus aureus, Klebsiela pneumonia, Legionella,
Haemophilus influenza.
Virus
Influenza virus, Parainfluenza virus, Syncytial
adenovirus, chicken-pox (cacar air), Rhinovirus,
Sitomegalovirus, Virus herpes simpleks, Hanta virus.
Fungi
Aspergilus, Fikomisetes, Blastomisetes dermatitidis,
Histoplasma kapsulatum.
Aspirasi
Makanan, kerosene (bensin, minyak tanah), cairan
amnion, benda asing.
Patogenesis
a. Stadium I / Hiperemia (4-12 jam pertama / kongesti)
Hiperemia ini terjadi akibat pelepasan mediator-mediator
peradangan dari sel-sel mast setelah pengaktifan sel imun dan
cedera jaringan mencakup histamin dan prostaglandin.
Degranulasi sel mast juga mengaktifkan jalur komplemen bekerja
sama dengan histamin dan prostaglandin untuk melemaskan otot
polos vaskuler paru dan peningkatan permeabilitas kapiler paru.
Hal ini mengakibatkan perpindahan eksudat plasma ke dalam
ruang interstisium sehingga terjadi pembengkakan dan edema
antar kapiler dan alveolus. Penimbunan cairan di antara kapiler
dan alveolus meningkatkan jarak yang harus ditempuh oleh
oksigen dan karbondioksida maka perpindahan gas ini dalam
darah paling berpengaruh dan sering mengakibatan penurunan
saturasi oksigen hemoglobin
b. Stadium I / Hepatisasi merah (48 jam berikutnya)
Alveolus terisi oleh sel darah merah, eksudat
dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu (host)
sebagai bagian dari reaksi peradangan. Lonus
yang terkena menjadi padat oleh karena adanya
penumpukan leukosit, eritrosit dan cairan
sehingga warna paru menjadi merah dan pada
perabaan seperti hepar, pada stadium ini udara
alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga
anak akan bertambah sesak
c. Stadium III / Hepatisasi kelabu (3-8 hari)
Terjadi sewaktu sel-sel darah putih
mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada
saat ini endapat fibrin terakumulasi di seluruh
daerah yang cedera dan terjadi fagositosis sisa-
sisa sel. eritrosit di alveoli mulai di reabsorbsi,
lobus masih tetap padat karena fibrin dan
leukosit, warna merah menjadi pucat kelabu dan
kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti.
d. Stadium IV / Resolusi (7-11 hari)
Resolusi yang terjadi sewaktu respon imun
dan peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan
eksudat lisis dan diabsorbsi oleh makrofag
sehingga jaringan kembali ke strukturnya semula.
Diagnosa
a. Anamnesa
infeksi saluran nafas akut bagian atas selama
beberapa hari
dapat naik sangat mendadak sampai 39-400 C dan
mungkin disertai kejang demam yang tinggi
kegelisahan, kecemasan,
Dispnoe
awalnya batuk jarang ditemukan tetapi dapat
dijumpai pada perjalanan penyakit lebih lanjut,
mula-mula batuk kering kemudian menjadi
produktif.
b. Pemeriksaan fisik
Inspeksi : dada tergantung dari luas lesi di paru,
bagian yang sakit tertinggal waktu bernafas
Palpasi : fremitus dapat mengeras
Perkusi : redup
Auskultasi : suara napas bronkovesikuler sampai
bronkial yang mungkin disertai ronkhi basah
halus, yang kemudian menjadi rhonki basah
kasar pada stadium revolusi
c. Pemeriksaan Penunjang
a)Pemeriksaan Laboratorium
bronkopneumonia virus jumlah leukosit dapat
normal atau menurun (leukopenia)
mikoplasma umumnya ditemukan leukosit dalam
batas normal atau sedikit meningkat.
bronkopneumonia bakteri umumnya leukositosis
hingga >15.000/mm3 dengan dominasi
polimorfonuklear (netrofil) pada hitung jenis.
Trombositosis >500.000 khas untuk pneumonia
bakterial.
b). Pemeriksaan Radiologis
Bronkopneumonia bercak-bercak infiltrat
didapatkan pada satu atau beberapa lobus. Jika
difus (merata) biasanya disebabkan oleh
Staphylokokus pneumonia.
Bronchitis
Chronic
Obstructive
Asma
Pulmonary
bronchial
Disease
(COPD)
Diagnosis
Banding
Tuberculosis
Atelektasis
Paru (TB)
Penatalaksanaan
Penisilin resisten Streptococcus Pseudomonas aeruginosa
Penisilin sensitif Streptococcus pneumoniae (PRSP) Aminoglikosid
pneumonia (PSSP) Betalaktam oral dosis tinggi (untuk Seftazidim, Sefoperason, Sefepim
Golongan Penisilin rawat jalan)
Tikarsilin, Piperasilin
TMP-SMZ Sefotaksim, Seftriakson dosis tinggi
Karbapenem : Meropenem,
Makrolid baru dosis tinggi Imipenem
Makrolid
Fluorokuinolon respirasi Siprofloksasin, Levofloksasin
Mycoplasma Legionella
pneumoniae
Doksisiklin
Makrolid
Makrolid Fluorokuinolon
Fluorokuinolon Rifampisin
IDENTITAS
Nama : Ny. S
Umur : 57 tahun
Jenis : Perempuan
Alamat : Selayo
No. MR : 004124
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status pernikahan : Menikah
Tanggal masuk : 29 September 2016
Keluhan Badan terasa lemas sejak 1 hari
sebelum masuk Rumah Sakit
Utama
RPS sempoyongan.
Demam sejak 1 hari sebelum masuk
Rumah Sakit, demam meningkat pada
malam hari, demam disertai dengan
menggigil.
Pasien mengeluhkan mual sejak 1 hari
sebelum masuk Rumah Sakit tetapi tidak
terdapat muntah.
Pasien pernah
Riwayat hipertensi Riwayat diabetes
dirawat dengan
sejak 13 tahun mellitus sejak 13
diagnosa stroke
yang lalu tahun yang lalu
tahun 2002
Diabetes insipidus
Diagnosa Vaginismus
Cervisistis
Banding TB paru
Asma bronkial
Penatalaksanaan
1. Non Farmakologi
Tirah baring
IVFD RL 12 jam/kolf
2. Farmakologi
Inj Ceftriaxon 1 x 2
Inj Lovemir 1 x 16
Inj Novarapid
Simvastatin 1 x 20
Paracetamol 3 x 1
Allupurinol 2 x 100
Tramadol 2 x 20
Mini aspilet 1 x 80
Pemeriksaan anjuran
Senin/ 3 Okt Sakit kepala (+) KU : sedang Diabetes Mellitus 1. Non Farmakologi
2016 Kaki terasa berat (+) Kes : CMC tipe 2, Infeksi Tirah baring
Mual (-), muntah (-) TD:120/70 mmHg Saluran Kemih Infus aff