Anda di halaman 1dari 113

PEMICU 1

TOGOS SAMUEL LT
Anatomi sistem respirasi
Anatomi saluran pernafasan bagian atas :
saluran pernafasan atas terdiri atas :
a. lubang hidung (cavum nasalis)
hidung dibentuk oleh tulang sejati dan tulang rawan, rongga hidung
mengandung rambut (fimbriae) untuk penyaring kasar terhadap benda asing
yg masuk. Hidung berfungsi sbg jalan nafas, pengatur udara, pengatur
kelembapan udara (humidifikasi), pengatur suhu, pelindung dan penyaring
udara, indra pencium dan resonator suara.
b. sinus paranasalis
sinus paranasalis merupakan daerah yg terbuka pd tulang kepala.
Dinamakan sesuai dgn tulang tmpt dia berada yaitu sinus frontalis, sinus
ethmoidalis, sinus sphenoidalis, dan sinus maxilarris. Fungsi sinus yaitu :
1. membantu menghangatkan dan humidifikasi
2. meringankan berat tulang tengkorak
3. mengatur bunyi suara manusia dgn ruang resonansi
c. Faring
faring merupakan pipa berotot berbentuk cerobong, faring digunakan pd
saat digestion (menelan) seperti saat bernafas. Berdasarkan letaknya faring
dibagi menjadi 3 yaitu dibelakang hidung (naso-faring), belakang mulut (oro-
faring), dan belakang laring (laringo-faring).
d. Laring
laring disebut voice box dibentuk oleh struktur epitelium-lined yg
berhubungan dgn faring dan trakhea. Fungsi utama laring untuk pembentukan
suara, sbg proteksi jalan nafas bwh dr benda asing & memfasilitasi proses
terjadinya batuk.
laring terdiri atas :
1. Epiglotis
2. Glotis
3. Kartilago tiroid
4. Kartilago krikoid
5. Kartilago aritenoid
6. Pita suara
Anatomi saluran pernafasan bagian bawah
saluran pernafasan bawah (trakheobronchial tree) terdiri atas :
Saluran udara konduktif
a. Trakhea
trakhea merupakan perpanjangan dr laring pd ketinggian tulang
vertebra torakal ke-7 yg bercabang menjadi 2 bronkus. Trakhea bersifat
sangat fleksibel, berotot, dgn cincin kartilago berbentuk huruf C, pd cincin
tsb terdapat epitel bersilia tegak tg mengandung byk sel goblet yg
mensekresikan lendir (mucus).
b. Bronkus dan Bronkiolus
cabang bronkus kanan lebih pendek, lebih lebar, dan cenderung
lebih vertikal daripada cabang yang kiri. Hal tsb menyebabkan benda asing
lebih mudah masuk kedalam cabang sebelah kanan daripada cabang
bronkus sebelah kiri. Awal dari proses pertukaran gas terjadi di bronkiolus
respiratorius.
Saluran respiratorius terminal
a. Alveoli
parenkim paru-paru merupakan area yg aktif bekerja dari jaringan paru-
paru. Parenkim tsb mengandung berjuta-juta unit alveolus, alveolus
merupakan kantong udara berukuran sangat kecil, dan merupakan akhir dari
bronkiolus respiratorius sehingga memungkinkan pertukaran O2 dan CO2.
b. Paru-paru
paru-paru terletak pada rongga dada, berbentuk kerucut yg ujungnya
berada di atas tulang iga pertama dan dasarnya berada pada diafragma. Paru-
paru kanan mempunyai 3 lobus sedangkan paru-paru kiri mempunyai 2 lobus.
Setiap paru-paru terbagi lagi menjadi beberapa subbagian menjadi sekitar
sepuluh unit terkecil yg disebut bronchopulmonary segments.
c. Dada, Diafragma , dan Pleura
tulang dada berfungsi melindungi paru-paru, jantung, dan pembuluh
darah besar. Bagian luar rongga dada terdiri atas 12 pasang tulang iga.
Diafragma terletak di bwah rongga dada, pengaturan saraf diafragma
(N.prenicus) terdapat pada susunan saraf spinal pd tingkat C3, sehingga jika
terjadi kecelakaan pd saraf C3 akan menyebabkan gangguan ventilasi.
pleura merupakan membran serosa yg menyelimuti paru-paru, pleura
ada 2 macam yaitu pleura parietal dan pleura visceral.
Anatomi Hidung
A. Hidung Luar.
Hidung luar berbentuk piramid dengan bagian-bagiannya dari atas ke
bawah :
1. Pangkal hidung ( bridge )
2. Dorsum nasi
3. Puncak hidung ( apeks )
4. Ala nasi
5. Kolumela
6. Lubang hidung ( nares anterior )
Hidung luar dibentuk oleh tulang dan tulang rawan yang dilapisi oleh
kulit, jaringan ikat dan beberapa otot yang berfungsi untuk melebarkan
atau
menyempitkan lubang hidung.
Kerangka tulang terdiri dari :
1. Sepasang os nasalis ( tulang hidung )
2. Prosesus frontalis os maksila
3. Prosesus nasalis os frontalis
Sedangkan kerangka tulang rawan terdiri dari
beberapa pasang tulang rawan yang terletak
dibagian bawah hidung, yaitu :
1. Sepasang kartilago nasalis lateralis
superior
2. Sepasang kartilago nasalis lateralis
inferior ( kartilago alar mayor )
3. Beberapa pasang kartilago alar minor
4. Tepi anterior kartilago septum nasi
B. Hidung dalam
Rongga hidung atau kavum nasi berbentuk terowongan dari depan ke
belakang, dipisahkan oleh septum nasi dibagian tengahnya. Kavum nasi
bagian anterior disebut nares anterior dan bagian posterior disebut nares
posterior ( koana ) yang menghubungkan kavum nasi dengan nasofaring.
a. Vestibulum
Terletak tepat dibelakang nares anterior, dilapisi oleh kulit yang
mempunyai banyak kelenjar sebasea dan rambut-rambut panjang yang
disebut vibrisae.8
b. Septum nasi
Septum dibentuk oleh tulang dan tulang rawan.
Bagian tulang terdiri dari :
- lamina perpendikularis os etmoid
- vomer
- krista nasalis os maksila
- krista nasalis os palatina
Bagian tulang rawan terdiri dari :
- kartilago septum ( lamina kuadrangularis )
- kolumela
c. Kavum nasi
Dasar hidung
Dasar hidung dibentuk oleh prosesus palatina os maksila dan prosesus
horisontal os palatum.
Atap hidung
Terdiri dari kartilago lateralis superior dan inferior, os nasal,
prosesus frontalis os maksila, korpus os etmoid dan korpus os
sfenoid. Sebagian besar atap hidung dibentuk oleh lamina
kribrosa yang dilalui filamen-filamen n. Olfaktorius yang berasal
dari permukaan bawah bulbus olfaktorius berjalan menuju
bagian teratas septum nasi dan permukaan kranial konka
superior.
Dinding lateral
Dinding lateral dibentuk oleh permukaan dalam prosesus frontalis os
maksila, os akrimalis, konka superior, konka media, konka inferior,
lamina perpendikularis os palatum dan lamina pterigoideus medial.
Konka
Pada dinding lateral hidung terdapat 4 buah konka. Yang terbesar dan
letaknya paling bawah ialah konka inferior, kemudian yang lebih kecil
ialah konka media dan konka superior, sedangkan yang terkecil disebut
konka suprema. Konka suprema ini biasanya rudimenter. Konka inferior
merupakan tulang tersendiri yang melekat pada os maksila dan labirin
etmoid, sedangkan konka media, superior dan suprema merupakan
bagian dari labirin etmoid.8
Meatus nasi
Diantara konka-konka dan dinding lateral hidung terdapat rongga
sempit yang disebut meatus. Meatus inferior terletak diantara konka
inferior dengan dasar hidung dan dinding lateral rongga hidung. Pada
meatus inferior terdapat muara
duktus nasolakrimalis. Meatus media terletak diantara konka media
dan dinding lateral rongga hidung. Disini terdapat muara sinus maksila,
sinus frontal dan sinus etmoid anterior. Pada meatus superior yang
merupakan ruang diantara konka superior dan konka media terdapat
muara sinus etmoid posterior dan
sinus sfenoid.
Dinding medial
Dinding medial hidung adalah septum nasi
Pendarahan Hidung
Pendarahan untuk hidung bagian dalam berasal dari 3 sumber
utama:
1. a. etmoidalis anterior, yang mendarahi septum bagian
superior anterior dan dinding lateral hidung.
2. a. etmoidalis posterior ( cabang dari a. oftalmika ),
mendarahi septum bagian superior posterior.
3. a. sfenopalatina, terbagi menjadi a. nasales
posterolateral yang menuju ke dinding lateral
hidung dan a. septi posterior yang menyebar pada
septum nasi.
Persarafan hidung
1. Saraf motorik oleh cabang n. fasialis yang mensarafi otot-otot
hidung luar.
2. Saraf sensoris.
Bagian depan dan atas rongga hidung mendapat persarafan
sensoris dari n.etmoidalis anterior, merupakan cabang dari n.
nasosiliaris, yang berasal dari n. oftalmika ( N.V-1 ). Rongga
hidung lainnya , sebagian besar mendapat persarafan sensoris
dari n. maksila melalui ganglion sfenopalatina.
3. Saraf otonom.
Terdapat 2 macam saraf otonom yaitu :
a. Saraf post ganglion saraf simpatis ( Adrenergik ).
b. Serabut saraf preganglion parasimpatis ( kolinergik ).
4. Olfaktorius ( penciuman )
Nervus olfaktorius turun melalui lamina kribosa dari permukaan
bawah bulbus olfaktorius dan kemudian berakhir pada sel-sel
reseptor penghidu pada mukosa olfaktorius didaerah sepertiga
atas hidung.
Histologi
LUNG (PANORAMIC VIEW)
1. Visceral pleura
18. Pleural mesothelium
2. Alveolar duct (I.s.) 19. Pleural
conective tissue
3. Trabecula with
pulmonary vein 20. Alveolar sac
21. alveoli
4. Alveolus
5. Respiratory bronchiole 22. Alveolar ducts (I.s.)
(distal and proxima
portions)
6. Terminale bronchiole
7. Pulmonary arteriole 23. Respiratory
8. Respiratory bronchiole (t.s.) bronchioles distal
9. Alveolar duct (t.s.) 24. Simple columnor
epithelium
10. Pulmonary arteriole 25. Alveoli
11. Lymphatic nodule 26. Respiratory bronchiole
(proximal)
12. Terminal bronchiole 26. Respiratory bronchiole
(t.s.)
13. Smooth muscle
28. Pulmonary artery
14. Alveolar sac
29. Bronchial vein
30. cartilage
15. Alveolar duct (I.s.) 31. Smoot muscle
32. Pseudostratified
16. Bronchiole columnar ciliated
17. Respiratory epithelium
bronchiole distal 33. Secondary (lobar)
Portion, I.s.) bronchus
Stain : hematoxylin-eosin. 30x
FAAL PERNAPASAN
Definisi pernapasan
Klasifikasi pernapasan
Fungsi pernapasan
Mekanika pernapasan
Saraf pengatur pernapasan
Mekanisme pernapasan
Hubungan Ventilasi dan Perfusi
Definisi pernapasan:

Proses masuknya O2 ke dalam tubuh dan


mengeluarkan CO2 ke luar tubuh melalui
saluran udara dan paru2

Mekanisme Ventilasi
Klasifikasi pernapasan:

Berdasarkan lokasi Pernapasan

external internal

Berdasarkan fungsi Pernapasan

conducting respiratory
nasal

nasofaring

orofaring

laringofaringeal Respiratory zone

laring
alveoli
trakea
Saccus
Bronkus
alveol
principalis
Ductus
Bronkus
lobaris alveol
Conducting &
Bronkus Bronkiolus Bronkiolus Respiratory
segmentalis terminalis respiratorius zone
www.medlineplus.net
alveoli

www.doctorology.net
www.fromyourdoctor.com
O2 dan CO2 melewati membran alveoli
ke kapiler dengan proses difusi

www.medscape.com
Fungsi pernapasan :
1. Memasukkan O2 ke dlm tubuh dan
membuang CO2 ke luar tubuh
2. Melembabkan saluran pernapasan
3. Acid-base balance
4. Mengatur regulasi air dan panas tubuh
5. Mengatur metabolisme tubuh
6. Meningkatkan venous return
7. Proses vokalisasi
Mekanika pernapasan:
Prinsip yg harus dipegang :
1. Volume naik , tekanan menurun
2. Volume turun, tekanan naik
3. Udara selalu mengalir dari gradien tekanan tinggi
ke rendah
4. Ruangan bertekanan tinggi selalu mendorong
ruangan bertekanan rendah
Ada 4 macam tekanan(pressure) yg ada dalam
paru:
1. Tekanan atmosfer
Tekanan di luar rongga thoraks
760 mmHg
2. Tekanan intra-alveolar/intra-pulmonal
Tekanan di dalam alveolus = tekanan di dalam ronnga
paru
Keadaan normal = 760 mmHg
Inspirasi = 759 mmHg
Ekspirasi = 761 mmHg
3. Tekanan intra-pleura
Tekanan ruang tertutup
Keadaan normal = 756 mmHg
Inspirasi = 754 mmHg
Ekspirasi = 756 mmHg
4. Tekanan transmural
Tekanan di seluruh permukaan paru dan dinding toraks,
yg mencegah paru dan dinding toraks terpisah agar
tidak kolaps
Dibagi 2:
1. Tekanan transmural dinding paru = P intraalveol >> P
intrapleura
2. Tekanan transmural dinding dada = P atmosfer >> P
intrapleura
www.pubmedhealth.com
Intra-alveol/intra-pulmonal

760 760
760
756

Intra-pleural

760

760 760
760

756 Tekanan transmural


760 atmsfer dan 760 pulmonal saling menekan 756
pleura
Keadaan tekanan-tekanan paru saat
bernapas
760
760

760 759

756 754
Paru tanpa inspirasi 760 inspirasi
dan ekspirasi

761

756
ekspirasi
Saraf pengatur pernapasan:
Mekanisme pernapasan:
Pons, medullary
N frenikus ( C3-C5) respiratory &
medulla oblongata

Kontraksi otot2 Kerja diafragma


pernapasan dan abdomen

Surfaktan
Perubahan Surfaktan menurun
meningkat
volume, tekanan
Tegangan alveolus dan aliran udara Tegangan alveolus
menurun meningkat

Complience paru inspirasi ekspirasi Recoil paru


Gaya yang bekerja saat pernapasan berlangsung
Inspirasi Ekspirasi

1. Surfaktan meningkat 1. Surfaktan menurun

2. Diafragma kontraksi 2. Diafragma relaksasi

3. Abdomen relaksasi 3. Abdomen kontraksi

4. M. intercostalis eksterna 4. M. intercostalis internus


M. Sternocleidomastoideus
M. Pectoralis major & minor
M. Levator costratum
M. Skalenus
5. P intra-alveol >> P intrapleura 5. P atmosfer >> P intrapleura

6. P atmosfer >> P intra-alveol 6. P atmosfer << P intra-alveol


www.doctorology.net
Inspirasi

Tenang Aktif/paksa

Inspirasi Inspirasi
1. Surfaktan meningkat 1. Surfaktan meningkat
2. Diafragma kontraksi 2. Diafragma kontraksi
3. Abdomen relaksasi 3. Abdomen relaksasi
4. M. intercostalis eksterna 4. M. intercostalis eksterna
M. Sternocleidomastoideus M. Sternocleidomastoideus
M. Pectoralis major & minor M. Pectoralis major & minor
M. Levator costratum M. Levator costratum
M. Skalenus M. Skalenus
5. P intra-alveol >> P intrapleura 5. P intra-alveol >> P intrapleura
6. P atmosfer >> P intra-alveol 6. P atmosfer >> P intra-alveol
Inspirasi
tenang

www.PNmedical.net
Inspirasi aktif

www.PNmedical.net
Ekspirasi

Tenang Aktif/paksa

Ekspirasi Ekspirasi
1. Surfaktan menurun 1. Surfaktan menurun
2. Diafragma relaksasi 2. Diafragma relaksasi
3. Abdomen kontraksi 3. Abdomen kontraksi
4. M. intercostalis internus 4. M. intercostalis internus

5. P atmosfer >> P intrapleura 5. P atmosfer >> P intrapleura


6. P atmosfer << P intra-alveol 6. P atmosfer << P intra-alveol
Ekspirasi tenang

diafragma

www.PNmedical.net
Ekspirasi
akitf/paksa

diafragma

www.PNmedical.net
Hubungan Ventilasi dan Perfusi:
Perfusi >> ventilasi

CO2 ke paru meningkat

Aktivasi simpatis

vasokonstriksi bronkodilatasi vasodilatasi

Aliran darah ke paru Resistensi sal. Napas Aliran darah ke


menurun berkurang sistemik meningkat

Aliran O2 ke paru O2 ke seluruh jaringan


CO2 ke paru berkurang
meningkat tubuh meningkat

Mengurangi aliran CO2 Mengimbangi aliran


ke paru CO2 yg tinggi ke paru

a. pulmonal paru a. sistemik


Ventilasi >> perfusi

O2 ke paru meningkat

Aktivasi parasimpatis

vasodilatasi bronkokonstriksi vasokonstriksi

Aliran darah ke paru Resistensi sal. Napas Aliran darah ke


meningkat bertambah sistemik menurun

Eritrosit yg menjemput Aliran O2 ke paru O2 ke seluruh jaringan


O2 meningkat menurun tubuh menurun

mengimbangi tingginya mengurangi aliran O2 mengurangi O2


aliran O2 ke paru yg tinggi ke paru berlebihan ke sistemik
dan jaringan
a. pulmonal paru a. sistemik
HIDUNG
Anatomi
Rhinitis Non spesifik
Rhinitis spesifik
Rhinitis alergi
Rhinitis vasomotor
Rhinitis medikamentosa
Lain-lain
Polip nasi
pistaksis
SINUS
Anatomi
Sinusitis

LAIN-LAIN
Ca Nasofaring
Parese fasialis
Gangguan keseimbangan
Trauma wajah
RHINOLOGI
Anatomi HIDUNG LUAR
TULANG
Os Nasale
Proc . Frontalis Maksila
Proc. Nasalis Nasalis
TULANG RAWAN
Kartilago Nasalis lat. Sup
Kartilago Nasalis lat. Inf
Ala minor
kolumela
HIDUNG DALAM
SEPTUM
Tulang
Lamina Perpendikularis
Os vomer
Krista nasalis maksilla
Krista nasalis palatum
Tulang Rawan
Lamina kwadrangularis
kolumela
DINDING LATERAL
Konka nasalis
Meatus
Muara sinus
VASKULARISASI
LUAR
A. carotis interna
A.ophthalmika
A. ethmoidalis anterior
DALAM
A. maksilaris interna
A. palatina mayor
A. sfenopalatina
SEPTUM plexus Kiesselbach
SARAF
N. Trigeminus
N. ophthalmikus
N. maksilaris
N. Olfaktorius
N. Ophthalmikus
Ganglion sphenopalatina
N. petrosus superfisialis otonom parasimpatis
N. petrosus profundus otonom simpatis
Mukosa:
- sel kelenjar
- sel goblet
- 2 macam sel
Fungsi Penghidu
Sel pseudo kolumner bertingkat non silia
Fungsi Respirasi
Sel pseudo kolumner bertingkat bersilia
Fungsi Hidung
Jalan napas - bicara
Proteksi - AC
Penghidu - reflex
RHINITIS
LUAR
Vestibulitis
Sellulitis
Spesifik
Lues
Lepra
TB
DALAM
Akut
Kronis
Non spesifik
spesifik
Non spesifik
Hipertrofi
sicca
Spesifik
Lues
TB
Candida
Dipteri
atrofi
Rhinitis Akut
Erupakan sindroma dari
Common cold
Morbili
Pertusis
Trauma
Rhinitis Simplex
Virus, Rhino/Mixovirus
Gejala sistemik
Gejala lokal : pilek, gatal,mampet, kering,
cephalgi
Menular
Gejala prodromal singkat
Bisa sekunder infeksi
Dapat sembuh spontan dalam 1 minggu
Komplikasi dapat terjadi : sinusitis, otitis media,
tuba catarr
Terapi :
Bed rest
Simptomatik
Antibiotik bila ada sekunder infeksi
Rhinitis Kronis
Rhinitis Hipertropi
Konka hipertropi
Rhinorrhoe
Cephalgia
Terapi:
Simptomatik : - dekongestan
- Tetes hidung
Tindakan : - kauterisasi
- konkotomi
Rhinitis Sicca
Mukosa eutropi, hipotropi
Kadang2 krusta, kering, epistaxis
Padapenderita peminum, gizi rendah, anemia,
usia lanjut

Terapi : kausal
Rhinitis Spesifik
LUES
Treponema palidum
Lesi pada mukosa
Gejala : rhinorrhoe, nasal obstruksi, sekret
mukopurulen, krusta
Stadium lanjut: ulserasi, gumma, saddle nose
Terapi : antibiotik
TB
Sekret mukopurulen
Krusta
Stadium lanjut : ulkus, saddle nose
Diagnosis :
Terdapat basil tahan asam pada sekret
hidung
Terapi :
Cuci hidung
Obat TB
Kandida
Blastomikosis
Aspergilosis
Sekret mukopurulen
Pseudo membran
Stadium lanjut : ulkus, saddle nose
Terapi :
Anti jamur
Cuci hidung
Diptheri
Corine bacterium diphteri
Akut :
Pseudomembran hemorrhagi (+)
Gejala-gejala sistemik
Toxemia
Limfadenitis
dispnoe
Kronis :
Pseudomembran hemorrhagi (-)
Gejala sistemik (-)
Gejala lokal ringan
menular

Terapi : - ADS
- Antibiotik
- isolasi
Rhinitis Atropi
Atropi progresif mukosa dan tulang
Mukosa berubah jadi kubik, gepeng
Silia hilang
Kelenjar degenerasi
Penyebab : belum diketahui
Ditemukan terutama Klepsiella, juga terdapat
Streptococcus, Staphylococcus, Pseudomonas
Sinusitis
Defisiensi Fe
Hormonal
Gejala
Foetor
Krusta
Ingus kental
Cephalgi
Hipostomia, anosmia
Nasal obstruksi
Klinis
Cavum nasi lapang
Mukosa tipis, atropi
Terapi
Cari penyebab hilangkan
Test resitensi antibiotik
Obat cuci hidung
R/ : Na Cl
NH4Cl
NaHCO3 aaa 9
Aqua ad 300 cc
Operatif
Rhinitis Alergi
Timbul bersin, pilek, gatal hidung, mampat
akibat masuknya alergen yang diperantarai IgE
Stadium sensitisasi
Alergen macrophage dan monosit-peptida fragmen
pendek-sitokin-interleukin 4, 13 diikat sel
Limfosit B produksi Ig E Ig Eaktif diikat
mastosit dan basofil
Stadium alergi :
Alergen yang sama masuk ditangkap mastosit
dan basofil keduanya degranulasi
dilepaskan : Histamin
Prostaglandin
Sitokin
Laktoferin
Bradikinin
Efek Histamin
Rangsang saraf, gatal, bersin
Kelenjar hiperaktif
Vasodilatasi
Akumulasi : eosinofil, limfosit, basofil

Cara masuk alergen :


Ingestan
Injektan
Kontaktan
Inhalasi
2 macam alergi :
Musiman
Sepanjang tahun
Gejala
Gatal
Rhinorrrhoe
Obstruksi nasal
Lakrimasi

Pemeriksaan :
Anamnesis
Mukosa pucat
Sekret encer, banyak
Sekret : Eosinofil, Basofil, Lekosit PMN
Terapi:
Menghindari penyebab
Kortikosteroid
Anti histamin
Sedatif
Non sedatif
Kardiotoksik
Terfenadin
astemisol
Non Kardiotoksik
Loratadin
Setirisin
Fexofenadin
Komplikasi : Polip Nasi
Sinusitis
Rhinitis Vasomotor
Gangguan fungsi vasomotor hidung karena
dominasi saraf parasimpatis
Faktor predisposisi
Psikis
Obat-obatan
Anti-hipertensi
Anti hamil
Vasokonstriksi topikal
chlorpromazin
Fisik :
Rokok
Makanan tertentu
Cuaca
Masalah enokrin : hamil, pubertas
Klinis
Obstruksi nasal berpindah-pindah
Sekret kental
Terapi
Menghindari penyebab
Simptomatik
Dekongestan
Kortikosteroid
Tindakan
Kauter
Diatermi
konkotomi
Rhinitis Medikamentosa
Gangguan hidung dimana konka hipertropi
karena pemakaian vasokonstriktor berlebihan
Patofisiologi:
Vasokonstriktor berulang dan lama
vasokonstruksi diikuti vasodilatasi obstruksi
nasal
Vasokonstriktor diulang, efek vasokonstruksi
berkurang vasodilatasi
pH berubah obstruksi makin hebat obstruksi
tanpa selingan vasokonstriksi
Polip Nasi
Massa lunak, abu-abu, bertangkai, permukaan
licin
Faktor predisposisi
Radang : hidung, sinus
Patogenesis
Mukosa oedema
Cairan interselluler masuk mukosa membesar,
polipoid gaya berat, massa turun ke kavum nasi
bertangkai
Selanjutnya :
hipersekresi kelenjar
vasodilatasi pembuluh darah
Oedem stroma
Perubahan lapisan sub mukosa

Pemeriksaan:
Konka hipertropi
Konka hiperemis
Test adrenalin tak ada reaksi

Terapi :
Hentikan pemakaian
Kortikosteroid tapering off
Lokasi
Seluruh mukosa hidung
Terbanyak meatus medius di kompleks
osteomeatal

Mikroskopis
Epitel pseudostratified columnair silia
Sel-sel udem
Terdapat: eosinofil, limfosit, netrofil
Vaskularisasi minim
Saraf (-)
Gejala
Nasal obstruksi makin berat
Hiposmia, anosmia
Cephalgia
Rhinorrhoe
Pendengaran menurun

Pemeriksaan
Tampak massa di kavum nasi
Kadang2 di rongga mulut disebut Polyp Choana
Perbedaan polip dibanding konka
Konsistensi
Warna
Tangkai
Permukaan
Sensitifitas
Vaskularisasi
Reaksi adrenalin
Terapi
Massa kecil
Kortikosteroid dosis tinggi 1 minggu
Kortikosteroid topikal
Kombinasi
Anti alergi
Massa besar operasi
EPISTAKSIS
Rupturnya pembuluh darah cavum nasi
Darah keluar lewat hidung atau mulut
Etiologi:
Kongenital - teleangiectasis
Tumor jinak - hemangioma, angiofibroma,
granuloma
Tumor ganas - ca. nasofaring
Radang lokal - rhinitis, sinusitis
Radang sistemik : DHF, Tifoid, Morbili
Trauma - rumah tangga, laalu lintas
Lain-lain
Kardiovaskuler
Hipertensi
arteriosklerosis
Endokrin
Hamil
menopause
Kelainan darah
Trombositopeni
Hemofili
Lekemia
Epistaksis Anterior
Bisa terjadi spontan
Bisa spontan berhenti
Plexus Kiesselbach
Ringan
Tampon adrenalin
Tampon vaselin
Epistaksis Posterior
A. palatina mayor
Hipertensi
Berbahaya
Tampon Bellocq
Komplikasi
Hemotimpanum
Perdarahan mata
Anemia
Gangguan kardiovaskuler
shock
SINUSITIS
Topografi
Faktor predisposisi
Polip
Tumor
Konka hipertropi
Benda asing
Infeksi
Trauma
lingkungan
patofisiologi
Sinusitis akut
Berlansung 4 minggu atau kurang
Reversible
Penyebab
Rhinitis
Faringitis
Tonsilitis
Ekstraksi gigi
trauma
Gejala : sistemik
lokal
Pemeriksaan
Inspeksi, palpasi
Transiluminasi
Ro
Mikrobiologi : Virus
Bakteri : Streptococcus, Staphylococcus

Terapi :
Medikamentosa
Tindakan
Diatermi
operasi
Sinusitis Kronis
Gejala
Pemeriksaan
Transiluminasi
Ro
CT scan
Sinuskopi
Histopatologi
Mikrobiologi : Streptococcus, Staphylococcus,
Hemophylus
Terapi :
Medikamentosa
Simptomatik
antibiotik
Tindakan
Diatermi
Proetz
Operasi
Komplikasi
paru,
mata,
SSP
Kelainan pada Cavum Nasi
Definisi
Etiologi
Klasifikasi
Patofisiologi
Gejala
Pemeriksaan
Tatalaksana
Komplikasi
Pencegahan
Peradangan yang terjadi pada rongga sinus.
Sinusitis banyak ditemukan pada penderita hay fever
yang mana pada penderita ini terjadi pilek menahun
akibat dari alergi terhadap debu dan sari bunga.
Sinusitis juga dapat disebabkan oleh bahan bahan
iritan seperti bahan kimia yang terdapat pada
semprotan hidung serta bahan bahan kimia lainnya
yang masuk melalui hidung.
Sinusitis juga bisa disebabkan oleh infeksi virus atau
bakteri.
www.aafp.org
www.aafp.org
www.aafp.org
ISPA (akibat virus)
Bermacam2 Rhinitis (t.u Rhinitis alergi, rhinitis hormonal pd
wanita hamil)
Polip hidung
Kln anatomi spt deviasi septum atau hipertrofi konka
Infeksi tonsil
Infeksi gigi
Kln imunologik
Adenoid (pd anak2)
Lingkungan berpolusi
Udara dingin dan kering
Kebiasaan merokok.
Klasifikasi
Menurut lama berlangsungnya pernyakit,
sinusitis dibagi menjadi :
Sinusitis akut berlangsung selama 4 minggu
atau kurang
Sinusitis subakut berlangsung selama 4 minggu
sampai 3 bulan
Sinusiti kronis biasanya lebih dari 3 bulan
(Konsensus 2004)
Patofisiologi
Aliran udara
& drainase
terganggu
sumbatan
Tekanan
intrasinus
berubah

Sekret sinus
tertahan di
dlm rongga
sinus

Media yg baik
SINUSITIS utk bakteri
tumbuh
Sign & Symptom secara umum
Sign Symptom
Nasal obstruksi Panas tinggi
Ingus mukopurulen dan Malaise
mengalir ke tenggorokan Sakit kepala
Sakit tenggorokan Nyeri tekan di daerah
Suara serak dan batuk sinus yang terkena
Kelenjar leher Nyeri saraf
membesar
Nyeri telinga
Sinusitis Maksilaris Dapat tjd deformitas rahang-wajah bila tjd pd
anak2
Gjl: demam, malaise, nyeri kepala, wajah
terasa bengkak, gigi terasa nyeri pd pergerakan
kepala.
Sekret mukopurulen dpt keluar dari hidung
dan terkadang berbau busuk
Th/: amoksisilin, ampisilin, atau eritromisin
dan sulfonamide
Sinusitis etmoidalis Seringkali tjd bersama sinusitis maksilaris
Gejala: nyeri tekan di antara kedua mata dan
di atas jembatan hidung
Th/: antibiotik sistemik, dekongestan hidung
Sinusitis sfenoidalis Gejala: nyeri kepala yg mengarah
ke verteks kranium
Namun py ini lbh sering tjd pd
pansinusitis.
Sinusitis kronik Berlangsung selama bbrp bulan
atau thn
Mukosa umumnya menebal, mbtk
lipatan2/ pseudopolip.
Dapat disebabkan krn sinusitis
akut berulang dengan
penyembuhan yg tidak lengkap
Komplikasi
Memicu asma
Chronic sinusitis
Meningitis
Gangguan penglihatan
Aneurysms atau blood clot
Komplikasi
Manifestasi ke mata : nyeri/edema, selulitis
atau abses orbital
Osteomielitis maksila atau frontal
Manifestasi ke intrakranial : meningitis, abses
subdura, abses otak, trombosis sinus
kavernosus
Kelainan paru : bronkitis, bronkietaksis, asma
bronkial
Kelainan GIT : mual, muntah, diare
Pemeriksaan Penunjang
Transiluminasi
Rhinoskopi anterior
Rhinoskopi posterior
Pemeriksaan radiologi
Biakan kuman
Penatalaksanaan
Konservatif Pembedahan
Dekongestan Mengangkat mukosa
Antibiotik patologik dan membuat
drainase dari sinus yang
Antialergi terkena
Mukolitik Operasi caldwell-Luc
Analgetik (untuk sinus maksila)
Diatermi Etmoidektomi (untuk
sinus ethmoidalis)
Proetz
Bedah sinus endoskopik
Pungsi dan irigasi fungsional (BSEF)
Penatalaksanaan

Baloon
sinuplasty
Pencegahan
jangan sampai terkena infeksi saluran nafas.
Rajin cuci tangan
sedapat mungkin menghindari kontak erat
dengan mereka yang sedang terkena batuk
pilek.
Menjaga daya tahan tubuh dengan cukup
istirahat, mengkonsumsi makanan yang
bergizi, dan minum cukup air.

Anda mungkin juga menyukai