KELOMPOK 20 D
1. Indah Indriani
2. Fanny Dwi Putri
3. Halimah Tusadiyah
4. Citra Husna Pratiwi
5. Siti Umi Kustiah
6. Khairunnisa salsabila
7. Ikrimah Sukmanius
8. Fauzan Nashrullah
9. Ridho Hariaydi Afnim
SKENARIO
TERMINOLOGI
1. Racoon eyes : Ekimosis bilateral di daerah periorbital yang timbul tidak akibat
trauma jaringan lunak muka, marupakan indikator dari fraktur basis
cranii, yang terjadi ketika fraktur mengenai meningen dan
mengakibatkan sinus-sinus vena berdarah ke vili arakhnoid.
2. Otorhea : Keluarnya cairan dari telinga, berupa seromukosa atau purulen, atau
rembesan dari LCS.
3. Rhinorhea : Suatu kondisi dimana rongga hidung dipenuhi dengan sejumlah besar
cairan lendir.
- Kesadaran menurun sebagai akibat dari berbagai macam gangguan atau penyakit
yang masing-masing pada akhirnya mengacaukan fungsi Reticular Activating
System sacara langsung maupun tidak langsung
- Disfungsi otak difus :
1. Proses metabolik atau submikroskopik yang menekan aktivitas neuronal
2. Lesi yang disebabkan oleh abnormalitas metabolik atau toksik atau oleh
pelepasan general electric diduga bersifat subseluler atau molekuler
3. Cedera korteks dan subkorteks bilateral yang luas atau ada kerusakan
thalamus yang berat yang mengakibatkan terputusnya impuls
talamokortikal atau destruksi neuron-neuron korteks bisa karena trauma
dan stroke .
- Efek langsung pada batang otak :
1. Lesi di batang otak dan diensefalon bagian bawah yang merusak atau
menghambat Reticular Activating System
2. Lesi anatomik atau lesi destruktif terletak di talamus atau midbrain,
dimana neuron-neuron ARAS terlibat langsung
3. Lebih jarang terjadi
4. Pola patoanatomik ini merupakan tanda khas stroke batang otak akibat
oklusi arteri basilaris, perdarahan talamus dan batang otak atas, dan
traumatic injury.
- Efek Kompresi pada batang otak :
1. Kausa kompresi primer atau sekunder
2. Lesi masa yang bisa dilihat dengan mudah
3. masa tumor, abses, infark dengan edema masif atau perdarahan
intraserebral, subdural maupun epidural
4. Lesi serebral sebagai penyebab sekunder dapat menekan area reticular
batang otak atas
5. Pada kasus prolonged coma, dijumpai perubahan patologik yang terkait
lesi seluruh bagian sistim saraf korteks dan diensefalon
- Keluarnya darah pada hidung dan telinga terjadi akibat Fraktur pada Basis Cranii.
3. Bagaimana interpretasi pemeriksaan pasien
Kegawatdaruran bedah
Tauma Kepala
Kegawatdaruratan THT
Kegawatdaruratan Mata
Kegawatdaruratan Obgyn
SKEMA
KEGAWATDARURATAN BEDAH
DEFINISI LUKA BAKAR
Suatu trauma panas yang disebabkan oleh air / uap panas,
arus listrik, bahan kimia, radiasi dan petir yang mengenai
kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam kerusakan/
kehilangan kulit
ANGKA MORBIDITAS DAN MORTALITAS MASIH TINGGI
DI AMERIKA : 2 3 JUTA/TAHUN
ANGKA KEMATIAN : 5 6 RIBU / TAHUN
2. AIR PANAS
3. BAHAN KIMIA
7. LEDAKAN BOM
DERAJAT KEDALAMAN LUKA BAKAR
9 9 9 9 9 9
18 18 18 18 18 18
18 18 16 16 14 14
2. FASE SUBAKUT
- DALAM PERAWATAN
- PROBLEM LUKA, INFEKSI, SEPSIS
3. FASE LANJUT
- SETELAH BEROBAT JALAN
- PROBLEM PARUT, KONTRAKTUR
PENATALAKSANAAN
PENDERITA LUKA BAKAR
FASE AKUT
I. PRIMARY SURVEY :
PEMERIKSAAN SEPERTI PADA TRAUMA YANG LAIN.
A. HISTORY / ANAMNESA
B. PEMERIKSAAN FISIK / LENGKAP
MULAI KEPALA - KAKI
PRINSIP PENANGANAN
1. HENTIKAN PROSES YANG MENYEBABKAN LUKA BAKAR
2. UNIVERSAL PRECAUTION, HIV, HEPATITIS
3. FLUID RESUSCITATION : 2-4 CC RL X BB X LUAS LB.
4. VITAL SIGN
5. PEMASANGAN NASOGASTRIC TUBE
6. PEMASANGAN URINE KATETER
7. ASSESSMENT PERFUSI EKSTRIMITAS
9. PAINT MANAGEMENT
FORMULA BROOKE
FORMULA PARKLAND
MODIFIKASI BROOKE
FORMULA MONAFO
Formulas Used to Calculate fluid Needs in Burn Shock
NAME AND YEAR SOLUTIONS, AMOUNTS,
OF 1st 24 HOURS AND RATES
INTRODUCTION 2nd 24 HOURS
Baxter/
Lactated Ringers, 4 ml/% BBSA/kg Dextran 40, 500-1000 ml
Parkland given over first 8 hrs Begin at 1st 18 hrs
given over remaining 16 hrs
1968
NAME AND YEAR SOLUTIONS, AMOUNTS,
OF AND RATES
1st 24 HOURS
INTRODUCTION 2nd 24 HOURS
1984
1970
KEBUTUHAN FAALI :
< 1 TAHUN : BB X 100 CC
1-3 TAHUN : BB X 75 CC
3-5 TAHUN : BB X 50 CC
ANAK : 1 CC/KG/JAM
2. OLIGO-URIA
4. BLOOD PRESSURE
5. HEART RATE
CO HIPOKSIA
TIPE TRAUMA INHALASI
(ABLS)
1. KERACUNAN KARBON MONOKSIDA
1. DILAKUKAN TRAKEOSTOMI
8. KASUS INI DIRAWAT PADA BED OBSERVASI DENGAN POSISI DUDUK ATAU
SETENGAH DUDUK.
2. LONCATAN ENERGI
DITIMBULKAN OLEH UDARA YANG BERUBAH MENJADI API
3. KERUSAKAN JARINGAN
AKIBAT KERUSAKAN SISTEM PEMBULUH DARAH SEPANJANG YANG
DIALIRI LISTRIK (TROMBOSIS)
PENANGANAN LUKA BAKAR LISTRIK :
A. PRIMARY SURVEY
2. BREATHING
3. CIRCULATION
4. DISABILITY
PEMERIKSAAN KESADARAN G C S DAN PERIKSA PUPIL
B. SECONDARY SURVEY
4. MANITOL JARANG
D. CARDIAC MONITORING
2. ACIDS / ASAM
HYDROCHLORIC ACID, OXALIC ACID, SULFURIC ACID
PEMBERSIH KAMAR MANDI, KOLAM RENANG.
MENYEBABKAN KERUSAKAN COAGULATION NECROSIS
3. ORGANIC COMPOUNDS
PHENOL, CREOSOTE, PETROLEUM.
SEBAGAI DESINFECTANS KIMIA.
MENYEBABKAN KERUSAKAN CUTANEUS, EFEK TOKSIS TERHADAP GINJAL DAN LIVER
BERAT/RINGANNYA TRAUMA TERGANTUNG :
1. BAHAN / AGENT
2. KONSENTRASI
3. VOLUME
4. LAMA KONTAK
5. MEKANISME TRAUMA
PENATALAKSANAAN :
3. MONITORING JANIN
2. PERSALINAN PREMATUR
Tindakan :
Ekstraksi dengan spatel lidah dan cunam
Benda Asing di Hidung
Gejala :
Hidung tersumbat
Sekret hidung unilateral dan berbau
Tindakan :
Ekstraksi dengan spekulum hidung dan pengait
Pengait Corpus Hidung
Pengait Corpus Hidung
Benda Asing di Liang Telinga
Gejala :
Sumbatan liang telinga
Rasa nyeri di telinga jika serangga
Tindakan :
Ekstraksi dengan pengait atau pinset
Jika serangga diteteskan dahulu dengan alkohol atau klor etil
EPISTAKSIS
Penyebab Epistaksis
Trauma : terpukul, korek hidung, post operasi hidung, sinus paranasal dan
nasofaring
Tumor hidung, sinus paranasal, dan nasofaring
Infeksi (sinusitis, DHF)
Deviasi septum
Osler disease
Hipertensi
Kelainan darah
Perubahan tekanan mendadak
Gangguan endokrin
A (Anamnesis dan pem.
Fisik) :
-Umur
-Keadaan umum
-Tensi dan nadi
-Trauma C (perdarahan anterior) :
-Tumor -Tampon anterior
-Deviasi septum -Kaustik
-Infeksi
-Kelainan kongenital
-Hipertensi
-Kelainan darah
-Perubahan tekanan
-Gangguan endokrin
B (Tindakan segera) :
-Perbaiki Keadaan umum
-Infus dan transfusi
EPISTAKSIS
-cari sumber perdarahan
-hentikan perdarahan
Pemeriksaan Penunjang :
-Darah Lengkap
-Funsi homeostasis D (perdarahan posterior) :
-EKG, uji faal hepar, faal -Tampon Bellocq
ginjal, foto tulang hidung
dan sinus paranasal, CT
scan (atas indikasi)
Tampon Belloque dan Kateter
Trauma hidung
A (Anamnesis dan pem.
Fisik) :
-Pasca trauma
C (Trauma Tertutup) :
-Deformitas - C1 : tidak ada
-Epistaksis edemareposisi
-Tensi normal/turun segera
- C2 : edema
reposisi setelah
edema hilang
B (Tindakan segera) :
-Bebaskan jalan nafas
Trauma hidung -hentikan perdarahan
Infus bila perlu
D (Trauma terbuka) :
Pemeriksaan Penunjang : - Eksplorasi dan reposisi
-foto rontgen tulang
hidung
-CT scan bila perlu
Penyebab :
Kecelakaan lalu lintas
Kecelakaan lain, di rumah tangga, pekerjaan dan olahraga
Perkelahian/tindak kekerasan
Pemeriksaan fisik :
Gangguan jalan nafas
Perdarahan dari hidung/mulut
Tensi
Pemeriksaan hidung dan sekitarnya :
Edema serta hematoma hidung
Deformitas hidung
Kripitasi tulang hidung
Luka terbuka, bagian hidung lepas
Perdarahan dari hidung dan mulut
Penatalaksanaan trauma hidung :
Tindakan penyelamatan
Bebaskan jalan nafas
Perhatikan tanda vital
Hentikan perdarahan
Tindakan mengembalikan fungsi hidung dan mencegah komplikasi :
Reposisi pada deformitas tulang
KOMPLIKASI
Neurologik
Robeknya durameter
Meningitis
CSF keluar
Pneumosefalus
Laserasi otak
Avulsi dari nervus olvaktorius
Hematoma epidural atau subdural
Kontusio otak dan nekrosis jaringan otak
Mata
Telekantus traumatik
Hematoma pada mata
Kerusakan nervus optikus KEBUTAAN
Epifora
Ptosis
Kerusakan bola mata
Hidung
Perubahan bentuk hidung
Obstruksi rongga hidung
Gangguan penciuman
Epistaksis posterior
Kerusakan duktus nasofrontalis sinusitis frontalis atau mukokel
Abses leher dalam
Gejala :
Panas didahului ISPA
Nyeri menelan
Sulit menelan
Trismus rangsangan m. pterigoid
Benjolan
Sesak nafas bila abses meluas
Sakit gigi dapat menjadi sumber infeksi
Pemeriksaan penunjang :
Foto toraks melihat adanya komplikasi (mediastinitis, abses paru)
Foto jaringan lunak leher
Tindakan segera :
Perbaiki keadaan umum
Evakuasi pus/nanah
antibiotik
Esofagitis korosif
Merupakan luka bakar di esofagus yang disebabkan oleh tertelan zat
korosif
Asam (HCl, H2S04, HNO3, asam cuka)
Alkali (NaOH, KOH)
Zat Organik, seperti lisol dan karbol
Beratnya gejala bergantung kepada
Macam zat korosif
Konsentrasi zat korosi
Jumlah yang tertelan
Lama zat korosif kontak dengan mukosa esofagus
A (Anamnesis dan pem.
Fisik) :
-Tertelan zat korosif
Rawat
-Luka bakar di mulut Esofagoskopi
-Nyeri di dada/epigastrium dilatasi
-syok
B (Tindakan segera) :
-minum air susu
Esofagitis Korosif -infus
-antibiotika
-kortikosteroid
Pemeriksaan Penunjang :
-foto polos esofagus
Tindakan Segera
Sebelum 6 jam minum air mengencerkan zat yang ada di
lambung supaya tidak merusak saluran cerna.
Minum susu bila pasien muntah zat tersebut tidak merusak
esofagus untuk kedua kalinya
Tindakan Segera
Infus menjaga elektrolit darah
Antibiotika injeksi Penisilin 1 juta unit
Kortikosteroid
Tindakan Selanjutnya
Esofagoskopi untuk dilatasi dilakukan pada minggu kedua dengan
catatan tidak terdapat ulkus lagi
KEGAWATDARURATAN MATA
GLAUKOMA AKUT
Kelokmpok 1B:
o Alisya Putri Hannani
o Desi Kartika Sari
o Nurhatika
o R. Bobby Wibisono.S.
o Septian Hady Putra
o Sella Annisa
o Ummi Mukaromah
o Welly Elvandari
o Yolanda Yuriati
o Yogi Ersandi
DEFINISI
Glaukoma
Sudut terbuka
POAG
Kronis
Primer
Sudut tertutup
PCAG
Sekunder Akut
mekanik Iskemik
Aquos
humor halo Perfusi Saraf
simpatis
TIO Merangsa
Iskemik Vasokontri
Edema ng N.V
epitel ksi PD GI
Menekan
saraf optik kornea Merusak
Nyeri mata baroresept
GRC
or
Penglihatan
Lap Implus
pandang pusat MO
GLAUKOMA Muntah
STRUKTUR YANG TERLIBAT
Aquous humour
Discus opticus
Papil saraf optic
Sel ganglion retina
Iris dan Corpus ciliaris
Processus optikus
Trabecula meshwork dan canalis schlemm
GEJALA DAN TANDA
Glaukoma sudut terbuka:
Kehilangan penglihatan perifer secara bertahap (umum:
bilateral)
Stadium lanjut Tunnel vision
Glaukoma sudut tertutup:
Sakit atau nyeri pada mata
Mual dan muntah
Gangguan visual mendadak (umum: dalam cahaya
rendah/redup)
Penglihatan kabur
Halo sekitar cahaya
Mata merah
PEMERIKSAAN FISIK
Tonometri TIO meningkat.
Oftalmoskopi discus opticus merah dan bengkak.
Gonioskopi dangkal.
Kampimetri lapangan pandang berkurang karena
peningkatan TIO dapat merusak papil saraf optik.
Visus mata atau uji tajam penglihatan visus
sangat menurun.
Tes provokasi (tes minum air dan tes kamar gelap).
PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Tonometri Schiotz (Normal TIO : 10-21 mmHg), pada
glaukoma akut dapat mencapai 40 mmHg.
- Opthalmoskop : melihat discus opticus merah dan bengkak,
rasio CDR 0,5 menunjukkan TIO meningkat signifikan.
- Gonioskop : untuk menilai keadaan sudut bilik mata depan :
dangkal.
- Perimetri : lapang pandang akan berkurang karena
peningkatan TIO dapat merusakan papil saraf opticus.
- Slit-lamp biomikroskopi, dapat melihat hiperemis siliar
karena injeksi pembuluh darah konjunctiva, edema kornea,
bilik mata depan dangkal, pupil oval vertikal, tidak ada reaksi
terhadap cahaya.
PENATALAKSANAAN
Iridektomi Kontraindikasi
Indikasi - Ruberosis iridis
- Glaukoma sudut - Anti-koagulan sistemik
tertutup dengan blok
pupil
Komplikasi
- mencegah terjadinya
blok pupil pada mata - kerusakan lokal pada
yang beresiko lensa dan kornea
- Dilakukan pada mata - alasio retina
kontralateral dengan - tekanan intra okuler
potensial glaukoma meningkat
akut - pendarahan
Gonioplasti
A.Indikasi
1.Acute angle-closure glaucoma
a. Angle-closure glaucoma yang tidak responsif terhadap terapi medis
b. Sebagai tindakan sementara untuk membuka sudut sampai laser iridektomi dapat dilakukan.
2.Plateau iris syndrome
3.Nanophthalmos
B.Kontraindikasi
1.Kondisi kornea yang keruh atau edema kornea
2.Bilik mata yang datar
3.Tumor pada ciliary body atau iris
4.Uveitis
Gonioplasti
C.Komplikasi prosedur,prevensi & management
1.Peningkatan tekanan intra okular dan iritis
a.Prevensi
Pemberian parasimpatomimetik untuk meregangkan iris hingga maksimal
b.management
Kortikosteroid topikal
Pengobatan glaukoma topikal
Oral acetazolamide 250-500 mg
2. Luka bakar endotel kornea
a.prevensi
Gunakan low power untuk menghasilkan kontraksi iris
b.management
Dalam hampir semua kasus, luka bakar endotel hilang dalam beberapa hari dan belum terbukti menjadi
komplikasi utama
KEGAWATDARURATAN OBGYN
Perdarahan pada Kehamilan
Abortus
Perdarahan yang terjadi saat usia kehamilan < 22 minggu
Jenis : Iminen, insipen, komplit dan inkomplit
Tatalaksana : tergantung jenis abortus
KET
Kehamilan yang berlangsung di laur kolkalisasi endometrium yang
normal
Tersering di tuba
Trias : amenore, nyeri perut, perdarahan intra abdominal dan
transvaginal
Tatalaksana awal : Resusitasi -> Rujuk -> Laparatomi.
Mola Hidatidosa
Pertumbuhan abnormal dari trofoblastik
Berhubungan dengan defisiensi gizi
Diagnosis : aminore, mual muntah hebat, TFU besar dari seharusnya,
DJJ (-)
TL : pengguguran dan kuretase mola atau histerektomi
Salah satu komplikasi terbanyak pada kehamilan: PERDARAHAN.
Penyebab perdarahan pada trimester 2 dan
3
1. Plasenta previa
Adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim
sehingga menutupi seluruh atau sebagian dari oui.
Klasifikasi:
a. Plasenta previa totalis
b. Plasenta previa parsialis
c. Plasenta previa marginalis
d. Plasenta previa letak rendah
Faktor Risiko
Multiparitas
Kehamilan kembar
Usia kehamilan >35 tahun.
Riwayat insisi uterus & SC.
Manifestasi Klinis
Perdarahan tanpa rasa nyeri mendekati akhir trimester II atau III
Perdarahan berwarna merah segar.
Uterus lembak, tonus normal.
Pengeluaran darah yang diobservasi sebanding dengan tanda tanda
shock.
Hasil USG --- implantasi lasenta abnormal.
tatalaksana
Intervensi medis secara umum ditentukan :
Keadaan umum penderita
Lokasi plasenta
Jumlah perdarahan.
Usia kehamilan
Keadaan janin intrauterin
tatalaksana
Prinsip dasar yang harus segera dilakukan pada semua kasus
perdarahan antepartum adalah menilai kondisi ibu dan janin,
melakukan resusitasi secara tepat apabila diperlukan, apabila terdapat
fetal distress dan bayi sudah cukup matur untuk dilahirkan maka perlu
dipertimbangkan untuk terminasi kehamilan.
Cara pesalinan ditentukan oleh jarak antara tepi plasenta dan ostium
uteri internum dengan pemeriksaan USG transvaginal pada minggu ke
35 kehamilan. Apabila jaraknya >20 mm persalinan pervaginam
kemungkinan besar berhasil. Apabila jarak antara tepi plasenta dengan
ostium uteri internum 0-20 mm maka besar kemungkinan dilakukan
bedah sesar, namun persalinan pervaginam masih dapat dilakukan
tergantung keadaan klinis pasien.
SOLUSIO PLASENTA
Lepasnya plasenta pada implantasi normal sebelum waktunya
waktunya pada kehamilan di atas 28 minggu.
Faktor penyebab
Trauma langsung pada abdomen.
Hipertensi pada kehamilan
Umbilikus yang pendek atau lilitan tali pusat.
Vena kava inferior yang tertekan.
Preeklamsi dan eklamsi saat melakukan versi luar
Gejala Klinis
Perdarahan yang disertai rasa sakit.
Tergantung jumlah perdarahan retroplasenter Gejala kardio
vaskuler ringan sampai berat. Abdomen dapat menjadi tegang.
Janin asfiksia ringan sampai kematian intrauterin.
klasifikasi
Solusio Plasenta Ringan
tanpa rasa sakit perdarahan kurang
500 cc plasenta lepas kurang dari 1/5 bagian
Solusio Plasenta Sedang bagian janin
masih teraba perdarahan antara 500
1000 cc terjadi fetal distress
plasenta lepas sekitar 1/3 bagian
Solusio Plasenta Berat
abdomen nyeri palpasi janin kurang
janin telah meningal
Penderita jatuh ke dalam syok. Plasenta
lepas di atas 2/3 bagian
Terjadi gangguan pembekuan darah.
tatalaksana
1) Solusio plasenta ringan
Bila usia kehamilan kurang dari 36 minggu dan bila ada perbaikan
(perdarahan berhenti, perut tidak sakit, uterus tidak tegang, janin
hidup) dengan tirah baring dan observasi ketat, kemudian
tunggu persalinanspontan. (2)
Bila ada perburukan (perdarahan berlangsung terus, gejala solusio
plasenta makin jelas, pada pemantauan dengan USG daerah solusio
plasenta bertambah luas), maka kehamilan harus segera diakhiri. Bila
janin hidup, lakukan seksio sesaria, bila janin mati lakukan amniotomi
disusul infus oksitosin untuk mempercepat persalinan
2) Solusio plasenta sedang dan berat (2)
Apabila tanda dan gejala klinis solusio plasenta jelas ditemukan,
penanganan di rumah sakit meliputi transfusi darah, amniotomi, infus
oksitosin dan jika perlu seksio sesaria
Apabila diagnosis solusio plasenta dapat ditegakkan berarti perdarahan
telah terjadi sekurang-kurangnya 1000 ml. Maka transfusi darah harus
segera diberikan. Amniotomi akan merangsang persalinan dan
mengurangi tekanan intrauterin. Dengan
melakukan persalinan secepatnya dan transfusi darah dapat mencegah
kelainan pembekuan darah. Persalinan diharapkan terjadi dalam 6 jam
sejak berlangsungnya solusio plasenta. Tetapi jika tidak
memungkinkan, walaupun sudah dilakukan amniotomi dan infus
oksitosin, maka satu-satunya cara melakukan persalinan adalah seksio
sesaria
Apoplexi uteroplacenta tidak merupakan indikasi histerektomi. Tetapi
jika perdarahan tidak dapat dikendalikan setelah dilakukan seksio
sesaria maka histerektomi perlu dilakukan.