Anda di halaman 1dari 15

BAB 18 AUDIT SIKLUS AKUISISI

DAN PEMBAYARAN: PENGUJIAN


PENGENDALIAN, PENGUJIAN
SUBSTANTIF ATAS TRANSAKSI,
DAN UTANG USAHA
NAMA ANGGOTA KELOMPOK:
1.ALLAFTA BALKIS F1317002
2.ATIKAH RAMADHANI P F1317009
3.FAHRANA RIZKI A F1317030
A. Akun Dan Kelas Transaksi Dalam Siklus
Akuisisi Dan Pembayaran
Tujuan dari audit atas siklus akuisisi dan pembayaran adalah
untuk mengevaluasi apakah akun-akun yang dipengaruhi oleh
akuisisi barang dan jasa serta pengeluaran kas bagi akusisi
tersebut disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip-prinsip
akuntansi yang diterima umum.
Terdapat tiga kelas transaksi yang dimasukkan ke dalam siklus:
1. Akuisisi barang dan jasa
2. Pengeluaran kas
3. Retur dan pengurangan pembelian serta diskon pembelian
Sepuluh akun khusus yang terlibat dalam siklus akuisisi dan
pembayaran yang ditunjukkan oleh akun-T.
B. Fungsi Bisnis Dalam Siklus Serta
Dokumen Dan Catatan Terkait
Memproses Pesanan Pembelian

Menerima Barang dan Jasa

Mengakui Kewajiban

Memproses dan Mencatat Pengeluaran Kas


Memproses Pesanan Pembelian

Permintaan akan barang dan jasa oleh personil klien


merupakan titik awal bagi siklus ini. Dokumen yang umum
digunakan meliputi:
a) Permintaan pembelian (purchase requisition),
b) Pesanan pembelian (purchase order),
Menerima Barang dan Jasa
Penerimaan barang dan jasa dari vendor oleh perusahaan
merupakan saat dimana sebagian besar perusahaan mulai
mengakui akuisisi dan kewajiban terkait pada catatannya.
Ketika barang telah diterima, pengendalian yang memadai
akan mewajibkan dilakukannya pemeriksaan atas deskripsi,
kuantitas, kedatangan yang tepat waktu, dan kondisi.
Dokumen terkait fungsi bisnis ini yaitu, Laporan
Penerimaan.
Mengakui Kewajiban
Pengakuan kewajiban yang tepat atas penerimaan barang
dan jasa memerlukan pencatatan yang tepat waktu dan
akurat. Dokumen dan catatan yang umum meliputi:
1. Faktur Vendor
2. Memo Debet
3. Voucher
4. File Transaksi Akuisisi
5. Jurnal Akuisisi atau Listing
6. File Induk Utang Usaha
7. Neraca Saldo Utang Usaha
8. Laporan Vendor
Memproses dan Mencatat Pengeluaran Kas

Pembayaran atas pembelian barang dan jasa


merupakan aktivitas yang signifikan bagi semua entitas.
Aktivitas tersebut secara langsung akan mengurangi saldo
akun kewajiban, terutama utang usaha. Dokumen yang
terkait dengan proses pengeluaran kas yang diperiksa
auditor termasuk:
1. Cek,
2. File transaksi pengeluaran kas (cash disbursement
transaction file),
3. Jurnal atau listing pengeluaran kas (cash disbursement
Journal or Listing).
C. Metodologi untuk Merancang Pengujian
Pengendalian dan Pengujian Substantif atas
Transaksi
Memahami pengendalian
internal-akuisisi pengeluaran
kas

Menilai risiko pengendalian


yang direncanakan-akuisisi
dan pengeluaran kas

Menentukan luas pengujian


pengendalian*
*luas pengujian pengendalian ditentukan oleh
ketergantungan yang dierencanakan pada
pengendalian

Merancang pengujian Prosedur audit


pengendalian dan pengujian
substantif atas transaksi Ukuran sampel
untuk akuisisi dan
pengeluaran kas guna Item yang akan dipilih
memenuhi tujuan audit yang
berkaitan dengan transaksi Penetapan waktu
Pengujian Pengendalian dan
Pengujian Substantif atas transaksi
untuk siklus akuisisi dan
pembayaran

Pengujian Pembayaran,
Pengujian akuisisi, Menyangkut fungsi
Meliputi tiga dari empat keempat, yaitu memproses
fungsi bisnis dan mencatat pengeluaran
kas
Metodologi Untuk Merancang Pengujian atas
Rincian Saldo Utang Usaha
Mengidentifikasi risiko bisnis yang
Tahap I
mempengaruhi utang usaha

Menetapkan materialitas kinerja dan


menilai risiko inheren untuk utang Tahap I
usaha

Menilai risiko pengendalian untuk


Tahap I
siklus akuisisi dan pembayaran

Merancang dan melaksanakan


pengujian pengendalian dan pengujian
Tahap II
substantif atas transaksi untuk siklus
akuisisi dan pembayaran
D. Prosedur Analitis untuk Siklus Akuisisi dan
Pembayaran
Prosedur Analitis Salah Saji yang Mungkin
Membandingkan saldo akun beban Salah saji utang usaha dan beban
yang berhubungan dengan akuisisi
dengan tahun sebelumnya

Mereview daftar utang usaha untuk Klasifikasi salah saji untuk


melihat utang yang tidak biasa, kewajiban nondagang
nonvendor, dan utang berbunga

Membandingkan utang usaha Akun yang tidak tercatat atau


individual dengan tahun sebelumnya tidak ada, atau salah saji

Menghitung rasio, seperti pembelian Akun yang tidak tercatat atau


dibagi dengan utang usaha, dan tidak ada, atau salah saji
utang usaha dibagi dengan
kewajiban lancar
Metodologi Untuk Merancang Pengujian atas
Rincian Saldo Utang Usaha

Merancang dari melaksanakan


Tahap III
prosedur analitis untuk utang usaha

Merancang pengujian atas Prosedur audit


rincian saldo utang usaha Ukuran sampel
untuk memenuhi tujuan Tahap III
audit yang berkaitan Item yang akan dipilih
dengan saldo Penetapan waktu
Contoh Kasus
Comptronix Corporation mengumumkan bahwa anggota senior tim manajemennya telah
melebihsajikan laba, dan akan dilakukan penyesuaian yang material atas laporan keuangan
yang diaudit pada tahun sebelumnya. inti dari kecurangan adalah penggunaan utang usaha
yang fiktif atas pembelian item peralatan yang besar untuk melebihsajikan aset tetap dan
menyembunykan penjualan fiktif.
Eksekutif senior mengakali pengendalian internal Comptronix yang ada dengan melewati
departemen pembelian dan penerimaan sehingga tidak ada orang di Comptronix yang akan
mengungkapkan skema tersebut. Para karyawan Comptronix biasanya meninggalkan jejak
kertas yang cukup ekstentif untuk pembelian peralatan. Pengendalian internal perusahaan
terhadap tansaksi akuisisi dan pengeluaran kas umumnya memerlukan pesanan pembelian,
laporan penerimaan, dan faktur vendor sebelum pembayaran dapat diotorisasi oleh Chief
Operating Officer atau kontroler/bendahara, yang keduanya terlibat dalam kecurangan
tersebut. Sebagai akibatnya, para eksekutif itu mampu melewati pengendalian terhadap
pengeluaran kas dan mengotorisasi pembayaran atas pembelian fiktif tanpa membuat
dokumen apapun untuk transaksi fiktif.
Perusahaan juga menciptakan penjualan fiktif dan piutang yang terkait. Perusahaan
mengeluarkan cek untuk membayar transaksi pembelian fiktif itu. Cek tersebut kemudian
disetorkan kembali ke dalam akun perusahaan dan dicatat sebagai penagihan atas piutang
fiktif. Akibatnya, penjualan fiktif tersebut tampak telah ditagih, dan pembayaran dilakukan
untuk mendukung pembelian aset tetap fiktif.
Skema kecurangan itu membesarkan-besarkan kinerja perusahaan dengan melaporkan laba
padahal sebenarnya perusahaan mengalami kerugian. Ketika kecurangan tersebut
diumumkan kepada publik, harga saham Comptronix menurun secara drastis sebesar 72%.
SEC akhirnya menuntut para eksekutif itu karena melanggar provisi antikecurangan dari
Securities Act tahun 1933 dan Securities Excange Act tahun 1934. SEC secara permanen
melarang para eksekutif itu untuk menjadi pejabat atau direktur perusahaan publik mana
pun, memintanya untuk membayarkan kembali bonus dan kerugian perdagangan yang
dihindari, dan mengenakan penalti moneter sipil kepada mereka.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai