Anda di halaman 1dari 30

STUDI POTENSI

AIR BAKU KABUPATEN BONE


PROVINSI SULAWESI SELATAN

DR. Ir. THOMAS RAYA TANDISAU,MM


NIP : 19571231 1982100 1 006
Pangkat : Pembina Utama Muda
Golongan : IVc
Jabatan Fungsional Teknik Pengairan Madya

Januari 2017
DATA PRIBADI PEGAWAI

A. Data Pribadi
Nama : DR. Ir. Thomas Raya Tandisau, MM
Tempat/Tgl.Lahir : Rantepao, 1957
Status Pegawai : Pegawai Negeri Sipil Pusat
NIP : 110027112/195712311982101006
Golongan : Pembina / Iva
TMT Golongan : 01 April 2012

B. Riwayat Pendidikan Formal


Tingkat & Jurusan Pendidikan Lembaga Pendidikan Tahun Lulus
SD Yayasan Katolik Tahun 1970
ST Bangunan Air Negeri Tahun 1973
STM Bangunan Air Yayasan Kristen Tahun 1976
PAT Sipil Universitas Hasanuddin Tahun 1982
Sarjana Teknik Sipil Universitas Muslim Indonesia Tahun 2000
Magister Manajemen Universitas Muslim Indonesia Tahun 2002
Doktoral (Ph.D) Universiti Tun Abdul Razak Malaysia Tahun 2009
C. Riwayat Jabatan
Tahun s/d
Uraian Jabatan Unit Kerja
Tahun
1. Pengawas Utama Proyek Irigasi Sederhana Sul-Sel Dinas Pekerjaan Umum 1982 s/d 1985
2. Counterpart Special Maintenance ISSP I & ISSP II Proyek Irigasi Sul-Sel 1986 s/d 1990
3. Kepala Urusan Perencanaan Proyek Irigasi Sul-Sel Proyek Irigasi Sul-Sel 1987 s/d 2000
4. Direksi Pelaksana FMIS Proyek Irigasi Sul-Sel 1987 s/d 2000
5. Asisten Teknik Bagpro Rancang Bangun Wil.Timur Proyek Irigasi Sul-Sel 2001 s/d 2003
6. Pemimpin Bagian Proyek Jaringan Irigasi Air
Proyek Irigasi Gorontalo 2004 s/d 2005
Tanah Gorontalo
7. Kasatker Penyediaan Air Baku Jeneberang Proyek Induk Pelaksana
2006 s/d 2007
Sungai Jeneberang
8. PPK O & P Sulawesi Tenggara Balai Besar Wil. Sungai
2007 s/d 2008
Pompengan Jeneberang
9. PPK Pembangunan Waduk Ponre-Ponre Balai Besar Wil. Sungai
2008 s/d 2009
Pompengan Jeneberang
10. PPK Pembangunan Bendung Gerak Tempe Balai Besar Wil. Sungai
2009 s/d 2010
Pompengan Jeneberang
11. Pejabat Fungsional Teknik Pengairan Madya pada
Balai Besar Wil. Sungai 2011 sampai
Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan
Pompengan Jeneberang sekarang
Jeneberang
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Air baku merupakan kebutuhan utama manusia dan
pada saat kemarau, sumber air menjadi kering dan
masyarakat akan resah. Hingga saat ini pengembangan Air
Baku di seluruh Pelosok Indonesia belum memenuhi target
yang diharapkan, dimana air tidak tersedia pada waktu yang
diperlukan, air tidak tersedia pada ruang / tempat yang
dibutuhkan.
Salah satu langkah pemerintah untuk mengantisipasi
masalah kelangkaan air bersih, adalah meluncurkan suatu
program yang tujuannya melakukan studi untuk mencari
potensi sumber air baku diseluruh daerah secara nasional
yang memungkin dan memenuhi syarat untuk dikembangkan
guna memenuhi kebutuhan masyarakat akan air bersih dalam
jangka panjang dan pada akhirnya dapat mengatasi masalah
kelangkaan air bersih.
PENDAHULUAN
Kabupaten Bone memiliki banyak sumber air baku, berupa
sumber mata air maupun sungai yang merupakan sumber air
permukaan dapat dikembangkan untuk pemenuhan air baku
penduduk di Kabupaten Bone.
PENDAHULUAN
1.2. Maksud dan Tujuan
1. Maksud Penulisan
Maksud dalam penulisan ini adalah mengidentifikasi potensi
air baku di Kabupaten Bone yang dapat dikembangkan
untuk pemenuhan kebutuhan air minum.

2. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan ini adalah melaksanakan identifikasi
dan pengukuran pada lokasi tersebut di atas, guna
menunjang data-data perencanaan teknis sarana
penyediaan air baku nanti.
STUDI PUSTAKA
2.1. Wilayah Sungai
Untuk mencapai pengelolaan sumber daya air yang
maksimal atau optimal dalam Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan, dan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun
2008, tentang Pengelolaan Sumber Daya Air telah diatur
tahapan-tahapan kegiatan yang harus dilakukan.
Kegiatan di wilayah sungai Jeneberang yang telah
dilakukan terkait dengan tata pengaturan air, kegiatan tata
pengairan, kegiatan tata air, dan kegiatan pembangunan
pengairan, sebagaimana dimaksud Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1974 tentang
Pengairan, adalah seperti rincian dalam uraian berikut :
STUDI PUSTAKA
1) Telah disusun dasar perencanaan dan perencanaan teknis,
yang terhimpun sebagai Pola Pengelolaan Sumber Daya
Air Wilayah Sungai Jeneberang (telah ditetapkan Menteri
Pekerjaan Umum Republik Indonesia Tahun 2013).
2) Telah disusun dasar perencanaan dan perencanaan teknis,
yang terhimpun sebagai Rancangan Rencana Pengelolaan
Sumber Daya Air Wilayah Sungai Jeneberang Tahap I.

Wilayah sungai Jeneberang terdiri dari kota Makassar,


kabupaten Maros, Gowa, Takalar, Jeneponto, Bantaeng,
Bulukumba, Selayar, Sinjai, dan Bone. Wilayah Sungai
Jeneberang, merupakan satu diantara empat Wilayah Sungai
di provinsi Sulawesi Selatan seperti ditunjukkan dalam
Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Peta Wilayah Sungai Di Provinsi Sulawesi Selatan
KONDISI KABUPATEN SAAT INI
3.1. Umum
Kabupaten Bone merupakan salah Kabupaten
dipesisir Timur Propinsi Sulawesi Selatan dengan
ibukota Watampone yang berjarak 174 KM dari Kota
Makassar. Mempunyai garis pantai sepanjang 138 km
dari arah Selatan kearah utara. Kabupaten Bone
secara geografis terletak dalam posisi antara :

0413' - 0506' Lintang Selatan dan antara


119 42'- 120 04' Bujur Timur
KONDISI KABUPATEN SAAT INI
3.1.2 Ketinggian Tempat
Daerah Kabupaten Bone terletak pada ketinggian
yang bervariasi mulai dari 0 meter (tepi pantai) hingga
lebih dari 1000 meter dari permukaan laut. Ketinggian
daerah digolongkan sebagai berikut :
Ketinggian 0-25 meter seluas 81.925,2 Ha (17,97%)
Ketinggian 25-100 meter seluas 101.620 Ha (22,29%)
Ketinggian 100-250 meter seluas 202.237,2 Ha (44,36%)
Ketinggian 250-750 meter seluas 62.640,6 Ha (13,74%)
Ketinggian 750-keatas meter seluas 40.080 Ha (13,76%)
Ketinggian 1000-keatas meter seluas 6.900 Ha (1,52%)
KONDISI KABUPATEN SAAT INI
3.1.3. Jumlah Penduduk
Kabupaten Bone tergolong kabupaten yang besar
dan luas di Sulawesi Selatan. Rata-rata jumlah
penduduk per km2 adalah 162 jiwa. Terkait dengan
perannya sebagai pusat pemerintahan, pendidikan,
dan fasilitas publik lain, maka mayoritas penduduk
tinggal terpusat di ibukota kabupaten. Kepadatan
penduduknya mencapai 1.111,78 jiwa per km2.
ANALISA DATA
4.1. Analisa Hidrologi
4.1.1. Data Hidrologi
Analisis hidrologi secara umum dilakukan guna
mendapatkan karakteristik hidrologi daerah tangkapan air di
daerah lbu Kota Kecamatan Marre. Tujuan dari analisis
hidrologi adalah untuk mengetahui karakteristik hujan, debit
atau potensi air, baik yang ekstrim maupun yang wajar yang
akan digunakan sebagai dasar analisis selanjutnya dalam
pekerjaan detail desain.
Adapun data-data yang digunakan dan diolah dalam
analisa ini adalah dari Stasiun Hujan Lagusi, stasiun hujan
Pangisoreng, dan stasiun hujan Kadai.
ANALISA DATA
4.1.2. Curah Hujan Rerata Daerah
Untuk mendapatkan gambaran mengenai penyebaran
hujan di seluruh daerah, di beberapa tempat tersebar pada
daerah aliran sungai dipasang alat penakar hujan. Pada
daerah aliran yang kecil kemungkinan hujan terjadi merata di
seluruh daerah, tetapi tidak pada daerah aliran yang besar.
Hujan yang terjadi pada daerah aliran yang besar tidak sama,
sedangkan pos-pos penakar hujan hanya mencatat hujan di
suatu titik tertentu. Sehingga akan sulit untuk menentukan
beberapa hujan yang turun di seluruh areal. Hal ini akan
menyulitkan dalam menentukan hubungan antara debit banjir
dan curah hujan yang mengakibatkan banjir tersebut.
ANALISA DATA
Curah hujan yang diperlukan untuk penyusunan suatu
rancangan pemanfaatan air dan rancangan pengendalian
banjir adalah curah hujan rata-rata di seluruh daerah yang
bersangkutan, bukan curah hujan pada suatu titik tertentu.
Curah hujan ini disebut curah hujan wilayah atau curah hujan
daerah yang dinyatakan dalam satuan millimeter
(Sosrodarsono, 2003 : 27).
Dalam menentukan tinggi curah hujan rata-rata pada
daerah tertentu di beberapa titik pos penakar atau pencatat
hujan, salah satunya memakai metode rata - rata aljabar.
ANALISA DATA
4.1.3. Metode Rata-Rata Aljabar
Tinggi rata-rata curah hujan didapatkan dengan
mengambil nilai rata-rata hitung (arithmetic mean)
pengukuran hujan di pos penakar-penakar hujan di daerah
tersebut. Curah hujan rerata daerah metode rata-rata aljabar
dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut
(Soemarto, 1999:10) :

dengan :
d = tinggi curah hujan rata-rata daerah
d1,d2 .... dn = tinggi curah hujan pada pos penakar 1,2,...n
n = banyaknya pos penakar
ANALISA DATA
Cara ini akan memberikan hasil yang dapat dipercaya
jika pos-pos penakarnya ditempatkan secara merata di
daerah tersebut, dan hasil penakaran masing-masing pos
penakar tidak menyimpang jauh dari nilai rata-rata seluruh
pos di seluruh areal (Soemarto, 1999:10).

4.1.4 Data Klimatologi


Data klimatologi yang tersedia meliputi data
temperatur udara, kelembaban udara, lama penyinaran
matahari, dan kecepatan angin.
ANALISA DATA
4.1.5. Curah Hujan Rancangan
Curah hujan rancangan adalah curah hujan terbesar
tahunan dengan suatu kemungkinan disamai atau dilampaui,
atau hujan yang terjadi akan disamai atau dilampaui pada
periode ulang tertentu. Metode analisis hujan rancangan
tersebut pemilihannya sangat tergantung dari kesesuaian
parameter statistik dari data yang bersangkutan, atau dipilih
berdasarkan pertimbangan teknis-teknis lainnya.
Curah hujan rancangan dihitung berdasarkan analisis
probabilitas frekuensi dengan mengacu pada SK SNI
M-18-1989 tentang Metode Perhitungan debit banjir. Metode
perhitungan curah hujan rancangan yang digunakan adalah :
ANALISA DATA
ANALISA DATA
ANALISA DATA
4.1.6. Perhitungan Debit melalui Metode F.J. Mock
Metode ini menganggap bahwa hujan yang jatuh pada
catchment sebagian akan hilang sebagai evapotranspirasi,
sebagian akan langsung menjadi direct run off dan sebagian lagi
akan masuk ke dalam tanah (infiltrasi). Infiltrasi ini pertama-tama
akan menjenuhkan topsoil dulu baru kemudian menjadi perkolasi
ke tampungan air tanah yang nantinya akan keluar ke sungai
sebagai base flow. Dalam hal ini harus ada keseimbangan antara
hujan yang jatuh dengan evapotranspirasi, direct run off dan
infiltrasi sebagai soil moisture dan ground water discharge. Aliran
dalam sungai adalah jumlah aliran yang langsung dipermukaan
tanah (direct run off) dan base flow.
Metode Mock mempunyai dua prinsip pendekatan
perhitungan aliran permukaan yang terjadi di sungai, yaitu neraca
air di atas permukaan tanah dan neraca air bawah tanah yang
semua berdasarkan hujan, iklim dan kondisi tanah.
Gambar 4.1. Struktur Model F.J. Mock
Gambar 4.2. Simpangan Air
ANALISA DATA
4.1.7. Debit Andalan
Debit andalan adalah debit yang dipakai sebagai andalan
persediaan air sungai pada daerah studi, karena pada sungai di
lokasi studi tidak terdapat stasiun duga air, maka debit andalan
dihitung dengan menggunakan metode simulasi hujan menjadi aliran
(Rainfall - runoff model).
1. Secara umum debit sungai dapat dibagi menjadi empat
karakteristik (Suyono, 1980: 202). Pembagian karakteristik debit
sungai tersebut antara lain:
2. Debit air cukup (afflueno, yaitu debit yang dilampaui oleh debit-
debit sebanyak 95 hari dalam setahun (P = 26.03 %)
3. Debit air normal, yaitu debit yang dilampaui oleh debit-debit
sebanyak 185 hari dalam setahun (P=50,68%)
4. Debit air rendah, yaitu debit yang dilampaui oleh debit-debit
sebanyak 275 hari dalam setahun (P=75,34%)
5. Debit air musim kering, yaitu debit yang dilampaui oleh debit-
debit sebanyak 355 hari dalam setahun (P = 97,26 %).
HASIL SURVEY
5.1. Potensi Air
Potensi air di Kabupaten Bone yang belum dimanfaatkan
masih sangat banyak sehingga layak untuk dikembangkan lebih
lanjut. Dari hasil penelusuran di lapangan ada beberapa lokasi
yang mungkin untuk dikembangkan.

5.2. Kualitas Air


Pengukuran kualitas air meliputi dua tahap yaitu pengukuran
kualitas air di lapangan dan pengujian kualitas air di laboratorium.
Pengukuran kualitas air di lapangan dimaksudkan untuk
mendapatkan data fisik air. Kualitas air yang diukur meliputi:
Temperatur
pH
Daya hantar listrik
Warna dan kekeruhan
Bau, rasa, dan besi
HASIL SURVEY
Tabel 5.1. Kriteria Air Minum Dilihat Dari Segi Fisika

Maksimum Maksimum
Parameter Satuan Satuan yang yang
dianjurkan diperbolehkan
C Temperatur air Temperatur
Temperatur
normal air normal
Warna Unit PtCo 5 50
Bau Tidak berbau Tidak berbau
Rasa Tidak berasa Tidak berasa
Kekeruhan Mg/l SiO2 5 25
Residu terlarut mg/I 500 1500
Sumber : Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Dep. Kes. RI Tahun 1972
PENUTUP
6.1. Simpulan
a) Data-data yang sudah dikumpulkan yang mengacu kepada
pengadaan air baku di Kabupaten Bone ini sangat mendesak
untuk ditindaklanjuti.
b) Data-data studi yang lalu yang dituangkan dalam pola
pengembangan sumber daya air untuk wilayah sungai
jeneberang amat mendesak untuk segera diadakan studi
kelanjutan tentang penyediaan air baku di Kabupaten Bone.
c) Untuk itu diharapkan agar penyediaan air baku di kabupaten
Bone merupakan prioritas yang harus dilakukan pada tahun-
tahun mendatang.

6.2. Saran
Dari data-data yang sudah diuraikan di atas dapat disarankan
bahwa kebutuhan air baku untuk kabupaten Bone sangat
mendesak dan perlu ditindaklanjuti untuk program-program studi
detail desain air baku di Kabupaten Bone.
DAFTAR PUSTAKA
Berdasarkan Peraturan Perundang-undangan :
1. UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2. Undang-Undang No.11 Tahun 1974 Tentang
Pengairan.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2005 Tentang
Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008 Tentang
Sungai.
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat No.15/PRT/M/2015 Tentang Kegiatan di
Wilayah Sungai Jeneberang.
6. Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Jeneberang Tahun
2013 tentang Wilayah Sungai Jeneberang.
7. Rancangan Rencana Pengelolaan Sumber Daya Air
Jeneberang Tahun 2015.
DAFTAR PUSTAKA
Berdasarkan Literatur :
1. Ackers, P., and White, W.R.,1973. Sediment Transport:
New Approach and Analysis. J. Hyd. Div. ASCE, 99,
No.HY11:p. 2041-60.
2. Ansori Imam, 2004. Konsepsi Pengelolaan Sumber
Daya Air Menurut UU No.7 Tahun 2004. Makalah, Dep.
Kimpraswil.
3. Danaryanto H.,Djaenadi, Hadipuwo Satriyo,
Tirtomiharjo Haryadi, Setiadi Hendri, Wirakusumah A.
Djumarma, Siagian Yousana OP.,2005. Air Tanah di
Indonesia dan Pengelolaannya. Editor Hadi Darmawan
Said, Dit Tata Lingkungan Geologi dan Kawasan
Pertambangan, Ditjen Geologi dan Sumber Daya
Mineral, Dep. Energi dan Sumber Daya Mineral.
DAFTAR PUSTAKA
4. Ditjen Sumber Daya Air Dep. Kimpraswil, 2002.
Pengelolaan Terpadu Sumber Daya Air dan Reformasi
Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Air. Lokakarya
Nasional tentang Pengelolaan Terpadu Sumber Daya
Air. Kerja-sama Ditjen. Sumber Daya Air Dep.
Kimpraswil dengan South East Asia Tecnical Advisory
Committee (SEATAC).
5. Ditjen (Direktur Jenderal) Sumberdaya Air,
Departemen Permukiman Dan Prasarana Wilayah,
2003. Konsep Pembagian Kewenangan Pemerintah
Pusat, Propinsi dan Kabupaten / Kota Bidang
Permukiman dan Prasarana Wilayah Sub Bidang:
Sumber Air.

Anda mungkin juga menyukai