Anggri septianto 06310011 Umi hani 05310149 Kanker kolorektal menduduki peringkat ketiga jenis kanker yang paling sering terjadi di dunia. Di seluruh dunia 9,5 persen pria penderita kanker terkena kanker kolorektal, sedangkan pada wanita angkanya mencapai 9,3 persen dari total jumlah penderita kanker. ColorectalCancer atau dikenal sebagai Ca. Colon atau Kanker Usus Besar adalah suatu bentuk keganasan yang terjadi pada caecum, kolon, dan rectum. Kebanyakan kanker usus besar berawal dari pertumbuhan sel yang tidak ganas atau disebut adenoma, yang dalam stadium awal membentuk polip (sel yang tumbuh sangat cepat). Faktor Resiko Penyebab pasti kanker kolorektal masih belum diketahui, tetapi kemungkinan besar disebabkan oleh : Cara diet yang salah Obesitas/kegemukan Pernah terkena kanker kolorektal sebelumnya Kelainan genetik Pernah memiliki polip di usus Umur Jarang melakukan aktifitas fisik Radang usus besar Hampir semua tumor ganas usus besar merupakan adenocarcinoma. Selebihnya ialah carsinoma planoselular (squamous carcinoma) tumor ini hanya terbatas pada daerah anus dan merupakan penonjolan yang berbentuk seperti kembang kol serta dapar bertukak. Tumbuhnya invasi secara lokal, tetapi dapat mengadakan penyebaran getah bening inguinal Ada beberapa perbedaan antara frekuensi dan sifat pertumbuhan tumor ganas antara colon kiri ( descendens) dan colon kanan (ascendens): Tumor ganas lebih banyak ditemukan pada kolon kiri (kira-kira 2/3), di bagian kiri ini paling banyak. Tumor ganas di sebelah kiri tumbuhnya infiltrat/invasif ke dalam dinding usus di antara lapisan-lapisannya melingkari seluruh circumferentia. Tumor ganas di sebelah kanan ( kira-kira 1/3) pada caecum 10%, tumbuhnya bertonjol-tonjol seperti kembang kol ke dalam rongga usus. Pada kedua jenis ini sering ditemukan tukak. Secara makroskopik terdapat empat tipe karsinoma kolon dan rektum, yaitu : Tipe Polipoid atau Vegetatif Tipe Skirous (Scirrhous) Tipe Ulseratif Tipe Nodular Tanda tanda ganas adalah : Bertumpuknya sel sel selaput lendir hingga berlapis lapis dan menunjukan variasi besar kecil, bentuk dan kedudukan yang tidak teratur lagi serta kehilangan kapasitas untuk membentuk lendir (mucin). Bentuk ini juga tidak teratur dan hipercromatik Terbentuknya susunan kelenjar yang abnormal atau atipik Invasi kelompok kelompok sel tumor ke jaringan sekitar atau kedalam poros jaringan ikat Mitosis banyak Gejala klinis karsinoma kolon kiri berbeda dengan yang kanan. Karsinoma kiri menimbulkan stenosis dan obstruksi. Pada karsinoma kolon kanan tidak ada faktor obstruksi. Gejala dan tanda dini karsinoma kolon rektal tidak ada. Umumnya gejala pertama timbul karena penyulit, yaitu gangguan faal usus, obstruksi, perdarahan atau akibat penyebaran. Karsinoma kolon dan rektum menyebabkan pola defekasi seperti konstipasi atau defekasi dengan tenesmi. Gambaran klinik tumor sekum dan kolon ascenden tidak khas. Dispepsi, kelemahan umum, penurunan berat badan dan anemia merupakan gejala umum. Nyeri pada kolon kiri lebih nyata daripada kolon kanan. Diagnosiskarsinoma kolorektal ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, colok dubur dan rektosigmoidoskopi atau foto kolon dengan kontras ganda. Pemeriksaan Tumor kecil pada tahap dini tidak teraba pada palpasi perut, bila teraba menunjukan keadaan sudah lanjut. Pemeriksaan colok dubur merupakan keharusan dan dapat disusul dengan pemeriksaan rektosigmoidoskopi. Pemeriksaan radiologis yang dapat dilakukan antara lain ialah foto dada dan foto kolon (barium enema). DETEKSI DINI Deteksi dini berupa skrining untuk mengetahui kanker kolorektal sebelum timbul gejala dapat membantu menemukan polyp dan kanker pada stadiumdini Tes skrining yang diperlukan adalah Fecal Occult Blood Test ( FOBT), Sigmoidoscopy Colonoscopy Double-contrast barium enema Colok dubur Karsinoma usus besar biasanya type anular dan enema barium tampak sebagai penyempitan lesi setempat, memperlihatkan secara khas kelainan bentuk cincin napkin Filling defect yang besar dan tidak teratur sangat penting untuk menyadari bahwa enema barium dapat dengan mudah meluputkan suatu karsinoma pada rektum dimana lesi tidak jelas dalam ruangan yang melebar yang berisi barium Karsinoma kolon secara radiologik memberikan gambaran sebagai berikut : Penonjolan ke dalam lumen (Protuded lesion) Kerancuan dinding kolon (colonic wall deformity) Kekakuan dinding kolon (rigidity colonic wall) Barium enema Tehnik yang sering digunakan adalah dengan memakai double kontras barium enema, yang sensitifitasnya mencapai 90% dalam mendeteksi polip yang berukuran >1 cm. Endoskopi Tes tersebut diindikasikan untuk menilai seluruh mukosa kolon karena 3% dari pasien mempunyai synchronous kanker dan berkemungkinan untuk mempunyai polip premaligna. Proktosigmoidoskopi Pemeriksaan ini dapat menjangkau 20-25 cm dari linea dentata, tapi akut angulasi dari rektosigmoid junction akan dapat menghalangi masuknya instrumen Flexible Sigmoidoskopi Flexible sigmoidoscopi dapat menjangkau 60 cm kedalam lumen kolon dan dapat mencapai bagian proksimal dari kolon kiri. Lima puluh persen dari kanker kolon dapat terdeteksi dengan menggunakan alat ini Kolonoskopi Kolonoskopi dapat digunakan untuk menunjukan gambaran seluruh mukosa kolon dan rectum. Sebuah standar kolonoskopi panjangnya dapat mencapai 160 cm MRI,CT scan, transrectal ultrasound merupakan bagian dari tehnik imaging yang digunakan untuk evaluasi, staging dan tindak lanjut pasien dengan kanker kolon, tetapi tehnik ini bukan merupakan screening tes. CT scan CT scan dapat mengevaluasi abdominal cavity dari pasien kanker kolon pre operatif. CT scan bisa mendeteksi metastase ke hepar, kelenjar adrenal, ovarium, kelenjar limfa dan organ lainnya di pelvis. MRI MRI lebih spesifik untuk tumor pada hepar daripada CT scan dan sering digunakan pada klarifikasi lesi yang tak teridentifikasi dengan menggunakan CT scan Endoskopi UltraSound (EUS) EUS secara signifikan menguatkan penilaian preoperatif dari kedalaman invasi tumor, terlebih untuk tumor rektal. Keakurasian dari EUS sebesar 95%, 70% untuk CT dan 60% untuk digital rektal examination. Penatalaksanaan pada karsinoma kolon tergantung pada stadium kanker Operasi Operasi dapat dikategorikan ke dalam terapi curative, paliative, bypass, fecal diversion atau open close surgery. Terapi operasi curative dapat dilakukan bila lokasi tumor diketahui : kanker stadium dapat berkembang menjadi polip biasanya dapat membuang polipnya sewaktu dilakukan kolonoskopi pada stadium lanjut untuk terapi, biasanya dibutuhkan operasi untuk membuang sebagian kolon dengan mengambil jaringan yang masih sehat.Reseksi mesenterium dan nodus limfatikus yang radikal untuk memperkecil kemungkinan rekuren. Curative surgery on rectal cancer includes total mesorectal excision (anterior resection) or abdominoperineal excision. Dalam kasus multiple metastasis, reseksi paliative bertujuan untuk menurunkan angka kematian yang disebabkan karena perdarahan dari tumor, Jika tumor telah mengenai organ vital disekitarnya akan membuat operasi eksisi sanggat sulit sehingga dokter bedah lebih sering melakukan by pass tumor (ileotransverse bypass) atau melakukan fecal diversion di proksimal dengan membuat lubang. Chemotherapy Kemoterapi dapat mengurangi metastasis ke organ lain, memperkecil ukuran tumor dan memperlambat pertumbuhan tumor. Adjuvant (after surgery) chemotherapy. One regimen involves the combination of infusional 5-fluorouracil, leucovorin, and oxaliplatin (FOLFOX) 5-fluorouracil (5-FU) or Capecitabine (Xeloda) Leucovorin (LV, Folinic Acid) Oxaliplatin (Eloxatin) Chemotherapy for metastatic disease. Commonly used first line chemotherapy regimens involve the combination of infusional 5-fluorouracil, leucovorin, and oxaliplatin (FOLFOX) with bevacizumab or infusional 5-fluorouracil, leucovorin, and irinotecan (FOLFIRI) with bevacizumab 5-fluorouracil (5-FU) or Capecitabine Leucovorin (LV, Folinic Acid) Irinotecan (Camptosar) Oxaliplatin (Eloxatin) Bevacizumab (Avastin) Cetuximab (Erbitux) Inclinical trials for treated/untreated metastatic disease. Bortezomib (Velcade) Panitumumab (Vectibix) Oblimersen (Genasense, G3139) Gefitinib and Erlotinib (Tarceva) Topotecan (Hycamtin) Radiation therapy Radiotherapy is not used routinely in colorectal cancer, as it could lead to radiation enteritis, and is difficult to target specific portions of the colon. Indications included: Colon cancer pain relief and palliation - targeted at metastatic tumor deposits if they compress vital structures and/or cause pain. Rectal cancer neoadjuvant - downgrade the tumor to increase resectability adjuvant - where a tumor perforates the colon as judged by the surgeon or the pathologist (Dukes C tumour), guided by surgical clips palliative - kill tumor tissue when surgery is not indicated Immunotherapy Bacillus Calmette-Gurin (BCG) is being investigated as an adjuvant mixed with autologous tumor cells in immunotherapy for colorectal cancer. Screening National Cancer Institute (NCI), American College of Surgeons, American College of Physicians, dan American Cancer Society merekomendasikan pada pasien asymptomatic yang berumur 50 tahun atau lebih untuk dilakukan pemeriksaan sigmoidoskopi setiap 3 sampai 5 tahun. Pencegahan 1. Endoskopi 2. Diet 3. Non Steroid Anti Inflammation Drug 4. Hormon Replacement Therapy (HRT) SELESAAAIIIII