Anda di halaman 1dari 45

Case Report Session

KEJANG DEMAM KOMPLEKS


Disusun Oleh :
Puti Leviana
0810312041

Preseptor :
Dr. Didik Hariyanto, Sp.A (K)
ILUSTRASI KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : FA
Umur : 2 tahun 11 bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Simp. Ikal Rawang
Seorang anak laki-laki umur 1 tahun 5 bulan
dirawat di Bangsal Anak RSUD. Soreang sejak 21
Juni 2017 dengan :

Keluhan Utama :
Kejang
Riwayat Penyakit

5 bulan 3 hari SMRS 1 Jam SMRS


SMRS
Kejang Demam Kejang
Demam Batuk Demam
Pilek Batuk
Pilek
Sesak
Nafas
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pernah menderita kejang dengan disertai demam 5
bulan yang lalu

Riwayat Penyakit Keluarga :


Anggota keluarga ( Ibu Pasien ) pernah menderita
Epilepsi saat remaja dan sembuh.

Riwayat Kehamilan Ibu :


Selama hamil ibu tidak pernah menderita penyakit
berat, tidak mengkonsumsi obat-obatan atau jamu,
kontrol teratur ke bidan, dan gestasi cukup bulan
Riwayat Kelahiran :
Lahir SC ditolong dokter, langsung menangis kuat.
Berat badan lahir 3700 gram, pasien dirawat 1
minggu karena kuning.

Riwayat Makanan dan Minuman :


0-6 bulan : ASI
6-9 bulan : ASI + bubur susu
9-12 bulan : ASI + bubur + biskuit
1 tahun - sekarang : ASI + susu formula + makanan
sesuai pola makan keluarga
Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
Ibu pasien mengatakan pertumbuhan dan

perkembangan pasien sama dengan anak-anak


seusianya.
Riwayat Imunisasi
Riwayat imunisasi dasar dikatakan tidak lengkap.

Pasien tidak pernah di imunisasi. Hanya disuntik VIT-


K saat lahir
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Umum
1. Kesadaran : Compos mentis
2. Tanda Vital : Frekuensi Nadi : 136 x/ menit
: Frekuensi Nafas : 46 x/ menit
: Suhu : 40,3C
: Tekanan Darah: 90/60 mmHg
3. Status Gizi
: Berat Badan : 11 Kg
Tinggi badan : 77 cm
BB/U : < 2 S.D
PB/U : < 0 S.D
BB/PB : < 0 S.D
Kulit : Teraba hangat, sianosis tidak ada, pucat tidak ada,
kuning tidak ada, turgor kembali cepat

Kelenjar Getah Bening : Tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening

Kepala : Bentuk bulat, simetris.

Mata : Tidak cekung, air mata ada, Konjungtiva tidak anemis,


sklera tidak ikterik, pupil isokor, diameter pupil 1 mm/
1mm, reflek cahaya +/+ normal
Telinga : Tidak ditemukan kelainan

Hidung : Tidak ditemukan kelainan


Tenggorokan : Tonsil T1-T1 tidak hiperemis, faring tidak
hiperemis
Mulut : Mukosa bibir dan mulut basah. Oral trush tidak ada
Leher : Kaku kuduk tidak ada. KGB dbn
Dada : Paru
- Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, retraksi sela
Iga (-)
- Palpasi: Fremitus sukar dinilai
- Perkusi : Sonor
- Auskultasi : suara nafas vesikuler, ronkhi +/+ ,
wheezing -/-
Dada : Jantung
- Inspeksi: Iktus tidak terlihat
- Palpasi : Iktus tidak teraba
- Perkusi : dalam batas normal
- Auskultasi : Bunyi jantung normal, irama teratur, bising tidak
ada
Perut : Inspeksi : Distensi tidak ada. Retraksi epigastrium (-)
Palpasi : Datar Supel, hepar dan lien tidak teraba membesar,
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Anggota : Akral hangat, perfusi baik
gerak Reflek fisiologis : +/+ normal
Reflek patologis : Reflek babinsky (-/-), Reflek openheim
(-/-), Reflek chaddock (-/-), Reflek scaefer (-/-), Reflek
Gordon (-/-)
Tanda : Kaku kuduk tidak ada
Rangsangan Brudzinsky I (-)
Meningeal Brudzinsky II (-)
Kernig Sign (-)
Pemeriksaan Laboratorium

Hematologi Hasil Nilai Rujukan

Darah rutin

Hemoglobin 11,1 gr/dL 10-14

Hematokrit 34 % 37-43

Leukosit 23.300/mm3 6.000-15.000

Trombosit 383.000/mm3 150.000-400.000

Kimia Klinik Hasil

Gula darah Sewaktu 133 mg/dL 70-100


Diagnosa Banding

Kejang demam Komplek


Kejang demam sederhana
Meningitis
Encephalitis
Epilepsi
Diagnosa Kerja
Kejang demam kompleks + Bronkopneumonia +
Suspek Sepsis
Terapi
O 1-2 liter/menit
IVFD N4 1050 cc/24 jam
Diazepam 1 x 3,5 mg IV ( Bila Kejang )
Nebu Combivent/6 jam
Cefotaxime 3 x 400mg IV
Sibital 220mg selanjutnya 2 x 27,5 mg IV
Paracetamol 4 x 120 mg IV
Ambroxol 3 x cth
Rencana
EEG
CT-Scan
Cek Elektrolit
Lumbal Pungsi
Screening TB
Follow Up

TERLAMPIR
DISKUSI
Kejang berulang yang dialami anak lebih dari 1x
dalam 24 jam merupakan salah satu ciri-ciri dari
kejang demam kompleks.
Pasien tidak sadar, dengan frekuensi nadi 140 x/
menit, frekuensi pernafasan 28 x / menit dan suhu
39,2 serta adanya leukositosis pada pemeriksaan
laboratorium pada tanggal 28 Juli 2013 dengan
nilai 12.100 /uL menunjukkan adanya tanda-tanda
infeksi berat yang mengarah pada sepsis
Mata tidak cekung, air mata ada, dan turgor kulit
kembali cepat, menunjukkan tidak terdapat tanda-
tanda dehidrasi pada pasien ini.
Pemeriksaan rangsangan meningeal dengan hasil
negatif menunjukkan tidak terdapat infeksi pada
otak dan meningen.
Diagnosis banding kejang demam kompleks adalah
epilepsi yang diprovokasi demam dan
meningoensefalitis
Pada terapi, antibiotik yang digunakan adalah
ampicillin dan klorampenicol, digunakan sebagai terapi
untuk mengatasi suspek sepsis yang didiagnosis pada
pasien ini.
Pada pasien ini, terapi profilakasis jangka panjang
digunakan karena terdapat indikasi kejang berulang
lebih dari 2x dalam 24 jam. Terapi rumatan yang
diberikan adalah fenobarbital dengan dosis 3-4
mg/kgBB/2 dosis/hari. Terapi rumatan diberikan
selama 1 tahun bebas kejang, kemudian dihentikan
secara bertahap selama 1-2 bulan. Sebaiknya terapi
rumatan yang diberikan adalah asam valproat dengan
dosis 15-40 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2-3 dosis
karena efek samping dari fenobarbital adalah anak
dapat mengalami gangguan prilaku dan kesulitan
belajar.
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi

Kejang demam bangkitan kejang yang terjadi


pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas
38C) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium.
Terjadi pada usia antara 6 bulan dan 5 tahun
Tidak terbukti adanya infeksi intrakranial atau
penyebab tertentu.
Klasifikasi
Kejang demam
kejang demam sederhana
kejang demam kompleks.
Kejang Demam Sederhana (Simpeks)

Berlangsung singkat (kurang dari 15 menit)


Umumnya akan berhenti sendiri.
Kejang berbentuk umum, tonik atau klonik, tanpa
gerakan fokal
Tidak berulang dalam waktu 24 jam
Kejang Demam Kompleks
Kejang lama > 15 menit.
Atau kejang berulang lebih dari 2 kali dan
diantara bangkitan kejang anak tidak sadar.
Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang
umum didahului kejang parsial
Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam
Epidemiologi

Paling sering terjadi pada anak


Sekitar 2 5 % dari populasi
Terjadi pada usia antara 6 bulan dan 5 tahun dengan
manifestasi paling sering pada usia 2 tahun
Insiden di seluruh dunia bervariasi, 5 10 % di India,
8,8 % di Jepang, 14 % di Guam, 0,35 % di Hongkong
dan 0,5 1,5 % di Cina.
Kejang demam terjadi pada semua ras
Sedikit lebih predominan pada anak lelaki.
Kejang demam kompleks terjadi rata-rata 25 50 %
dari seluruh kasus kejang demam
Etiologi dan Faktor Risiko

Sering berhubungan dengan infeksi virus penyebab


demam pada anak : herpes simpleks-6 (HHSV-6),
Shigella, dan influenza A
Penyakit yang mendasari demam berupa infeksi
saluran pernapasan atas, otitis media, gastroenteritis,
dan infeksi saluran kemih
Risiko berulangnya kejang demam akan meningkat
pada anak dengan riwayat orangtua dan saudara
kandungnya juga pernah menderita kejang demam
Kejang demam diturunkan secara autosomal dominan
sederhana.
Etiologi dan Faktor Risiko
Kejang demam kompleks berhubungan dengan
banyak faktor, seperti gejala klinisnya, infeksi virus,
faktor genetik dan metabolik, serta kemungkinan
adanya abnormalitas struktur otak.
Gurner et al : lokus genetik di kromosom 12 yang
berhubungan dengan peningkatan risiko kejang
demam kompleks
Kejang demam kompleks juga memiliki
kemungkinan untuk menjadi salah satu gejala
adanya infeksi meningitis bakterial akut.
Manifestasi Klinis KDK

Dapat memiliki durasi yang lebih lama (hingga > 15 menit)


Dapat muncul dengan beberapa kali kejang dalam 24 jam
Dapat terjadi kejang lagi pada 24 jam berikutnya
Kejang bersifat fokal, dengan kemungkinan tampilan :
Klonik dan atau tonik
Kehilangan tonus otot sesaat
Dimulai pada salah satu sisi tubuh, dengan atau tanpa
generalisasi sekunder
Gerakan kepala atau mata ke salah satu sisi
Kejang diikuti paralisis unilateral transien (dalam beberapa menit
atau jam, kadang-kadang beberapa hari)
Diagnosis
Anamnesis :
Tampilan kejang, umum atau fokal, dan berapa lama durasi kejangnya
Riwayat demam dan penyakit lain yang diderita oleh anak
Riwayat penyebab demam, misalnya penyakit virus dan gastroenteritis
Riwayat penggunaan obat pada anak
Riwayat kejang pada anak sebelumnya, masalah neurologik, keterlambatan tumbuh
kembang, atau penyebab lain dari kejang seperti trauma.
Tanyakan faktor risiko terjadinya kejang demam, seperti :
Riwayat keluarga yang pernah atau tidak menderita kejang demam
Suhu tubuh yang tinggi
Riwayat prenatal dan keterlambatan perkembangan
Penyakit perinatal (saat usia 28 hari pertama)
Riwayat konsumsi alkohol dan rokok saat kehamilan ibu, karena dapat meningkatkan
risiko terjadinya kejang demam sebanyak 2 kali lipat
Diagnosis
Pemeriksaan fisik :
Pemeriksaan sistem untuk mencari penyebab

demam, misalnya otitis media, faringitis, atau


penyakit virus lain
Pemeriksaan neurologis

Tanda rangsangan meningeal

Tanda-tanda trauma atau keracunan


Diagnosis Banding
Bakteremia dan sepsis
Meningitis dan ensefalitis
Status epileptikus
Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium
tidak dikerjakan secara rutin pada kejang demam,
tetapi dapat dikerjakan untuk mengevaluasi sumber
infeksi penyebab demam
darah perifer, elektrolit, dan gula darah

Pungsi Lumbal
untuk menegakkan atau menyingkirkan kemungkinan
terjadinya meningitis
Elektroensefalografi (EEG)
Pencitraan
Penatalaksanaan

Pengobatan fase akut saat anak kejang


semua pakaian yang ketat dibuka
anak dimiringkan apabila muntah untuk mencegah
aspirasi
Bebaskan jalan napas untuk menjamin oksigenasi

Pengisapan lendir dapat dilakukan secara teratur,


berikan oksigen, kalau perlu dilakukan intubasi.
Tanda vital mesti dipantau dan diawasi, sperti
kesadran, suhu tubuh, tekanan darah, pernafasan, dan
fungsi jantung
Saat pasien kejang Diazepam IV
dosis0,3 0,5 mg/kgBB perlahan-lahan dengan
kecepatan 1 2 mg/ menit atau dalam waktu 3 5
menit dengan dosis maksimal 20 mg.
Diazepam rektal dengan dosis 0,5 0,75 mg/kgBB
diazepam rektal 5 mg BB < 10 kg
diazepam rektal 10 mg BB > 10 k

diazepam rektal 5 mg usia < 3 tahun

Diazepam rektal 7,5 mg usia > 3 tahun.


Kejang belum berhenti dapat diulangi lagi
dengan cara dan dosis yang sama dengan interval
waktu 5 menit
Bila setelah 2 kali pemberian masih kejang
fenitoin intravena dengan dosis awal 10 20
mg/kgBB/kali dengan kecepatan 1 mg/kgBB/menit
atau kurang dari 50 mg/menit
Bila kejang berhenti fenitoin dengan dosis
selanjutnya 4 8 mg/kgBB/hari dimulai 12 jam
setelah dosis awal
Kejang berhenti dengan pemberian diazepam,
fenobarbital loading dose secara intramuskular
dengan dosis awal 10 20 mg/kgBB, lalu
dilanjutkan setelah 24 jam dosis awal dengan 4 8
mg/kgBB/hari
Pemberian obat saat demam dan
mencari penyebab demam
Antipiretik
parasetamol dengan dosis 10 15 mg/kgBB/kali
sebanyak 4 kali dan tidak lebih dari 5 kali.
ibuprofen 5 10 mg/kgBB/kali, 3-4 kali sehari

Antibiotik bila ada indikasi, misalnya otitis media


dan pneumonia
Terapi Profilaksis
Indikasi
Kejang lama > 15 menit
Ada kelainan neurologis yang nyata sebelum atau
sesudah kejang, misalnya hemiparesis, paresis Todd,
serebral palsi, retardasi mental, hidrosefalus
Kejang fokal

Dipertimbangkan bila :
kejang berulang dua kali atau lebih dalam 24 jam
terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan
kejang demam terjadi > 4 kali per tahun.
Jenis Profilaksis
Profilaksis intermittent
hanya diberikan pada saat pasien demam
diazepam rektal dengan dosis 5 mg (untuk anak dengan berat
badan < 10 kg) atau 10 mg ( anak dengan berat badan >10
kg), bila anak menunjukkan suhu 38,5C.
Profilaksis terus menerus
pemberian antikonvulsan setiap hari.
Asam valproat dengan dosis 15 40 mg/kgBB/hari dalam 2-3
dosis
Fenobarbital 3-4 mg/kgBB/hari dalam 1-2 dosis

Pengobatan ini diberikan selama 1 tahun bebas kejang,


kemudian dihentikan secara bertahap selama 1-2 bulan.
Prognosis

Kejang demam kemungkinan akan berulang bila ada faktor


risiko berikut : 1
Ada riwayat kejang demam dalam keluarga
Usia terjadinya kejang demam kurang dari 12 bulan
Suhu tubuh yang rendah saat kejang
Cepatnya terjadi kejang setelah demam
Bila seluruh faktor risiko ada, maka kemungkinan
berulangnya kejang demam adalah 80 %, sedangkan bila
tidak terdapat faktor tersebut kemungkinan berulangnya
sekitar 10 15 %.
Kejang demam lebih besar kemungkinan berulangnya pada
tahun pertama kehidupan
Kematian karena kejang demam tidak pernah
dilaporkan.
Kejang demam kompleks, yang terjadi sebelum usia
1 tahun, atau dipicu oleh suhu <39C dihubungkan
dengan peningkatan mortalitas 2 kali lipat pada 2
tahun pertama setelah kejang terjadi.
Kejang demam kompleks, riwayat epilepsi atau
abnormalitas neurologis pada keluarga, dan
keterlambatan tumbuh kembang dapat menjadi
faktor risiko terjadinya epilepsi.

Anda mungkin juga menyukai