Ghost engine;
smooth
relatively simple
fuel-efficient
low maintenance costs
30,000ft enabled operations above weather rough.
30,000 passengers were carried during the first year of service and over
50 Comets were ordered.
Innovative Design Elements;
low-drag
a swept leading edge
integrated wing fuel tanks
four-wheel bogie main undercarriage
The Comet was also the first pressurised jet-propelled commercial aircraft.
For emergencies, life rafts were stored in the wings near the engines and
a life vest was stowed under each seat bottom.
The Comet's thin metal skin which saved weight and reduced the risk of fatigue
cracks spreading from the rivets.
Pesawat Comet, pesawat jet pertama yang diproduksi pada masanya.
Diproduksi oleh de Havilland di Hatfield, Hertfordshire, Inggris, prototipe
Comet 1 terbang perdana pada tanggal 27 Juli 1949. Fitur aerodinamis
dilengkapi dengan empat Ghost Turbojet Engine yang dipasang pada kedua
sayapnya membuat pesawat ini menjadi icon pesawat jet paling nyaman di
masanya. Kesuksesan ini pun mengantarkan de Havilland unggul dalam
persaingan maskapai penerbangan lainnya saat itu.
10 Januari 1954, Comet G-ALYP terbang dari Roma ke London, rute terbang terakhir
dari rangkaian penerbangan panjangnya dari Singapura, membawa 29 penumpang
dan enam awak pesawat. Dipimpin oleh kapten Alan Gibson, pesawat tersebut lepas
landas pada pukul 09.34 waktu setempat ke bandar udara London Heathrow, London.
Pesawat Comet direncanakan terbang di ketinggian 11.000 kaki di atas permukaan laut.
Dengan ketinggian tersebut, pesawat dilengkapi dengan sistem kontrol tekanan udara
di dalam kabin agar penumpang dapat tetap bernapas dengan normal. Dalam
perjalanan mengudaranya, pesawat Comet G-ALYP tersebut masih dapat
berkomunikasi dengan pesawat lain, Argonaut G-ALHJ, yang dipimpin oleh kapten
Johnson lewat radio pesawat. York Peter adalah kode untuk Comet G-ALYP, dan How
Jig untuk Argonaut G-ALHJ, sesuai dengan kode pesawat masing-masing. Namun
setelah 20 menit mengudara, hubungan dengan pesawat Argonaut pun terputus.
George How Jig, did you get my begitu pesan terakhir dari Comet. Dan tepat pada
saat ini lah puing-puing badan pesawat terlihat berjatuhan di sekitar pulau Elba, Italia.
Kecelakaan ini sontak mengejutkan publik, termasuk BOAC, korporat maskapai
penerbangan Inggris. BOAC memutuskan untuk membatalkan semua penerbangan
dengan de Havilland Comet hingga investigasi ini berujung kepada simpulan yang
signifikan. Gerry Bull, senior engineer dari BOAC yang bertugas memeriksa kelayakan
pesawat sebelum lepas landas yakin bahwa ia tidak menemukan kerusakan komponen
atau bagian penting lain pada pesawat tersebut. What did I do? Did I missed
something? begitu katanya sesaat setelah mendengar berita jatuhnya pesawat.
Investigasi
Tanpa bukti, black box, cockpit voice recorder, dan saksi selamat,
investigasi diperkirakan akan sulit dilakukan. Media melansir bahwa
kecelakaan adalah bentuk sabotase. Ada pula pemberitaan terkait
terorisme. Untuk meredam isu tersebut, BOAC memerintahkan Abell
Committee Court untuk menyelidiki sumber kecelakaan. Hipotesis awal
Abell Committee adalah bahwa penyebab potensial kecelakaan tersebut
bersumber dari ledakan. Karena itu, beberapa perubahan terkait
proteksi engine dan desain sayap pun dilakukan.
Selama investigasi, Royal Navy memimpin operasi recovery. Operasi ini sangat
berat, terutama karena ketidakmapanan teknologi saat itu. Bangkai pesawat
yang tenggelam sedalam 102 meter di bawah permukaan laut menyulitkan
pasukan maritim untuk menyelam dan mengangkatnya. Puing pertama dari
pesawat ditemukan pada Februari 1954 dan diinvestigasi hingga September
1954. Hasil rekonstruksi forensik belom menunjukkan hasil signifikan, kecuali
bahwa mayat korban tidak menunjukkan adanya luka akibat ledakan, namun
hanya patah tulang dan retaknya tempurung kepala. Karena tidak ditemukan
penyebab signifikan lainnya, pemerintah Inggris memutuskan untuk
mempublikasikan hasil penyelidikan mengenai kronologi kecelakaan pesawat,
hasil investigasi yang dilakukan, serta efek finansial dari dihentikannya
penerbangan Comet.
Tegangan yang terkonsentrasi di sempat sudut jendela menyebabkan logam pesawat menjadi lelah.
Setelah dilakukan penyelidikan, de Havilland membuat sejumlah perubahan pada desain pesawat,
termasuk mengubah jendela menjadi bulat. Dengan demikian, tegangan mengalir lebih merata di
sekitar tepi jendela.
"Kita paling sering belajar dari kesalahan. Hal ini terutama berlaku untuk kemajuan di bidang teknik.
Sayangnya bagi para insinyur di industri penerbangan, harga untuk membayar kegagalan tinggi,"
ujar mantan peneliti dan insinyur desain, Brian McManus, dalam rekaman yang ia unggah di saluran
situs berbagi video miliknya, Real Engineering.
dibutuhkan cara berpikir integral untuk memahami
suatu permasalahan. Kecelakaan pesawat yang
dahulu diduga bersumber dari kesalahan manusia,
atau terlebih mesin yang tiba-tiba rusak, namun
ternyata dapat juga oleh desain pesawat