Anda di halaman 1dari 77

Laporan Kasus

SINDROMA DISPEPSIA

Oleh: dr. I. A. Prama Yanthi, S.Ked


Pembimbing: dr. Putu Janu Eka Saputra, Sp.PD

SMF/Bag Ilmu Penyakit Dalam


RSU Bangli
PENDAHULUAN
15-30%
populasi umum pernah
Prevalensi di negara dispepsia
barat 7- 41 %,
hanya 10-20 %
mencari pertolongan
medis 30% praktek umum
Insiden 1-8% 60% pasien
di Indonesia ??? gastroenterologis
LAPORAN
KASUS
IDENTITAS PASIEN

Nama : IWB
Umur : 33 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Suku : Bali
Bangsa : Indonesia
Agama : Hindu
Status perkawinan : Menikah
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Kubu
ANAMNESIS KELUHAN UTAMA

Muntah
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Mual, Muntah
Pasien mengeluh muntah 4-5x memberat sejak siang
Mengeluh mual muntah berisi sisa makanan dan cairan dengan
volume gelas (50cc) tiap muntah.
Keluhan muncul setelah pasien kembali makan makanan pedas
(lawar pedas)
Awalnya pasien merasakan mual & muntah 2x, volume gelas
(50cc) tadi malam, muncul setelah pasien minum alkohol &
makan makanan pedas pada acara yang sedang diadakan di
rumahnya td malam.
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Nyeri ulu hati, perasaan penuh, bersendawa
nyeri di ulu hati seperti tertusuk-tusuk, perasaan perih,
kadang seperti perasaan panas pada ulu hati
disertai perasaan penuh dan sering bersendawa
Keluhan hilang timbul sejak 3 bulan yang lalu
timbul bila pasien telat makan,makan makanan pedas
Keluhan nyeri dada maupun ulu hati seperti tertindih
benda berat, menjalar dan sesak -
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
muntah cairan berwarna merah, muntah kehitaman
BAB frekuensi 1x td pagi, konsistensi lunak tidak cair
maupun keras, berwarna cokelat kekuningan
BAB kehitaman -, disertai darah segar -, berwarna
pucat atau seperti dempul -
BAK N
mata tampak kuning, kulit tampak kuning
Demam, batuk, sesak nafas
Nyeri telan, panas/ nyeri pada tenggorokan sampai
dada
penurunan berat badan
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
muntah cairan berwarna merah, muntah kehitaman
BAB frekuensi 1x td pagi, konsistensi lunak tidak cair
maupun keras, berwarna cokelat kekuningan
BAB kehitaman -, disertai darah segar -, berwarna
pucat atau seperti dempul -
BAK N
mata tampak kuning, kulit tampak kuning
Demam, batuk, sesak nafas
Nyeri telan, panas/ nyeri pada tenggorokan sampai
dada
penurunan berat badan
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU &
PENGOBATAN
Keluhan mual & muntah sebelumnya pernah dirasakan
pasien sejak 3 bulan yang lalu
disertai nyeri di ulu hati seperti tertusuk-tusuk, perasaan
perih, kadang seperti perasaan panas pada ulu hati (sejak
3 bulan)
Keluhan perasaan penuh & sering bersendawa yang timbul
5 bulan ini
keluhan timbul bila pasien telat makan, ataupun makan
makanan pedas.
Riwayat minum obat-obatan penghilang rasa sakit maupun
pegal-pegal pada tubuh , Riwayat minum jamu-jamuan
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

Tidak ada anggota keluarga pasien yang pernah


mengalami keluhan yang sama

Riwayat kencing manis, sakit jantung,


hipertensi, sakit ginjal di keluarga -
RIWAYAT SOSIAL

Pasien bekerja sebagai karyawan swasta


Riwayat merokok
kebiasaan minum kopi 1-2x perhari
Semenjak 8 bulan ini pasien minum minuman
beralkohol setiap ada upacara
(semenjak pasien tinggal d kampung
halamannya)
Sebelumnya minum minuman beralkohol hanya
sesekali saat pulang kampung
PEMERIKSAAN FISIK
Status Present
Kesadaran : compos mentis (GCS: E4V5 M6)
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 75 x/mnt
(reguler, isi & tegangan cukup)
Respirasi : 20 x/mnt
Suhu aksila : 36,5 C
Berat badan : 60 kg
Tinggi badan : 165 cm
BMI : 22,03 kg/m2 (normoweight)
PEMERIKSAAN FISIK
Status General
Mata : anemis , ikterus , refleks pupil +/+ isokor
THT : Tonsil T1/T1, hiperemi (-), lidah normal, sianosis
(-)
Leher : JVP PR + 2 cmH2O, Pembesaran kelenjar getah
bening (-)
Thorax : Simetris (+), retraksi (-)
Cor : Inspeksi: Tidak tampak pulsasi iktus cordis
Palpasi : Iktus kordis teraba pada ICS V
MCL S, kuat angkat(-)
Perkusi : Batas atas jantung ICS II kiri
Batas kanan jantung PSL kanan
Batas kiri jantung MCL kiri ICS V
Auskultasi : S1S2 tunggal, regular, murmur (-)
PEMERIKSAAN FISIK
Status General (lanjutan)
Pulmo: Inspeksi : Simetris statis dan dinamis
Palpasi : Vocal fremitus kanan dan kiri sama
Perkusi : Sonor Sonor
Sonor Sonor
Sonor Sonor
Auskultasi : Vesikuler N N, Rhonchi - -, Wheezing - -
N N - - - -
N N - - - -
PEMERIKSAAN FISIK
Status General (lanjutan)
Abdomen:
Inspeksi: Warna sama seperti kulit di sekitar,
distensi (-), caput medusa (-), spider
naevi (-), jejas (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal, bruit (-)
Perkusi : Timpani (+), nyeri ketok CVA (-),
pekak alih (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-)
Hepar / lien tidak teraba

Ekstremitas : akral hangat + + Edema - -


+ + - -
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Kimia Klinik 19/6/2016

Parameter Hasil Satuan Remarks Nilai Normal

BS Acak 118 mg/dL Meningkat 75.0 115.0

Creatinine 1,26 mg/dL Meningkat 0,6-1,1

Urea UV 13 mg/dL Rendah 10-50


Darah Lengkap 19/6/2016
Parameter Hasil Satuan Remarks Nilai Normal
WBC 6,6 103/L Normal 3,50-10,00
%Lym 26,6 % Normal 15,0-50,0
Lym 4,4 103/L Normal 0,50-5,00
Mid 1,2 103/L Normal 0,10-1,50
%Mid 7,2 % Normal 2,00-15,0
Gra 1,8 103/L Normal 1,20-8,0
%Gra 66,2 % Normal 35,0-80,0
RBC 5,13 106/L Normal 3,50 5,50
HGB 15,9 g/dl Normal 11,50 16,50
HCT 43,5 % Normal 35,00 55,00
MCV 8484 Fl Normal 75,00 100,00
MCH 31,0 Pg Normal 25,00 35,00
MCHC 36,5 g/dl Normal 31,00 38,00
%RDW 11,7 % Normal 11,0-16,0
RDW 66,3 Fl Normal 30,0-150,0
PLT 312 103/ul Normal 150,00 440,00
MPV 6,9 Fl Rendah 8,0-11,0
PDW 10,9 Fl Normal 0,1-99,9
PCT 0,25 % Normal 0,01-9.99
LPCR 0,21 % Normal 0,1-99,9
EKG 19/6/2016
EKG 19/6/2016

Irama sinus, reguler, rate 75 bpm, Axis normal, Gelombang P


normal, PR interval <0,2 s, QRS kompleks <0,12 s, ST changes (-
), Gelombang T normal
Kesan: NSR
DIAGNOSIS

Sindroma Dispepsia e.c susp. Gastritis Akut dd/


Ulkus Peptikum
PENATALAKSANAAN
Rencana Terapi Rencana Diagnostik Rencana Monitoring

MRS EGD Keluhan


IVFD RL 20 tpm Uji Serologi Tanda-tanda vital
Pantoprazole 2 x 40 mg iv H. Pylori
Ondansetron 2 x 4 mg iv SGOT, SGPT
Antasida syr 3 x 10 cc Bilirubin Total,
Sulcralfat syr 3 x 10 cc Bilirubin direct
Follow up Pasien
20/6/2016
SO A P
S: Mual (+) Muntah (-), nyeri ulu Sindroma dispepsia e.c Diit Bubur Biasa
hati (+), perasaan penuh dan tidak susp. Gastritis Akut dd IVFD RL 20 tpm
nafsu makan (+). BAB (+) 1x N, BAK ulkus peptikum Pantoprazole 2 x 40 mg iv
(+) N Ondansetron 2 x 4 mg iv
O: St present: Antasida syr 3 x 10 cc
TD: 110/70 mmHg N: 80 x/mnt Sulcralfat syr 3 x 10 cc
RR: 20 x/mnt t: 360C
St general: Pdx:
Mata: anemis -/- ikterik -/- EGD
Thorax: Cor: S1S2 tunggal reguler Uji Serologi H. Pylori
murmur (-) SGOT, SGPT, Bil Tot, Bil direct
Po: ves N/N rh -/- wh -/-
Abd: dist (-) BU (+) N, nyeri tekan Mx:
epigastrium (+) Keluhan & TTV
Ext: hangat +/+ edema -/-
+/+ -/-
Follow up Pasien
21/6/2016
SO A P
S: Mual (-) Muntah (-), nyeri ulu Sindroma dispepsia e.c Diit Bubur Biasa
hati berkurang, BAB (+) 1x N, BAK susp. Gastritis Akut dd IVFD RL 20 tpm
(+) N ulkus peptikum Pantoprazole 2 x 40 mg iv
O: St present: Ondansetron 2 x 4 mg iv
TD: 100/60 mmHg N: 80 x/mnt Antasida syr 3 x 10 cc
RR: 18 x/mnt t: 367 0C Sulcralfat syr 3 x 10 cc
St general:
Mata: anemis -/- ikterik -/- Pdx:
Thorax: Cor: S1S2 tunggal reguler EGD
murmur (-) Uji Serologi H. Pylori
Po: ves N/N rh -/- wh -/- Bil Tot, Bil direct
Abd: dist (-) BU (+) N
Ext: hangat +/+ edema -/- Mx:
+/+ -/- Keluhan & TTV

SGOT : 20 UI/L
SGPT : 18 UI/L
Follow up Pasien
22/6/2016
SO A P

S: Mual (-) Muntah (-), nyeri ulu Sindroma dispepsia e.c - Diit Bubur Biasa
hati(-) BAB (+) 1x N, BAK (+) N susp. Gastritis Akut dd IVFD RL 20 tpm
O: St present: ulkus peptikum Pantoprazole 2 x 40 mg iv
TD: 110/80 mmHg N: 82 x/mnt Ondansetron 2 x 4 mg iv
RR: 18 x/mnt t: 365 0C Antasida syr 3 x 10 cc
St general: Sulcralfat syr 3 x 10 cc
Mata: anemis -/- ikterik -/- - BPL -> Kontrol Poliklinis
Thorax: Cor: S1S2 tunggal reguler
murmur (-) Pdx:
Po: ves N/N rh -/- wh -/- EGD
Abd: dist (-) BU (+) N Uji Serologi H. Pylori
Ext: hangat +/+ edema -/- Bil Tot, Bil direct
+/+ -/-
TINJAUAN
PUSTAKA
Dispepsia rasa tidak
enak atau sakit yang
Sindrom Dispepsia
berpusat di perut
kumpulan gejala
bagian atas/ulu hati
(epigastrium)

kembung
Nyeri ulu hati sendawa Mual muntah
Cepat kenyang
Etiologi dispepsia
Tabel 1. penyebab dispepsia

Obat-obatan NSAID, KS, Fe, KCl, Alkohol, Levodopa,


Quinidine, Gemfibrozil, teofilin, digitalis,
antibiotik
Intoleransi Makanan Alergi & Non ALergi
Esofagogastro-duodenal Akhalasia, Tukak peptik, gastritis,
keganasan

Hepato-bilier Hepatitis, kolesistitis, kolelitiasis,


keganasan, disfungsi spingter Odii

Pankreas Pankreatitis, keganasan


Penyakit sistemik lain DM, penyakit tiroid, gagal ginjal,
kehamilan, ,PJK

Gangguan fungsional Dispepsia fungsional, IBS


ANATOMI GASTER
Secara anatomik Gaster
terdiri dari :
- Kardia
- Fundus
- Korpus
- Antrum pilori
- Sphincter pilori
Gaster terdiri dari beberapa lapisan yaitu :
1. Tunika mukosa (epitel lamina
propia,muskularis mukosa)
2. Submukosa
3. Tunika muskularis.
4. Tunika serosa
1. sel epitel permukaan
- Mukus netral
2. Sel Mukus (sel leher)
- Mukus asam
3. Sel Parietal / Sel HCL
- Asam klorida ( HCL/ asam
lambung)
4. sel Zimogen/chief cells
- Pepsinogen pepsin
5. Sel Argenafin
-sekretin, gastrin,
kolestokinin.
FISIOLOGI GASTER

1. Fungsi motorik
: mencampur makanan serta pengosongan lambung .

2. Fungsi pencernaan
: meliputi pencernan , sintesis dan pelepasan gastrin, sekresi
faktor instrinsik, sekresi mukus serta sekresi bikarbonat.

3. Fungsi penyimpanan gaster

4. Sekresi gaster
- Dikendalikan oleh mekanisme neural dan humoral.
Faktor-faktor yang berperan
Hipersekresi asam & pepsin

Faktor agresif Faktor Defensif


Asam lambung Aliran darah mukosa
Pepsin Sel epitel permukaan
Refluks cairan empedu Prostaglandin
Nikotin, kopi, alkohol Fosfolipid/surfaktan
OAINS Musin/mucus
Kortikosteroid Bikarbonat
Helicobacter pylori Motilitas
Impermeabilitas
Mukosa terhadap H+
Regulasi pH intra sel
PATOFISIOLOGI
Abnormalitas Motorik Gaster
Perubahan sensitifitas gaster
Stres dan Faktor Psikososial
Gastritis H. Pylori
Kelainan Fungsional Gastrointestinal
ETIOPATOGENESIS
Terjadinya oleh karena ketidakseimbangan antara
faktor agresif yang dapat merusak mukosa dan
faktor defensif yang memelihara keutuhan mukosa
lambung dan duodenum.
1. Helicobacter pylori memproduksi:
a. Memproduksi toksik
Sitotoksin (vacuolating cytotoxin-Vac A Gen)
Enzim (urease, protease, lipase dan
fosfolipase)
N-Histamin methyltranferase enzim
b. Menginduksi respon imun lokal pada
mukosa.
c. Meningkatkan level gastrin
2. Faktor Asam Gaster
3. Pertahanan mukosa gaster (NSAID, alkohol,
garam empedu, dll).
Klasifikasi
Diketahui adanya kelainan
organik sebagai penyebab.
Dispepsia organik ex : tukak,gastritis,GERD

Tanpa disertai kelainan atau


Dispepsia non gangguan struktur organ.
organik
Pendekatan Diagnostik pada Dispepsia
Anamnesis : gambaran, karakteristik dan lokasi keluhan
Pemeriksaan fisik abdomen:
Nyeri tekan/lepas, organomegali,massa tumor
Biasanya normal
Tapi bila terjadi muntah-muntah yang hebat tanda-tanda
dehidrasi sampai syok
Penyakit yang sudah berlangsung lama BB kurang dari
normal (under weight)
Labor:
jml lekosit (infeksi)
Serologi (helicobacter pylori)
Amilase & lipase (pankreatitis)
Marker tumor (keganasan sal.cerna) : CEA, CA 19-9, AFP

40
GEJALA
Anamnesis
Ulcer like dyspepsia
nyeri ulu hati yang dominan & disertai nyeri
sebelum makan/ pada malam hari. Mereda bila
makan / minum antasid. dikategorikan sebagai
dispepsia fungsional tipe seperti ulkus

Dismotility like dyspepsia


nyeri epigastrium yang bertambah sakit setelah
makan, disertai kembung, cepat kenyang , rasa
penuh setelah makan, mual /muntah,
bersendawa & banyak flatus

Dispepsia non-spesifik
Bila tidak ada keluhan yang bersifat dominan

41
Dispepsia Fungsional menurut kriteria ROMA
III:
1/> gejala dibawah ini:
Rasa tidak nyaman setelah makan
Cepat merasa kenyang
Nyeri epigastrium
Rasa terbakar didaerah epigastrium
*Tidak ada bukti penyakit struktural
(berdasarkan endoskopi)
*selama 3 bulan, onset gejala sekurang-
kurangnya 6 bulan setelah terdiagnosis
GEJALA

Alarm symptoms :
Penurunan berat badan,
timbulnya anemia, melena,
muntah yang prominen

add footer here (go to view menu and


43
choose header)
PEMERIKSAAN FISIK

Nyeri Tekan Epigastrium

Alarm Sign Penyakit Organik

conjuctiva anemis
penurunan berat badan
Organomegali
massa pada abdomen
adanya darah pada feces
DISPEPSIA

Alarm symptoms
(anemia, BB, hematemesis, melena dsb)

- Terapi gagal
+
Terapi empirik Eksplorasi diagnostik : (endoskopik,
radiologi, USG dll)

Penyebab organik Penyebab organik tidak


teridentifikasi teridentifikasi

Terapi definitif Dispepsia fungsional

Alur tatalaksana ringkas diagnosis kasus dispepsia


45
Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium ( darah


lengkap, gula darah, fungsi pankreas,
elektrolit) ditekankan untuk
menyingkirkan penyebab organik lainnya
seperti pankreatitis kronik. Biasanya pada
dispepsia fungsional hasil laboraturium
dalam batas normal .

Pencitraan ( barium meal, USG)


USG abdomen diindikasikan bila
suspek penyakit pankreas, traktus
biliaris, sirosis hepatis, hepatoma
Barium meal: Dapat mengidentifikasi
kelainan mukosa
Pemeriksaan Penunjang

Tes noninvasif untuk helicobacter pilori


(IgG serologi atau tes urea breath).
Konsensus merekomendasikan tes
noninvasif untuk helicobacter pilori (IgG
serologi atau tes urea breath) untuk pasien
usia muda, dan untuk pasien dispepsia
tanpa komplikasi.

Endoskopi paling penting untuk


ekslusi penyebab organiks ataupun
biokimiawi.
Endoskopi saluran cerna bagian atas
merupakan salah satu pilihan untuk
mendiagnosa ulkus gastroduodenal,
esofagitis erosif dan keganasan pada
bagian atas gastrointestinal.
Endoskopi (esofagoduodenoskopi),
diindikasikan bila:
Dispepsia + Alarm symptoms :
Petunjuk awal akan kemungkinan adanya
kelainan organik: BB, anemia, muntah2 hebat,
dugaan obstruksi, hematemesis,melena,
keluhan berulang, umur > 45 th.
Endoskopi dpt mengidentifikasi kelainan
organik pada lumen sal.cerna, biopsi dan
pengambilan spesimen untuk biakan kuman H.
pylori

48
Pemeriksaan penunjang
EGD
(esofagogastriduodenoskopi Amilase serum : meningkat
) : dilakukan untuk melihat dengan ulkus duodenal,
sisi perdarahan / derajat kadar rendah diduga
ulkus jaringan / cedera. gastritis.
Analisa gaster :dapat Ronsen saluran cerna
dilakukan untuk
bagian atas : Tes ini akan
menentukan adanya darah,
mengkaji aktivitas sekretori melihat adanya tanda-tanda
mukosa gaster. gastritis atau penyakit
Angiografi : vaskularisasi GI pencernaan lainnya.
dapat dilihat bila endoskopi Pemeriksaan darah : Tes ini
tidak dapat digunakan untuk memeriksa
disimpulkan/dilakukan. adanya antibodi H. pylori
dalam darah.
Endoskopi

50
TERAPI
Non
Medikamentosa
Medikamentosa

Antasida

Diet KOLOID BISMUTH


SUKRALFAT
PROSTAGLANDIN

Obat-obatan ANTAGONIS RESEPTOR H2/ARH2


PROTON PUMP INHIBITOR/ PPI
REGIMEN TERAPI HELICOBACTER
PYLORI
Terapi Farmakologi

Antasida
H2 blocker
Proton pump inhibitor
Obat golongan sitoproteksi :
sukralfat,misoprostol
Metoklopramid
Domperidon
Cisapride
Agonis motilin
1. Antasida

Bekerja dengan menetralisir asam lambung dalam tempo 15


menit
Tidak diserap ke dalam sirkulasi sistemik
Komposisisi : kombinasi garam magnesium dan garam
alumunium, atau hanya alumunium hidroksida
Indikasi : dispepsia fungsional, ulkus peptikum, ulkus duodeni,
refluks gastroesofagus
Kontra indikasi : garam magnesium tidak boleh digunakan
pada penderita gangguan ginjal
2. Antagonis reseptor H-2

Indikasi : dispepsia fungsional, pencegahan ulkus peptikum atau


ulkus duodeni berulang, refluks gastroesofagus, pre anestesi untuk
pencegahan pneumonia aspirasi

a) Simetidin : 2 X 200 mg, selama 4 minggu

b) Ranitidin : 2 X 150 mg, selama 4 6 minggu

c) Famotidin :1 X 40 mg, 2 X 20 mg, selama 4 8 minggu

d) Roksatidin : 1 X 150 mg, 2 X 75 mg, selama 4 8 minggu

e) Nizatidine : ulkus duodenum atau ulkus lambung : 1 X 300 mg


(malam hari) atau 2 X 150 mg selama 8 minggu
GERD : 2 X 150 mg selama 12 mingg
3. Inhibitor pompa proton

Indikasi : terapi Helicobacter pylori, ulkus duodenum, ulkus


peptikum, refluks gastroesofagus, pencegahan kekambuhan
ulkus,

a) Omeprazole
Ulkus duodenum : 1 X 20 mg, 2 4 minggu
Ulkus peptikum : 1 X 20 mg, 4 8 minggu
Refluks gastroesofagus : 1 X 20 mg, 4 8 minggu

b) Lansoprazol
- Tukak peptik : 1x30mg, 4 minggu

c) Pantoprazol
Ulkus duodenum : 1 X 40 80 mg, 2 minggu
Ulkus peptikum : 1 X 40 80 mg, 4 minggu
4. Golongan prokinetik

Indikasi : mual, muntah, baik karena gangguan pengosongan


lambung maupun karena migrain dan kemoterapi, esofagitis
refluks, gangguan motilitas saluran cerna, dyspepsia

a) Metoklopramid
Kontra indikasi : ileus obstruktif, perforasi usus dan
hipersensitif
Dosis : mual dan muntah 8 X 10 mg, selama 3 hari
Kemoterapi : 1 mg/kg BB IV (selama 30 menit) 1 mg/kg
BB tiap 3 jam, 3 X

b) Domperidon : mual dan muntah 4 X 10 mg, maksimal 4 X


20mg

c) Cisaprid : 3 X 5 10 mg
5. Golongan sitoprotektor
Sukralfat
Sebagian besar (97 %) tidak diserap di saluran cerna dan
dikeluarkan melalui tinja dalam bentuk yang tidak berubah
Bekerja secara multifaktorial, berikatan dengan albumin,
fibrinogen serta protein lainnya yang terdapat di mukosa yang
rusak sehingga sukralfat terikat lebih kuat pada mukosa yang
rusak daripada mukosa yang normal
Memiliki efek antibakterial dan dapat memperkuat pertahanan
mukosa
Komposisi : sucrose octasulphate dan polyalumunium hydroxide
Indikasi : ulkus duodenum, ulkus lambung, tukak stress
(profilaksis)
Ulkus duodenum/peptikum : 2 X 2 gram, selama 6 minggu
Profilaksis ulkus : 2 X 1 gram, selama 2 tahun
Profilaksis tukak stress : 4 X 1 gram per NGT
Efek samping : konstipasi, mulut kering
Kemasan : tablet 500 dan 1000 mg
Sitoprotektor :
sukralfat, teprenon, rebamipid
Mucopromotor
me prostaglandin
me aliran darah mukosa

59
6. Antibiotika
Dosis masing-masing obat :
a) Amoksisilin : 2 X 1000 mg, selama 1 minggu
b) Klaritromisin : 2 X 500 mg, selama 1 minggu
c) Tetrasiklin : 4 X 250 mg, selama 2 minggu
d) Metronidazol : 3 X 500 mg, selama 1 - 2 minggu
e) Bismuth : 4 x 525mg, selama 1 minggu

PPI (Omeprazol 20 mg, Lansoprazol 30 mg dan Pantoprazol 40 mg,


Esomeprazol 20mg) : 2 X 1/hari
PENGOBATAN UNTUK ERADIKASI KUMAN HELICOBACTER
PYLORI

Sesuai konsensus kelompok studi Helicobacter pylori Indonesia (KSHPI) :


a. Terapi tripel selama 1 atau 2 minggu
Proton Pump Inhibitor (PPI) + Amoksilin + Klaritromisin
PPI + Metronidazol + Klaritromisin
PPI + Metronidazol + Tetrasiklin (bila alergi terhadap Klaritromisin)

b. Terapi kuadripel selama 1 atau 2 minggu


b.1. Jika gagal dengan terapi kombinasi 3 obat, dianjurkan :
Bismuth + PPI + Amoksilin + Klaritromisin, atau
Bismuth + PPI + Metronidazol + Klaritromisin

b.2. Untuk daerah yang resistensi tinggi terhadap Klaritromisin, maka


dapat digantikan dengan :
Bismuth + PPI + Metronidazol + Tetrasiklin
Terapi non farmakologi
Menghindari makanan yang dapat meningkatkan asam
lambung
Menghindari faktor resiko seperti alkohol, makanan
yang pedas, obat-obatan yang berlebihan, nikotin
rokok, stress dan lainnya.
Perubahan diet dan pola hidup
Syarat diet
PORSI KECIL

MUDAH CERNA

CAIRAN CUKUP

RENDAH SERAT

TIDAK MENGANDUNG BUMBU YANG TAJAM


PENCEGAHAN

Modifikasi gaya hidup sangat berperan dalam mencegah terjadinya


dispepsia bahkan memperbaiki kondisi lambung secara tidak langsung
Atur pola makan seteratur mungkin.
Hindari makanan berlemak tinggi yang menghambat pengosongan isi
lambung (coklat, keju, dan lain-lain).
Hindari makanan yang menimbulkan gas di lambung (kol, kubis, kentang,
melon, semangka dan lain-lain).
Hindari makanan yang terlalu pedas.
Hindari minuman dengan kadar caffeine dan alkohol.

64
PENCEGAHAN

Hindari obat yang mengiritasi dinding lambung


Kelola stress psikologi se-efisien mungkin.
Jika anda perokok, berhentilah merokok.
Jika anda memiliki gangguan acid reflux,
Hindari makan sebelum waktu tidur.
Hindari faktor-faktor yang membuat
Pencernaan terganggu, seperti makan terlalu
banyak, terutama makanan berat dan
berminyak, makan terlalu cepat, atau makan
sesaat sebelum olahraga.
Pertahankan berat badan sehat
Olahraga teratur
Ikuti rekomendasi dokter Anda mengenai
pengobatan dispepsia. Baik itu antasid, PPI,
penghambat histamin-2 reseptor, dan obat
motilitas

add footer here (go to view menu and


65
choose header)
PROGNOSIS
Statistik menunjukan sebanyak 20% pasien
mempunyai ulkus peptikum, 20% mengidap
irritable bowel syndrome, kurang dari 1% terkena
kanker, serta dispepsia fungsional dan non ulkus
5-45%
Beberapa hal penting yang harus diperhatikan
bila terdapat salah satu dari tanda berikut: usia
50 tahun ke atas, kehilangan berat badan tanpa
sengaja, kesulitan menelan, terkadang mual-
muntah, BAB tidak lancar dan merasa penuh
didaerah perut.
PEMBAHASAN
ANAMNESA

Pasien mengeluh muntah 4-5x, mual Dispepsia :sekumpulan gejala terdiri dari
disertai muntah berisi sisa makanan dan nyeri atau rasa tidak nyaman di ulu hati,
cairan Mual,
dengan volume gelas atau 50cc setiap muntah,
muntah. kembung, rasa penuh, begah atau cepat
Keluhan muncul setelah pasien kembali kenyang,
makan makanan pedas (lawar pedas). sering bersendawa yang menetap atau
Awalnya pasien juga merasakan mual mengalami kekambuhan. berlangsung
dan muntah 2x dengan volume gelas lebih dari 3 bulan.
atau 50cc. Keluhan muncul disertai
nyeri di ulu hati seperti tertusuk-tusuk,
perasaan perih, kadang seperti perasaan
panas pada ulu hati. dirasakan hilang
timbul sejak 3 bulan yang lalu.
Perasaan penuh dan sering bersendawa Mengkonsumsi makanan pedas secara
yang timbul lebih dulu, sejak 5 bulan berlebihan akan merangsang sistem
terakhir. pencernaan, terutama lambung dan
Menurut pasien keluhan tersebut timbul usus untuk berkontraksi.
bila pasien telat makan, ataupun makan Hal ini akan mengakibatkan rasa panas
makanan pedas. dan nyeri di ulu hati yang disertai dengan
mual dan muntah.
Gejala tersebut membuat penderita
makin berkurang nafsu makannya.
Bila kebiasaan mengkonsumsi makanan
pedas lebih dari satu
kali dalam seminggu selama minimal 6
bulan dibiarkan terus-menerus dapat
menyebabkan iritasi pada lambung yang
disebut dengan gastritis.
Pasien menyangkal sering minum obat- Kopi terdiri dari berbagai jenis bahan
obatan penghilang rasa sakit maupun dan senyawa kimia; termasuk lemak,
pegal-pegal pada tubuh. karbohidrat, asam amino, asam nabati
Riwayat minum jamu-jamuan pun yang disebut dengan fenol, vitamin dan
disangkal. mineral.
Pasien saat ini bekerja sebagai karyawan Kopi diketahui merangsang lambung
swasta. Riwayat merokok disangkal oleh untuk memproduksi asam lambung
pasien. sehingga menciptakan lingkungan yang
Untuk kebiasaan minum kopi, pasien lebih asam dan dapat mengiritasi
mengatakan minum kopi 1-2x perhari. lambung.
Ada dua unsur yang bisa mempengaruhi
kesehatan perut dan lapisan lambung,
yaitu kafein dan asam chlorogenic.
Studi yang diterbitkan dalam
Gastroenterologi menemukan bahwa
berbagai faktor seperti keasaman, kafein
atau kandungan mineral lain dalam kopi
bisa memicu tingginya asam lambung.
Pasien mengaku 8 bulan ini semenjak Dalam jumlah sedikit, alkohol
pasien memutuskan tinggal di kampung merangsang produksi asam lambung
halamannya, tidak enak menolak ajakan berlebih, nafsu makan berkurang, dan
minum minuman alkohol bila ada acara mual, sedangkan dalam jumlah banyak,
yang diadakan di kampungnya. alkohol dapat mengiritasi mukosa
Sebelumnya pasien pernah minum lambung dan duodenum.
minuman beralkohol dulu namun hanya Konsumsi alkohol berlebihan dapat
sesekali saat pulang kampung menerima merusak mukosa lambung,
ajakan temannya bila ada acara. memperburuk gejala tukak peptik, dan
mengganggu penyembuhan tukak peptik.
Alkohol mengakibatkan menurunnya
kesanggupan mencerna dan menyerap
makanan karena ketidakcukupan enzim
pankreas dan perubahan morfologi serta
fisiologi mukosa gastrointestinal.
Pada pemeriksaan fisik terdapat nyeri Pemeriksaan fisik
tekan epigastrium Pemeriksaan laboratorium
tidak ditemukan tanda penyakit hati Pemeriksaan USG, Endoskopi
kronis (ikterus, spider nevi, ascites,
splenomegali, eritema palmaris, edema
tungkai).
Pada pemeriksaan laboratorium darah
lengkap dan kimia klinik yang dilakukan
pada awal pasien dirawat tanggal 19 Juni
2016 dalam batas normal.
Pada pemeriksaan laboratorium saat
pasien dirawat pada tanggal 21 Juni 2016
SGOT : 20 UI/L, SGPT : 18 UI/L,
menunjukkan faal hati pasien masih baik
sehingga dapat menyingkirkan
kemungkinan penyakit hati akut maupun
kronis.
Pemeriksaan Penunjang

Tes noninvasif untuk helicobacter pilori


(IgG serologi atau tes urea breath).
Konsensus merekomendasikan tes
noninvasif untuk helicobacter pilori (IgG
serologi atau tes urea breath) untuk pasien
usia muda, dan untuk pasien dispepsia
tanpa komplikasi.

Endoskopi paling penting untuk


ekslusi penyebab organik ataupun
biokimiawi.
Endoskopi saluran cerna bagian atas
merupakan salah satu pilihan untuk
mendiagnosa ulkus gastroduodenal,
esofagitis erosif dan keganasan pada
bagian atas gastrointestinal.
Penatalaksanaan

Penatalaksanaan medikamentosa antara Penatalaksanaan non-medikamentosa


lain Penatalaksanaan medikamentosa:
cairan infus Ringer Laktat (RL 20 Proton Pump Inhibitor (PPI)
tetes/menit), Antasid akan menetralisir sekresi asam
Inj. pantoprazole 2x40 mg intravena, lambung secara lokal
Inj. Ondansetron 2x 4 mg intravena, Sukralfat melindungi mukosa dan
antasida sirup 3x10cc, meningkatkan prostaglandin,
sukralfat sirup 3x10cc. Obat yang termasuk golongan
prokinetik, Ondansetron
Any Question
so far???

Anda mungkin juga menyukai

  • Sarpus I Upload
    Sarpus I Upload
    Dokumen30 halaman
    Sarpus I Upload
    Ida Ayu Prama Yanthi
    Belum ada peringkat
  • Jati Luwih Rice Terrace
    Jati Luwih Rice Terrace
    Dokumen6 halaman
    Jati Luwih Rice Terrace
    Ida Ayu Prama Yanthi
    Belum ada peringkat
  • Edit Sarpus 1 Lengkap
    Edit Sarpus 1 Lengkap
    Dokumen32 halaman
    Edit Sarpus 1 Lengkap
    Ida Ayu Prama Yanthi
    Belum ada peringkat
  • Bento
    Bento
    Dokumen1 halaman
    Bento
    Ida Ayu Prama Yanthi
    Belum ada peringkat
  • Buta Menurut Kategori WHO 2
    Buta Menurut Kategori WHO 2
    Dokumen2 halaman
    Buta Menurut Kategori WHO 2
    Ruchyta Ranti
    60% (5)
  • Roadmap PGP
    Roadmap PGP
    Dokumen4 halaman
    Roadmap PGP
    Ida Ayu Prama Yanthi
    Belum ada peringkat
  • Harga Tas Lipat
    Harga Tas Lipat
    Dokumen3 halaman
    Harga Tas Lipat
    Ida Ayu Prama Yanthi
    Belum ada peringkat
  • Filsafat Ilmu
    Filsafat Ilmu
    Dokumen7 halaman
    Filsafat Ilmu
    Ida Ayu Prama Yanthi
    Belum ada peringkat
  • Lapsus Revisi
    Lapsus Revisi
    Dokumen52 halaman
    Lapsus Revisi
    Ida Ayu Prama Yanthi
    Belum ada peringkat
  • Lensa Kontak
    Lensa Kontak
    Dokumen2 halaman
    Lensa Kontak
    Ida Ayu Prama Yanthi
    Belum ada peringkat
  • Konsumsi Jajan Bali
    Konsumsi Jajan Bali
    Dokumen34 halaman
    Konsumsi Jajan Bali
    Ida Ayu Prama Yanthi
    Belum ada peringkat
  • Lapsus Hernia
    Lapsus Hernia
    Dokumen37 halaman
    Lapsus Hernia
    Ida Ayu Prama Yanthi
    Belum ada peringkat
  • Schwartz-Matsuo Syndrome+ Papilitis
    Schwartz-Matsuo Syndrome+ Papilitis
    Dokumen4 halaman
    Schwartz-Matsuo Syndrome+ Papilitis
    Ida Ayu Prama Yanthi
    Belum ada peringkat
  • Konsumsi
    Konsumsi
    Dokumen35 halaman
    Konsumsi
    Ida Ayu Prama Yanthi
    Belum ada peringkat
  • Sindis
    Sindis
    Dokumen77 halaman
    Sindis
    Ida Ayu Prama Yanthi
    Belum ada peringkat
  • DEMAM
    DEMAM
    Dokumen64 halaman
    DEMAM
    Ida Ayu Prama Yanthi
    Belum ada peringkat
  • Lapsus Revisi
    Lapsus Revisi
    Dokumen52 halaman
    Lapsus Revisi
    Ida Ayu Prama Yanthi
    Belum ada peringkat
  • Entomolog
    Entomolog
    Dokumen158 halaman
    Entomolog
    Ida Ayu Prama Yanthi
    Belum ada peringkat
  • Retinal Soal
    Retinal Soal
    Dokumen284 halaman
    Retinal Soal
    Ida Ayu Prama Yanthi
    Belum ada peringkat
  • Disease TKM
    Disease TKM
    Dokumen161 halaman
    Disease TKM
    Ida Ayu Prama Yanthi
    Belum ada peringkat
  • Surped
    Surped
    Dokumen142 halaman
    Surped
    Ida Ayu Prama Yanthi
    Belum ada peringkat
  • Presentasi Detach
    Presentasi Detach
    Dokumen255 halaman
    Presentasi Detach
    Ida Ayu Prama Yanthi
    Belum ada peringkat
  • Ablatio Ophtal
    Ablatio Ophtal
    Dokumen351 halaman
    Ablatio Ophtal
    Ida Ayu Prama Yanthi
    Belum ada peringkat
  • Diagnosa DF
    Diagnosa DF
    Dokumen117 halaman
    Diagnosa DF
    Ida Ayu Prama Yanthi
    Belum ada peringkat
  • PTKM
    PTKM
    Dokumen52 halaman
    PTKM
    Ida Ayu Prama Yanthi
    0% (1)
  • PTKM
    PTKM
    Dokumen52 halaman
    PTKM
    Ida Ayu Prama Yanthi
    0% (1)
  • Accidentally Skin
    Accidentally Skin
    Dokumen243 halaman
    Accidentally Skin
    Ida Ayu Prama Yanthi
    Belum ada peringkat
  • Detachement
    Detachement
    Dokumen2.555 halaman
    Detachement
    Ida Ayu Prama Yanthi
    Belum ada peringkat
  • Trauma Laserasi
    Trauma Laserasi
    Dokumen2.694 halaman
    Trauma Laserasi
    Ida Ayu Prama Yanthi
    Belum ada peringkat