Anda di halaman 1dari 28

Keadaan Lingkungan dan

kejadian Leptospirosis

Pembimbing : dr Sugiharto, MARS


PrinkaSubandrio. 15710269
Tri Hidayati M. 15710288
I WayanGede Ferry H. 15710303
Ida BagusJumpung G.S.A.W 15710305
Aulia Irawan 15710309
Pretty Clarresa 15710310
Suwantin Indrasari 15710311
Barzat Audi 15710327

2
LATAR BELAKANG
Leptospirosis merupakan masalah kesehatan masyarakat diseluruh
dunia, khususnya negara-negara yang beriklim tropis dan subtropis
yang memiliki curah hujan tinggi1
Di daerah tropis dengan kelembapan tinggi, angka kejadian
Leptospirosis berkisar 10-100 per 100.000. s daerah subtropis,
angka kejadian berkisar antara 0,1 per 100.000 per tahun
Sejak tahun 2007, kasus Leptospirosis di Indonesia selalu tinggi.
Pada tahun 2007 terdapat 664 kasus dengan 55 orang meninggal
tahun 2008 dan 2009 mengalami penurunan dan tahun 2010
ditemukan 409 kasus). Angka kematian di Indonesia dapat lebih
tinggi hingga mancapai 56% pada kasus yang telah berusia lebih
3

dari 50 tahun, jika terlambat mendapatkan terapi.


Faktor perilaku sangat berperan dalam penularan penyakit
seperti aktivitas bekerja, kebersihan, kebiasaan berobat dan
mobilitas.
Di Indonesia, Leptospirosis merupakan Neglected Infection
Diseases (NIDs) yang prevalensinya tinggi, namun
penanggulangan dan pencegahannya masih terbatas pada
pengobatan penderita dan penyuluhan, sedangkan pemberantasan
reservoir belum dilaksanakan secara terpadu.

4
5 RUMUSAN MASALAH

Bagaimana penanggulangan dan pencegahan penyakit


Leptospirosis kecamatan B ?
6
TUJUAN

Tujuan umum
Melakukan upaya penanggulangan dan pencegahan
penyakit Leptospirosis
Tujuan khusus
Penyuluhan kesehatan masyarakat tentang penyakit
Leptospirosis
Penggunaan APD dalam bekerja terutama kontak dengan
air.
BAB II

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

7
8 A. Skenario
Keadaan Lingkungan dan Kejadian Leptospirosis
Leptospirosis adalah salah satu emerging infection disease di
Indonesia, di beberapa daerah belum mendapat prioritas dalam
penanganannya. Penyakit ini termasuk zoonosis dan sering
terjadi di daerah yang mengalami banjir dengan permukiman
yang kurang sehat. Angka kematian di Indonesia cukup tinggi,
antara 2,5-16,45%. Pada usia lebih dari 50 tahun kematian
mencapai 56% (Anies et al, 2009). Di Rumah Sakit Umum
Kabupaten A tercatat penderita Leptospirosis sebanyak 62 pasien
termasuk rujukan dari puskesmas. Penyakit tersebut terdistribusi
di 9 Kecamatan. Wilayah Puskesmas B merupakan wilayah
dengan kejadian tertinggi di Kabupaten tersebut yaitu 12 kasus.
Kecamatan B, termasuk daerah yang sering dilanda luapan air
sungai yang mengalir membelah wilayah tersebut sehingga
menggenangi permukiman
Pembuangan air limbah masih sebatas mengalirkannya ke selokan.
Area9 yang tidak terkena luapan banjir sungai juga terkena luapan air
selokan pada waktu musim hujan karena penataan pembuangan air
kotor yang belum baik. Masih banyak dijumpai tempat penyimpanan
sampah yang tidak tertutup dan tidak terawat, bahkan masih banyak
dijumpai keluarga yang belum memiliki bak sampah. Tikus pun
dijumpai berkeliaran terutama di malam hari. Lebih dari separuh
penduduk masih berpendidikan SMP ke bawah, sementara yang
mengenyam pendidikan tinggi hanya sekitar 4-5%. Kebiasaan mandi
dan cuci di sungai merupakan hal yang sering dijumpai sehari-hari.
Sebagian besar penduduk (61%) bekerja sebagai petani atau buruh
tani, yang bekerja biasa tanpa alat pelindung diri terutama dalam
kontak dengan air.
Puskesmas sebagai ujung tombak upaya kesehatan masyarakat
berupaya menanggulangi penyakit tersebut. Bagaimana
penyelenggaraannya?
B. ANALISIS
Dari skenario tersebut yang menjadi perhatian utama adalah
kejadian Leptospirosis. Kejadian ini dipengaruhi oleh faktor-
faktor yang telah diidentifikasi dalam permasalahan sebagai
berikut
1. Belum dapat prioritas dalam penanganan dan promosi
kesehatan
2. Sistem pembuangan air kotor yang belum baik
3. Tempat penyimpanan sampah yang tidak tertutup dan tidak
terawat
4. Banyak dijumpai tikus berkeliaran terutama pada malam hari
5. Kebiasaan mandi dan cuci di sungai
6. Bekerja tanpa alat pelindung diri (APD)
7. Tingkat pendidikan rendah
10
8. Kurangnya penerapan pola hidup bersih dan sehat (PHBS)
11

Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan


baik individu, kelompok masyarakat dikelompokkan menjadi
4, yaitu:
Lingkungan (environment) yang mencakup lingkungan fisik,
sosial, budaya, politik, ekonomi dan sebagainya.
Perilaku (behavior)
Pelayanan kesehatan (healthservice)
Keturunan (heredity)
Diagram Fish Bone

PROSES
Pekerjaan : petani, perkerja
INPUT tambak, peternak,nelayan
Fasilitas sanitasi dasar
yang belum baik
Leptospirosis merupakan
salah satu emerging
infection disease

Tingkat pendidikan
Bekerja kontak dengan air rendah
Belum menjadi prioritas
tanpa APD
dalam penanganannya dan
promosi kesehatan. Peningkatan
prevalensi
leptospirosis

Pengelolaan tempat
sampah yang
kurang baik

<< PHBS

Daerah sering dilanda


banjir
LINGKUNGAN

12
Tabel II.1. Scoring Menentukan Masalah
13
No. Kegiatan Efektifitas Efisiensi Hasil

M I V C P= M x I x V

1. Penyuluhan 5 4 4 2 40

2. Pengadaan APD 4 3 4 5 9,6

3. Pengadaan bak sampah 4 2 4 5 6,4

M : Magnitude,
I : Implementasi,
V : Viability
C : Cost,
P : Hitunglah P
C. PEMBAHASAN 14

Leptospirosis merupakan masalah kesehatan


masyarakat diseluruh dunia, khususnya negara-
negara yang beriklim tropis dan subtropis yang
memiliki curah hujan tinggi. Leptospirosis
umumnya terjadi pada petani dan peternak serta
para pekerja yang berhubungan dengan hutan dan
air seperti petani. Leptospirosis terjadi secara
sporadik, pada umumnya bersifat self-limited
disease dan sulit dikonfirmasi pada awal infeksi.
Pengobatanharus dimulai segera pada fase awal
penyakit. Secara teori, Leptospira sp. Adalah
mikroorganisme yang sensitif terhadap antibiotik.
Manajemen kasus dan kemoprofilaksis Leptospirosis berdasarkan Kriteria
Diagnosis WHO SEARO 2009 15

Indikasi Regimen dan Dosis

Leptospirosis ringan (mild illness / suspect Doxycycline(kapsul) 100 mg 2x/ hari

case) selama 7 hari; atau

Amoxicillin atau Ampicillin (kapsul) 2 gr/

hari selama 7hari

Leptospirosis berat (severe case/ Penicillin G (injeksi) 2 juta unit IV /


probable 6 jam
case) selama 7 hari
Ceftrioxine (injeksi) 1 gr IV/hari
selama 7
hari
16

Doxycycline(kapsul) 100
Kemoprofilaksis mg 2x/ hari

selama 7 hari; atau

Amoxicillin atau Ampicillin (kapsul) 2 gr/

hari selama 7hari


17

Pengendalian Leptospirosis di masyarakat sangat


terkait dengan hasil studi faktor-faktor risiko
terjadinya Leptospirosis. Oleh karena itu
pengendalian Leptospirosis terdiri dari
Pencegahan primer dan pencegahan sekunder.
18
Prinsip kerja dari pencegahan primer adalah
mengendalikan agar tidak terjadi kontak leptospira
dengan manusia, yang meliputi:13
a. Pencegahan hubungan dengan air atau tanah yang
terkontaminasi
b. Melindungi sanitasi air minum penduduk
c. Pemberian vaksin
d. Pengelolahan sampah
e. Pengendalian hospes perantara leptospira
f. Usaha promotif
19
BAB III

RENCANA PROGRAM
Rencana Kegiatan 20

Untuk mempermudah penyelesaian masalah pada


skenario diatas dapat menggunakan system
scoring. Hal ini dilakukan untuk mempermudah
penyelesaian masalah berdasarkan skala prioritas
dari yang tertinggi sampai yang terendah.

Skala prioritas penyelesaian masalah yang


ditemukan
Tabel III.1 Penentuan prioritas penyelesaian masalah
21
No. Kegiatan Efektifitas Efisiensi Hasil

M I V C P= M x I x V

1. Penyuluhan 5 4 4 2 40

2. Pengadaan APD 4 3 4 5 9,6

3. Pengadaan bak sampah 4 2 4 5 6,4

M : Magnitude,
I : Implementasi,
V : Viability,
C : Cost,
P : Hitunglah P
Rencana Program 22

Rencana program yang sesuai dengan prioritas


masalah yang dipilih dengan menggunakan
metode scoring, yaitu memberikan informasi dan
penyuluhan mengenai Leptospirosis dengan
kegiatan sebagaimana tercantum dalam tabel
berikut.
Tabel III.2 Rencana Kegiatan di Kecamatan B
23
24
BAB IV 25

KESIMPULAN DAN SARAN


KESIMPULAN 26

Leptospirosis merupakan penyakit yang tersebar


luas di dunia, terutama di area tropis dan subtropis
yang memiliki curah hujan tinggi. Prevalensi
tinggi terjadinya Leptospirosis dijumpai di negara-
negara berkembang.
Penyakit ini ditransmisikan melalui urin. Manusia
dapat terinfeksi leptospira melalui kontak dengan
air atau tanah yang sudah mengandung urin
hospes, selain itu bisa juga karena mengkonsumsi
makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh
urin hewan yang terinfeksi kuman leptospira.
Leptospirosis jarang ditularkan dari manusia ke
manusia yang lain.
SARAN 27

Pencegahan atau pengendalian Leptospirosis dapat


dilakukan dengan cara memutus siklus penularan,
mengurangi populasi tikus, meningkatkan sanitasi
lingkungan
pencegahan Leptospirosis pada manusia
memerlukan aktivitas terintegrasi antara dokter
hewan dan dokter, dan peningkatan pengetahuan
serta pemahaman masyarakat tentang bahaya
Leptospirosis. Serta memberikan alat pelindung
diri (APD).
28

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai