Anda di halaman 1dari 39

REKAYASA

JALAN KERETA API

( Kuliah 6 )

Perancangan
Alinemen Horisontal Purnawan, PhD
Jalur Kereta Api Jurusan Teknik Sipil
Universitas Andalas
Perancangan
Alinemen Horisontal
Jalan Kereta Api
Pertimbangan Pemilihan
Trase Jalan Kereta Api
Petimbangan pemilihan trase
Peraturan Menteri Perhubungan RI No. 11 Tahun 2012 Tentang Tata Cara
Penetapan Trase Jalur Kereta Api.

Trase adalah adalah rencana tapak jalur kereta api yang telah diketahui
titik-titik koordinatnya.

Penetapan trase jalur kereta api bertujuan untuk mewujudkan :


1. Keharmonisan antara jaringan jalur kereta api dan perencanaan tata
ruang wilayah sesuai tatarannya.
2. Keterpaduan pengendalian pemanfaatan ruang untuk jaringan jalur
kereta api dalam rangka perlindungan fungsi ruang dan pencegahan
dampak negatif terhadap lingkungan akibat pembangunan jalur
kereta api.
3. Keterpaduan jaringan jalur kereta api sebagai satu kesatuan sistem
jaringan transportasi nasional, sehingga mempermudah dan
memperlancar pelayanan angkutan orang dan/atau barang.
4. Efisiensi penyelenggaraan perkeretaapian.
Penetapan trase jalur kereta api menjadi pedoman :

1. Perencanaan teknis
2. Analisis mengenai dampak lingkungan hidup
atau UKL (Upaya Pengelolaan Lingkungan dan
UPL (Upaya Pemantauan Lingkungan)
3. Pengadaan tanah

Sasaran penetapan trase jalur kereta api untuk


mewujudkan tersedianya ruang yang memadai
untuk rumaja, rumija dan ruwasja guna menjamin
keselamatan, keamanan dan kelancaran perjalanan
kereta api.
Penetapan trase jalur kereta api harus dilengkapi dengan
persyaratan kajian teknis trase jalur kereta api. Kajian
teknis trase jalur kereta api paling sedikit memuat :
Gambar rencana trase jalur kereta api.
Data teknis lainnya.

Gambar rencana trase jalur kereta api adalah gambar


situasi dan rencana trase jalur kereta api yang memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
Titik-titik koordinat.
Lokasi stasiun.
Rencana kebutuhan lahan.
Skala gambar.
Data teknis lainnya yang diperlukan :
Potensi angkutan
Pola operasi
Kebutuhan lahan
Keterpaduan inter dan antar moda
Dampak sosial dan lingkungan
Panjang jalur kereta api
Jenis konstruksi jalan rel (at grade, elevated,
underground)
Kondisi geografi dan topografi
Kondisi geologi
Kondisi fisik tanah
Kelandaian maksimum
Perpotongan.
Penilaian terhadap Alternatif Trase

Dalam melakukan Feasibility Study jalan kereta api pada


umumnya dilakukan pemilihan alternatif rute/jalur kereta api
yang memungkinkan. Alternatif tersebut harus dinilai potensi
kelayakannya menggunakan sejumlah kriteria teknis seperti :
1. Hambatan alam
2. Potensi demand dan ekonomi
3. Dampak social
4. Pertimbangan lingkungan.

Dalam menentukan kriteria dan variabel kriteria yang akan


dievaluasi dalam penentuan trase terpilih digunakan dasar
aturan dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM. 11
Tahun 2012 tentang Tata Cara Penetapan Trase Jalur Kereta Api,
paling tidak memuat 4 kriteria (kriteria teknis, hukum, keuangan
dan perencanaan).
Kriteria
Pemilihan
Alternatif
Trase
Kriteria
Pemilihan
Alternatif
Trase
Evaluasi Kinerja Pemilihan Alternatif Trase

Metode Analisa Multi Kriteria


Alinemen Horisontal
Alinemen Horisontal
Efek gaya sentrifugal
Gaya sentrifugal
diimbangi gaya berat
Alinyemen horizontal adalah proyeksi sumbu
jalan rel pada bidang horizontal, alinyemen
horizontal terdiri dari garis lurus dan
lengkungan.

Dua bagian lurus, yang perpanjangnya saling


membentuk sudut harus dihubungkan
dengan lengkung yang berbentuk lingkaran,
dengan atau tanpa lengkung-lengkung
peralihan. Untuk berbagai kecepatan rencana,
besar jari-jari minimum yang diijinkan adalah
seperti yang tercantum dalam Tabel berikut
ini.
Jari-jari minimum yang diijinkan
Lengkung peralihan adalah suatu
lengkung dengan jari-jari yang berubah
beraturan.

Lengkung peralihan dipakai sebagai


peralihan antara bagian yang lurus dan
bagian lingkaran dan sebagai peralihan
antara dua jari-jari lingkaran yang
berbeda.

Lengkung peralihan dipergunakan pada


jari-jari lengkung yang relatif kecil
Komponen lengkung peralihan
Panjang minimum lengkung peralihan
Lengkung S terjadi bila dua lengkung dari
suatu lintas yang berbeda arah
lengkungnya terletak bersambungan dan
harus memiliki transisi lurusan sekurang-
kurangnya sepanjang 20 m di luar
lengkung peralihan.

Jari-jari lengkungan sebelum dan


sesudah wesel untuk jalur utama haruslah
lebih besar dari nilai-nilai yang ditetapkan
berdasarkan kecepatan rencana pada
wesel.
Perlebaran jalan rel dilakukan agar roda
kendaraan rel dapat melewati lengkung tanpa
mengalami hambatan.

Perlebaran jalan rel dicapai dengan menggeser


rel dalam kearah dalam.

Perlebaran jalan rei dicapai dan dihilangkan


secara berangsur sepanjang lengkung
peralihan.

Besar perlebaran jalan rel dengan lebar jalan rel


1067 mm dan 1435 mm untuk berbagai jari-jari
tikungan adalah seperti yang tercantum dalam
Tabel 9.2 dan 9.3.
Pemasangan pelebaran jalan rel dilakukan mengikuti
ketentuan sebagai berikut :

(a) Jika terdapat lengkung peralihan, maka pengurangan


dilakukan sepanjang lengkung peralihan.

(b) Dalam hal tidak terdapat lengkung peralihan, maka


pengurangan dilakukan sedapatnya dengan panjang
pengurangan yang sama.

(c) Untuk yang tanpa peninggian rel, pengurangan


dilakukan menurut panjang standar 5 m atau lebih diukur
dari ujung lengkungan.

(d) Untuk lengkungan wesel maka panjang pengurangan


ditentukan secara terpisah bergantung pada kondisi
yang ada.
Peninggian Jalan Rel

(a) Pada lengkungan, elevasi rel luar dibuat


lebih tinggi dari pada rel dalam untuk
mengimbangi gaya sentrifugal yang dialami oleh
rangkaian kereta.

(b) Peninggian rel dicapai dengan


menempatkan rel dalam pada tinggi semestinya
dan rel luar lebih tinggi.

(c) Besar peninggian maksimum untuk lebar


jalan rel 1067 mm adalah 110 mm dan untuk
lebar jalan rel 1435 mm adalah 150 mm.
Masalah kritis pada perencananaan alinemen horisontal
See you
In the next chapter

Anda mungkin juga menyukai