Anda di halaman 1dari 124

By Endah C.Skep.Ns M.

HKes
Definisi Keperawatan Kritis American
Association of Critical Care Nurses
(AACN,1889) menyatakan bahwa asuhan
keperawatan kritis mencakup diagnosis dan
penatalaksanaan respons manusia terhadap
penyakit yang aktual atau potensial yang
mengancam kehidupan
Kritis adalah penilaian dan evaluasi secara
cermat dan hati-hati terhadap suatu kondisi
krusial dalam rangka mencari
penyelesaian/jalan keluar
Keperawatan kritis merupakan salah satu
spesialisasi di bidang keperawatan yang
secara khusus menangani respon manusia
terhadap masalah yang mengancam hidup
Adalah sebuah area khusus dari keperawatan
professional yang melibatkan integrasi dari
praktek, penelitian dan pendidikan
professional

Kegiatan tidak hanya menangani kepada


lingkungan yang khusus atau peralatan
khusus tetapi lebih pada PROSES
PENGAMBILAN KEPUTUSAN DAN KEMAMPUAN
UNTUK MENGAMBIL KEPUTUSAN oleh Perawat.
Adalah pasien dengan perburukan patofisiologi yang ce
pat yang dapat menyebabkan kematian.
Ruangan untuk mengatasi pasien kritis di RS dibagi
atas Unit Gawat Darurat (UGD) dimana pasien diatasi
untuk pertama kali, unit perawatan intensif (ICU) adalh
bagian untuk mengatasi keadaan kritis sedangkan
bagian yang lebih memusatkan perhatian
pada penyumbatan dan penyempitan pembuluh darah k
oroner yang disebut unit perawatan intensif koroner
( Intensive Care Coronary Unit = ICCU).
Ruangan untuk mengatasi pasien kritis di RS :
Unit Gawat Darurat (UGD) dimana pasien diatasi
untuk pertama kali
unit perawatan intensif (ICU) adalah bagian untuk men
gatasi keadaan kritis
sedangkan bagian yang lebih memusatkan perhatian
pada penyumbatan dan penyempitan pembuluh darah
koroner yang disebut unit perawatan intensif koroner
( Intensive Care Coronary Unit = ICCU).
Adalah seorang perawat profesional
yang bertanggung jawab untuk
menjamin pasien yang kritis dan akut
beserta keluarganya mendapatkan
pelayanan keperawatan yang optimal
Oleh karena pasien yang dirawat pada area
keperawatan kritis umumnya memiliki
masalah lebih dari satu system tubuh bahkan
sistematik maka perawat dituntut untuk
dapat memiliki :
Pengetahuan tentang fisiologi dan
patofisiologi tubuh manusia
Proses keperawatan
Dasar pengetahuan untuk dapat
menginterprestasikan dan berespon terhadap
masalah-masalah klinis dgn ketrampilan
tinggi
Support hidup
Monitoring pasien kritis serta respon pasien
terhadap tindakan yang diberikan
Mencegah komplikasi
Perhatian pada kenyamanan pasien
Dapat mengerti, bekerjasama dan memberi
informasi dan penyuluhan pada keluarga.
1 Tujuan
Untuk mempertahankan hidup (maintaining
life).
2.Pengkajian
Dilakukan pada semua sistem tubuh untuk
menopang dan mempertahankan sistem-
sistem tersebut tetap sehat dan tidak terjadi
kegagalan
Pengkajian meliputi proses pengumpulan data, validasi
data,menginterpretasikan data dan memformulasikan
masalah atau diagnosa keperawatan sesuai hasil analisa
data. Pengkajian awal didalam keperawata itensif sama
dengan pengkajian umumnya yaitu dengan pendekatan
system yang meliputi aspek bio-psiko-sosial-kultural-
spiritual
klien yang dirawat telah menggunakan alat-alat bantu
mekanik seperti Alat Bantu Napas , hemodialisa,
pengkajian juga diarahkan ke hal-hal yang lebih khusus
yakni terkait dengan terapi dan dampak dari
penggunaan alat-alat tsb.
Pengkajian ditekankan pada adanya
konflik-konflik nilai, tuntutan emosional,
keterlibatan emosional yang berlebihan,
kurang baiknya hub interpersonal, pola
koping pasien dan keluarga
Support system dengan cara dukungan
emosional, penyediaan informasi, hub
sosial yang baik dan dukungan fasilitas
Penyakit kritis adalah kejadian dramatis
emosional yang dialami pasien dan
keluarganya. Untuk beberapa situasi tertentu
persiapan dari segi psikologis perlu
dilakukan.
Perawat kritis berada di posisi yang paling
tepat untuk memahami kondisi yang dialami
pasien dan keluarganya dan membantu
mereka untuk beradaptasi dengan situasi
yang ada.
Bagi perawat emergensi / kritis sangat
diperlukan wawancara dan intervensi
psikososial sebab disamping umumnya
pasien dan keluarga mengalami sakit yang
tiba-tiba juga kadang disertai situasi yang
buruk dan penyakit yang berat.
Tindakan tersebut ditujukan untuk
1. Dukungan emosional, sosial, spiritual dan
fisik di lingkungan perawatan
2. Meningkatkan kenyamanan
3. Meningkatkan integritas dan identitas
pasien
4. Koping yang adaptif dan efektif
Keberhasilan tindakan ini sangat tergantung
pada :
Informasi dan jawaban yang memuaskan atas
permasalahan mereka.
Jaminan terhadap kesehatannya.
Perubahan kearah kesembuhan
Harapan keluarga
Sikap tenaga keperawatan
Frekuensi kontak dgn pasien/keluarga
Terjadinya sakit/ keadaan kritis seseorang
akan menimbulkan stress dan anxietas pada
pasien, keluarga atau orang terdekat.
Ancaman thd kehidupan dan kesejahteraan
Ancaman ketidak berdayaan
Kehilangan
Beratnya penyakit
Kehilangan kendali
Perasaan kehilangan fungsi dan harga diri
Kegagalan membentuk pertahanan diri
Perasaan terisolasi dan takut mati
Gejala fisik dari penyakit kritis yang mengancam
jiwa, seperti nyeri tingkat akhir atau perdarahan
biasanya disertai dengan respon psikologis dari
pasien dan keluarganya, seperti:
Cemas,takut
Panik
Marah
Perasaan bersalah
Distres spiritual
Respon psikologis tersebut dapat memperburuk
gejala-gejala fisik yang diderita pasien.
3.Diagnosa keperawatan
Ditegakkan untuk mencari perbedaan serta
mencari tanda dan gejala yang sulit diketahui
untuk mencegah kerusakan/ gangguan yang
lebih luas. Setelah melakukan pengkajian, data
dikumpulkan dan diinterpretasikan kemudian
dianalisa lalu ditetapkan masalah/diagnosa
4.Perencanaan keperawatan
Ditujukan pada penerimaan dan adaptasi pasien
secara konstan terhadap status yang selalu
berubah.
Perencanaan tindakan keperawatan dibuat apabila
diagnosa telah diprioritaskan
1.Prioritas masalah dibuat berdasarkan pada
ancaman/risiko ancaman hidup contoh:
bersihan jalan nafas tidak efektif, gangguan pertukaran
gas, pola nafas tidak efektif, gangguan perfusi jaringan,
lalu
2. Mengidentifikasi alternatif diagnosa keperawatan
untuk meningkatkan keamanan, kenyamanan (contoh:
resiko infeksi, resiko trauma/injury, gangguan rasa
nyaman
3. Diagnosa keperawatan untuk mencegah, komplikasi
(contoh: resiko konstifasi, resiko gangguan
integritaskulit).
Perencanaan tindakan mencakup 4(empat) umsur
kegiatan yaitu :
1. Observasi/monitoring,
2. Terapi keperawatan
3. Pendidikan dan tindakan kolaboratif.
4. Pertimbangan lain adalah kemampuan untuk
melaksanakan rencana dilihat dari keterampilan
perawat, fasilitas, kebijakan dan standar operasional
prosedur.
5.Intervensi
Ditujukan terapi gejala-gejala yang muncul
pertama kali untuk pencegahan krisis dan secara
terus-menerus dalam jangka waktu yang lama
sampai dapat beradaptasi dengan tercapainya
tingkat kesembuhan yang lebih tinggi atau
terjadi kematian
Semua tindakan dilakukan dalam pemberian
asuhan keperawatanterhadap klien sesuai dengan
rencana tindakan. Hal ini penting untukmencapai
tujuan. Tindakan keperawatan dapat dalam
bentuk observasi,tindakan prosedur terntentu,
tindakan kolaboratif dan pendidikan
Perhatian dan sentuhan
Keterlibatan keluarga dalam perawatan
Pemberian informasi yang terus menerus,
terus terang (dgn cara yang sesuai) dan
terorganisir
6.Evaluasi
Dilakukan secara cepat, terus menerus dan
dalam waktu yang lama untuk mencapai
keefektifan masing-masing tindakan/ terapi,
secara terus-menerus menilai kriteria hasil
untuk mengetahui perubahan status pasien.
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan
pasien kritis prioritas pemenuhan kebutuhan
tetap mengacu pada hirarki kebutuhan dasar
Maslow dengan tidak meninggalkan prinsip
holistik.
Dokumentasi adalah catatan yang berisi data pelaksanaan
tindakan keperawatan atau respon klien terhadap tindakan
keperawatan sebagai petanggungjawaban dan
pertanggunggugatan terhadap asuhan keperawatan yang
dilakukan perawat kepada pasien dari kebijakan.
Dokumentasi keperawatan merupakan dokumentasi legal
dalamsistem pelayanan keperawatan, karena melalui pendo
kumentasikan yang baik, makainformasi mengenai keadaan
kesehatan klien dapat diketahui secara berkesinambungan
Issue sebagai suatu pertanyaan tentang
fakta, nilai atau kebijakan yang dapat
diperdebatkan (a contestable question of
fact, value or policy (Heath & Nelson (1986).
Dengan kata lain, sebuah issue yang timbul
ke permukaan adalah suatu kondisi atau
peristiwa, baik di dalam maupun di luar
organisasi, yang jika dibiarkan akan
mempunyai efek yang signifikan pada fungsi
atau kinerja organisasi tersebut atau pada
target-target organisasi tersebut di masa
mendatang
Keperawatan bukan profesi yang statis
dan tidak berubah tetapi profesi yang
secara terus menerus berkembang
Perawat kritis harus tetap memantau
informasi terbaru dan mengembangkan
kemampuan yang dimiliki untuk
mengelola metode dan teknologi
perawatan terbaru
Perkembangan yang pesat di bidang
teknologi dan pelayanan kesehatan cukup
berkontribusi dalam membuat orang tidak
lagi dirawat dalam jangka waktu lama di
rumah sakit.
Sudah direncanakan di beberapa rumah sakit
akan adanya unit kritis yang lebih besar dan
kemungkinan mendapatkan pelayanan
perawatan kritis di rumah atau tempat-
tempat alternatif lainnya.
Perkembangan Alat Medis
Seorang perawat ruangan kritis harus bekerja
sesuai dengan aturan yang ada (standar
rumah sakit/standar pelayanan maupun
asuhan keperawatan) karena setiap tindakan
yang perawat lakukan terhadap pasien harus
didasari oleh kode etik keperawatan dan
aturan-aturan hukum dirumah sakit.
Dengan perkembangan perawatan yang
dilakukan pada pasien semakin kompleks
dan banyaknya metode ataupun teknologi
perawatan baru yang diperkenalkan,
perawat kritis dipandang perlu untuk selalu
meningkatkan pengetahuannya.
Etik adalah cara bagaimana seseorang
menetapkan norma atau standar
kehidupan seseoarang dan yang
seharusnaya dilakukan (Mandla, Boyle
dan ODonohoe. 1994).
Kesepakatan tentang praktik moral,
keyakinan, sistem nilai, standar perilaku
individu dan atau kelompok tentang penilaian
terhadap apa yang benar dan apa yang salah,
mana yang baik dan mana yang buruk, apa
yang merupakan kebajikan dan apa yang
merupakan kejahatan, apa yang dikendaki
dan apa yang ditolak.
Perawatruang intensif/kritis harus
memberikan pelayanan keperawatan
yang mencerminkan pemahaman akan
aspek etika dan legal keperawatan
yang mencerminkan pemahaman akan
aspek etika dan legal kesehatan.
Perawat ruang kritis harus bekerja sesuai
dengan aturan yang ada (standar rumah
sakit/standar pelayanan maupun asuhan
keperawatan).
Etik ditujukan untuk mengukur perilaku yang
diharapkan dari manusia sehingga jika
manusia tersebut merupakan suatu kelompok
tertentu atau profesi tertentu seperti profesi
keperawatan, maka aturannya merupakan
suatu kesepakatan dari kelompok tersebut
yang disebut kode etik
1. Respect (Hak untuk dihormati)
Perawat harus menghargai hak-hak pasien/klien
2. Autonomy (hak pasien memilih)
Hak pasien untuk memilih treatment terbaik
untuk dirinya
3. Beneficence (Bertindak untuk keuntungan orang
lain/pasien)
Kewajiban untuk melakukan hal tidak
membahayakan pasien/ orang lain dan secara
aktif berkontribusi bagi kesehatan dan
kesejahteraan pasiennya
4.Confidentiality (hak kerahasiaan)
menghargai kerahasiaan terhadap semua
informasi tentang pasien/klien yang
dipercayakan pasien kepada perawat.
5.Justice (keadilan)
kewajiban untuk berlaku adil kepada semua
orang. Perkataan adil sendiri berarti tidak
memihak atau tidak berat sebelah
6.Fidelity (loyalty/ketaatan)
Kewajiban untuk setia terhadap kesepakatan
dan bertanggungjawab terhadap kesepakatan
yang telah diambil
7. Veracity (Truthfullness & honesty)
Kewajiban untuk mengatakan kebenaran.
Terkait erat dengan prinsip otonomi,
khususnya terkait informed-consent
Prinsip veracity mengikat pasien dan perawat
untuk selalu mengutarakan kebenaran
PENGERTIAN
Adalah Ilmu pengetahuan mengenai hak dan
tanggung jawab legal yang terkait dengan
praktik keperawatan merupakan hal yang
penting bagi perawat.
Aturan legal yang mengatur praktik perawat
Pedoman untuk menghindari malpraktik dan
tuntutan malpraktik
Hubungan perawat-
Dokter/keluarga/institusi pelayanan
kesehatan
a. Malpraktik
Kelalaian bertindak yang dilakukan
seseorang terkait profesi/pekerjaannya yang
membutuhkan ketrampilan profesional dan
tehnikal yang tinggi
b. Dokumentasi
- Medical Record adalah dokumen legal dan
dapat digunakan di pengadilan sebagai bukti
c. Informed consent
Persetujuan yang dibuat oleh klien untuk
menerima serangkaian prosedur sesudah
diberikan informasi yang lengkap termasuk
resiko pengobatan dan fakta-fakta yang
berkaitan dengan itu, telah dijelaskan oleh dokter
d. Accident and Incident report
incident Report laporan terjadinya suatu insiden
atau kecelakaan
- Perawat perlu menjamin kelengkapan dan
keakuratan pelaporan askep
Hukum yang berlaku umum ( pidana, perdata)
Hukum-hukum kusus (negara )
Adminitrative codes( negara , atasan )
Kode etik ( ikatan profesi )
Standar profesi (ikatan profesi )
Standard operating procedure( komite medik,
atasan )
UU Kesehatan No.36 tahun 2009
1. Perlindungan Hukum bagi tenaga kesehatan
: (Pasal 27).
2. Menyelamatkan Nyawa Pasien : darurat
(Pasal 32).
3. Tidak boleh menolak Pasien Darurat &
meminta uang muka (Pasal 32)
4.Tenaga Kesehatan : kualifikasi dan izin
profesi (pasal 34).
5. Menerima/menolak pertolongan kecuali :
tidak sadarkan diri. (Pasal 56).
6. Tuntutan ganti rugi oleh pasien kecuali
untuk tindakan penyelamatan nyawa dan
pencegahan kecacatan. (Pasal 58).
7. Ketentuan Pidana terkait
Pemahaman terhadap aspek hukum dalam
Keperawatan Gawat Darurat bertujuan
meningkatkan kualitas penanganan pasien
dan menjamin keamanan serta keselamatan
pasien.
Aspek hukum menjadi penting karena
konsensus universal menyatakan bahwa
pertimbangan aspek legal dan etika tidak
dapat dipisahkan dari pelayanan medik yang
baik.
Walaupun ada undang-undang yang
mengatur tentang keperawatan gawat darurat
yaitu Peraturan Menteri Kesehatan tentang
Informed Consent menyatakan, dalam hal
pasien tidak sadar/pingsan serta tidak
didampingi oleh keluarga terdekat dan secara
medik berada dalam keadaan gawat darurat
dan atau darurat yang memerlukan tindakan
medik segera untuk kepentingannya, tidak
diperlukan persetujuan dari siapapun. (Per.
Menkes, 1989
Hak Pasien
Pasien berhak memperoleh informasi
mengenai tata tertib dan peraturan yg
berlaku di RS
Pasien berhak atas pelayanan yg manusiawi
adil dan jujur
Pasien berhak memperoleh pelayanan medis
yang bermutu sesuai standar profesi
dokter/kedokteran gigi dan tanpa
diskriminasi
Pasien berhak memperoleh asuhan
keperawatan sesuai standar profesi
keperawatan
Pasien berhak memilih dokter dan kelas
perawatan sesuai dengan keinginan dan
sesuai dg peraturan yg berlaku di RS
Pasien berhak dirawat oleh dokter yg secara
bebas menentukan pendapat klinis dan
pendapat etisnya tanpa campur tangan dari
pihak orang lain
Pasien berhak meminta konsultasi kepada
dokter lain yang terdaftar di RS tersebut (
second opinion ) terhadap penyakit yang di
deritanya ,sepengetahuan dokter yg merawat
Pasien berhak atas privacy dan kerahasiaan
penyakit yg dideritanya termasuk data-data
yg merawat
Pasien berhak mendapatkan informasi yg
meliputi :
1. Penyakit yg dideritanya
2. Tindakan medik apa yg hendak dilakukan
3. Alternatif terapi lainya
4. Prognosanya
5. Perkiraan biaya pengobatan
Pasien berhak menyetujui /memberikan izin
atas tindakan yang akan dilakukan oleh
dokter sehubungan dengan penyakit yg
dideritanya
Pasien berhak menolak tindakan yg hendak
dilakukan terhadap dirinya dan mengakhiri
pengobatan serta perawatan atastanggung
jawab sendiri sesudah memperoleh informasi
yg jelas ttg penyakitnya
Pasien berhak didampingi keluarganya dalam
keadaan kritis
Pasien berhak menjalankan ibadah sesuai dg
agama /kepercayaan yang dianutnya selama
hal itu tidak mengganggu pasien lainnya
Pasien berhak atas keamanan dan
keselamatan dirinya selama dalamRS
Pasien berhakmengajukan usul,saran,
perbaikan, atas perlakuan rumah sakit
terhadap dirinya
Pasien berhak menerima ataumenolak
bimbingan moril atau spiritual
Pasien dan keluarganya berkewajiban
mentaati segala peraturan dan tata tertib
rumah sakit
Pasien berkewajiban mematuhi segala
instruksi dokter dan perawat dalam
pengobatan
Pasien berkewajibanmemberikan informasi dg
jujur dan selengkapnya ttg penyakit yg
dideritanya kepada dokter yg merawat
Pasien atau penanggungnya berkewajiban
untuk melunasi semua imbalan atas jasa
pelayanan rumah sakit atau dokter
Pasien atau penanggungnya berkewajiban
memenuhi hal-halyg telah disepakati
/perjanian yg telah dibuatnya
Pengertian
Suatu pertolongan yang cepat dan tepat untuk
mencegah kematian maupun kecatatan.
Berasal dari istilah critical ill patient (pasien
kritis/gawat) dan emergency patient (pasien
darurat).
Pengertian
Gawat darurat adalah keadaan klinis pasien
yang memutuhkan tindakan medis segera
guna penyelamatan nyawa dan pencegahan
kecacatan lebih lanjut ( UU No44 tahun 2009
ttg RS).
Suatu keadaan dimana seseorang secara tiba-
tiba dalamkeadaan gawat darurat atau akan
menjadi gawat dan terancam anggota
badanna dan jiwana ( akan menjadi cacat atau
mati ) bila tidak mendapatkanpertolongan
dengan segera.
Bagian dari pelayanan kedokteran yang
dibutuhkan oleh penderita dalam waktu yang
segera ( imediatlely) untukmenyelamatkan
kehidupan /life saving ( Azrul,1997)
Salah satu bagian dari RS yg menyediakan
penanganan awal bagi pasien yang menderita
sakit dan cedera yang dapat
mengancamkelangsungan hidupnya.
Di UGD dapat ditemukan dokter dari berbagai
spesialisasi bersama sejumalh perawat dan
asisten dokter.
Instalasi pelayanan RS yang memberikan
pelayanan pertama selama 24 jam pada
pasien dengan ancaman kematian dan
kecacatan secara terpadu dengan melibatkan
multidisiplin ilmu.
Adalah memilih tingkat
kegawatan pasien untuk
menentukan prioritas penanganan
lebih lanjut.
Adalah kecepatan penanganan pasien
dihitung sejak pasien datang sampai
dilakukan penanganan
Penanganan cepat dan tepat pasien gawat
darurat membutuhkan manajemen yang
tepat.
Disamping lebih efisien dibutuhkan suatu
koordinasi antar unit pelayanan , dimana
pasien itu di diagnosa ditempat dimana
pasien tersebut akan dirujuk untuk
penanganan lebih tepat dan efisien
Pelayanan gawat darurat tidak hanya
memberikan pelayanan untuk mengatasi
kondisi kedaruratan yang di alami pasien
tetapi juga memberikan asuhan
keperawatan untuk mengatasi kecemasan
pasien dan keluarga
1. Mencegah kematian dan kecacatan pada
penderita gawat darurat
2. Menerima rujukan pasien atau mengirim
pasien
3. Melakukan penanggulangan korban musibah
masal dan bencana yang terjadi dari dalam
maupun luar RS.
4. Suatu layanan UGD harus mampu
memberikan pelayanan dg kualitas tinggi
pada masyarakat dg problem medis akut.
Untuk dapat mencegah kematian petugas
harus tahu penyebab kematian, yaitu
1. Meninggal dalam waktu singkat ( 4-6 menit)
a.Kegagalan sistem otak
b.Kegagalan sistem pernafasan
c.Kegagalan sistem kardiovaskuler
2.Meninggal dalam waktu lebih lama (perlahan-
lahan )
a. Kegagalan sistem hati
b. Kegagalan sistem ginjal.
c. Kegagalan sistem pankreas (endokrin )
SPGDT ( Sistem Penanggulangan Gawat Darurat
Terpadu yaitu suatu metode yg digunakan
untuk penanganan korban yg mengalami
kegawatan dg melibatkan semua unsur yang
ada
1.Fase Pra Rumah Sakit ( Pre hospital )
2.Fase Rumah Sakit ( Intra hospital)
Pelayanan pre hospital merupakan pemberian
pelayanan , dimana pertamakalikorban
ditemukan ,selam proses tranportasi hingga
pasien tiba di RS.
Banyaknya korban kecelakaan lalu lintas juga
merupakan masalah dalam pelayanan pre
hospital
Dalamrentang kondisi pre hospital sangat
diperlukan peran serta masyarakat,awam kusus
ataalam setiapwaktuupun petugas kesehatan
karena kejadiannya dpt terjadi dimana saja
Pelayanan yg diberikan pada pre hospital
adalah langkah langkah pertolongan dasar
dan dilanjutkan penanganan advancepre
hospital.
Pertolongan dasar dapat dimulai dari initial
assessment terhadap korban , evakuasi
korban, pemberian oksigenasi,pemantauan
kondisi pasien termasuk tingkat kesadaran,
dan perawatan luka ( WHO 2005)
Pelayanan pd pre hospitaldapat digunakan
sebagai acuan penentu kondisi korban
selanjutnya .
Pemberian perawatan pre hospital yg cepat
dan tepat dapat menurunkan angka kematian
dan kecacatan karena trauma
Pada fase pra hospital keberhasilan
pertolongan pertama gawat darurat
tergantung beberapa komponen yaitu
Akses masyarakat kepetugas terlatih atau
akses petugas terlatih ke masyarakat atau
korban.
Komunikasi yg dapat dimanfaatkan ,serta
ketersediaan sarana gawat darurat ambulance
a.Komunikasi
1.Dalam komunikasihubungan yg sangat
diperlukan adalah
Pusat komunikasi gawat darurat
Pusat komunikasi ke RS
Pusat komunikasi polisi
Pusat komunikasipemadamkebakaran
2.Fasilitas komunikasi : Pager, radio,telp,HP
3.Tugas pusat komunikasi
Menerima permintaan tolong
Mengirim ambulance terdekat
Mengatur dan memonitor rujukan pasien
gawat darurat
Memonitor kesiapan RS terutama Unit Gawat
Darurat dan ICU
b.Pendidikan
Upaya peningkatan pengetahuan dan
ketrampilan orang awam dan petugas
kesehatan
Biasanya orang yg pertama menemukan
penderita GD adalah masyarakat (orang
awam)
Orang awam diberI pengetahuan dan
ketrampilan dalam PPGD
Ditinjau dari segi peranan dalam masyarakat
orang awamdibagi dua golongan
a. Golongan awam biasa al:
Guru
Pelajar
Pengemudi kendaraan bermotor
Ibu-ibu rumah tangga
Petugas hotel, restoran dll
b. Golongan awam kusus al :
Anggota Polisi
Petugas dinas pemadam kebakaran
Satpam/Hansip
Petugas DLLAJR
Petugas SAR
Anggota pramuka
1. Cara meminta pertolongan
2. Resusitasi kardiopulmonal sederhana
3. Cara menghentikan perdarahan
4. Cara memasang balut atau bidai
5. Cara transportasi penderita gadar
1. Kemampuan penanggulangan penderita
gawat darurat seperti orang awam(Basic Life
Suport )
2. Mengetahui tanda-tanda persalinan
3. Mengetahui penyakit pernafasan
4. Mengetahui penyakit jantung
5. Mengetahui penyakit persyarafan
6. Mengetahui penyakit anak
Kemampuan PPGD yang harus dimiliki tenaga
perawat
a.Sistim pernafasan
Mengenal adanya sumbatan jalan nafas
Membebaskan jalan nafas
Memberikan nafas buatan
Melakukan resusitasi kardiopulmoner (RJP)dg
didahuluipenilaian ABC
b. Sistem Sirkulasi
Mengenal aritmia jantung dan infark jantung
Member ipertolongan pada henti jantung
Membuat rekaman jantung( EKG )
Mengenalsyok dan memberikan pertolongan
pertama
c. Sitem Vaskuler
Menghentikan perdarahan
Memasang infus
Merawat infus dan CVC
d.Sistem Syaraf
Mengenal koma dan memberi pertolongan
pertama
Memberikan pertolongan pertama pada
trauma kepala dan trauma spinalis
Mengenalstrok danmemberikan pertolongan
pertama
e. SistemPencernaan
Pertolongan pertama pada trauma abdomen
dan pengenalan perdarahan intra abdomen
Persiapan operasi segera ( cito)
Kumbah lambung pada pasien keracunan
f Sistem Perkemihan
Pertolongan pertama pada payah ginjal akut
Mampumelakukan pemasangan kateter
g. Sistem Integumen dan toksikologi
Pertongan pertama pada luka bakar
Pertolongan pertama pada gigitan binatang
Memberikan pertolongan pada penyalah
gunaan obat
Memberikan pertonganpertama pada
keracunan
h. Sistem Endokrin
Pertolongan pertama pada pasien hipo /
hiperglikemi
Pertongan pertama pada krisi tyroid
i .Sistem Muskuloskeletal
Mengenal patah tulang dan dislokasi
Memasang bidai
Mentransportasi pasien kerumah sakit
j.Sistem Pengideraan
Pertongan pertama pada pasien trauma mata
dan telinga
Melakukan irigasi mata dantelinga

Pada Anak
Pertongan pertama pada anak dengan kejang
Pertolongan pertama anakdengan asma
Pertongan pertama pada anak dengan
ataukonstipasi
Dalam Rumah Sakit
Pertolongan di unit gawat darurat rumah
sakit
Pertolongan di kamar bedah (jika
diperlukan)
Pertolongan di ICU/ICCU
Adalah suatu sistem pembagian / klasifikasi
prioritas klien berdasarkan berat / ringannya
kondisi klien / kegawatannya yang
memerlukan tindakan segera.
Dalam triage, perawat dan dokter mempunyai
batasan waktu (respon time) untuk mengkaji
keadaan dan memberikan intervensi
secepatnya yaitu 10 menit.
Menurut Brooker (2008), dalam prinsip Triase
diberlakukan sistem prioritas, yaitu
penentuan / penyeleksian mana yang harus
didahulukan mengenai penanganan yang
mengacu pda tingkat ancaman jiwa yang
timbul dengan pasien berdasarkan :
Ancaman jiwa yang dapat mematikan dalam
hitungan menit
Dapat mati dalam hitungan jam
Trauma ringan
Sudah meninggal
Pada umumnya penilaian korban dalam Triase
dapat dilakukan dengan :
Menilai tanda vital dan kondisi umum korban
Menilai kebutuhan medis
Menilai kemungkinan bertahan hidup
Menilai bantuan yang memungkinkan
Memprioritaskan penanganan definitive
Tag warna
Ada dua sistem dalam Triage
1. METTAG (Triage tagging system )
2. Sistim triase Penuntun Lapangan START
(Simple Triage And Rapid Transportation).
Sistim METTAG merupakan suatu pendekatan
untuk memprioritisasikan tindakan.
Dalam hal kegawatdaruratan pasien yang
datang ke IRD akan dilayani sesuai urutan
prioritas yang ditunjukan dengan labelisasi
warna
Biru: Gawat darurat,resusitasi segera yaitu Untuk
penderita sangat gawat/ ancaman nyawa.
Kasus : Henti jantung yang kritis, Henti nafas
yang kritis, Trauma kepala yang kritis,
Perdarahan yang kritis
Merah: Gawat darurat,harus MRS yaitu untuk
penderita gawat darurat (kondisi stabil / tidak
membahayakan nyawa )
Kasus : Sumbatan jalan nafas atau distress nafas,
Luka tusuk, Penurunan tekanan darah,
Perdarahan pembuluh nadi, Problem kejiwaan,
Luka bakar derajat II >25 % tidak mengenai
dada dan muka, Diare dengan dehidrasi, Patah
tulang
Kuning: Gawat darurat ,bisa MRS /Rawat jalan
yaitu Untuk penderita darurat, tetapi tidak
gawat
Kasus : Lecet lesi, Diare non dehidrasi, luka
bakar derajat I dan II > 20%
Hijau: Gawat tidak darurat,dengan
penanganan bisa rawat jalan yaitu Untuk
bukan penderita gawat.
Kasus : gegar otak ringan, luka bakar
derajat I
Hitam: Meninggal dunia
Penuntun Lapangan START memungkinkan penolong
secara cepat mengidentifikasikan korban yang dengan
risiko besar akan kematian segera atau apakah tidak
memerlukan transport segera.
Penuntun Lapangan START dimulai dengan penilaian
pasien 60 detik, meliputi pengamatan terhadap
ventilasi, perfusi, dan status mental. Hal ini untuk
memastikan kelompok korban :
perlu transport segera / tidak
tidak mungkin diselamatkan,
meninggal
Upaya Pertolongan terhadap penderita gawat
darurat harus dipandang sebagai satu sistem
yang terpadu dan tidak terpecah-pecah.
Sistem mengandung pengertian adanya
komponen-komponen yang saling
berhubungan dan saling mempengaruhi,
mempunyai sasaran (output) serta dampak
yang diinginkan (outcome).
Sistem yang bagus juga harus dapat diukur
dengan melalui proses evaluasi atau umpan
balik yang berkelanjutan.
Pre Hospital Stage Hospital Stage Rehabilitation

1. Emergency Room
1. First Responder 2. Operating Room 1. Fisical
2. Ambulance 2. Psycological
3. Intensif Care Unit
Service 24 jam 3. Social
4. Ward Care
Berdasarkan skema di atas, kualitas hidup
penderita pasca cedera akan sangat bergantung
pada apa yang telah dia dapatkan pada periode
Pre Hospital Stage bukan hanya tergantung pada
bantuan di fasilitas pelayanan kesehatan saja.
Jika di tempat pertama kali kejadian penderita
mendapatkan bantuan yang optimal sesuai
kebutuhannya maka resiko kematian dan
kecacatan dapat dihindari.
Bisa diilustrasikan dengan penderita yang terus
mengalami perdarahan dan tidak dihentikan
selama periode Pre Hospital Stage, maka akan
sampai ke rumah sakit dalam kondisi gagal
ginjal. Begitu cedera terjadi maka berlakulah apa
yang disebut waktu emas (The Golden periode).
Satu jam pertama juga sangat menentukan
sehingga dikenal istilah The Golden Hour.
Setiap detik sangat berharga bagi
kelangsungan hidup penderita. Semakin
panjang waktu terbuang tanpa bantuan
pertolongan yang memadai, semakin kecil
harapan hidup korban.
Terdapat 3 faktor utama di Pre Hospital Stage
yang berperan terhadap kualitas hidup
penderita nantinya yaitu :
siapa penolong pertamanya
Berapa lama ditemukannya penderita,
kecepatan meminta bantuan pertolongan
SPGDT (Sistem Penanggulangan Gawat
Darurat Terpadu) adalah sebuah sistem
penanggulangan pasien gawat darurat yang
terpadu.
SPGDT-B (Bencana) adalah kerja sama antar
unit pelayanan Pra Rumah Sakit dan Rumah
Sakit dalam bentuk pelayananan gawat
darurat terpadu sebagai khususnya pada
terjadinya korban massal yg memerlukan
peningkatan (eskalasi) kegiatan pelayanan
sehari-hari.
Bencana merupakan kejadian yang menyebabkan
terjadinya banyak korban (pasien daruratyang tid
ak dapat dilayani oleh unit pelayanan kesehatan s
eperti biasa,terdapat kerugian materiil dan
terjadinya kerusakan in"rastruktur fisik serta
terganggunya kegiatan normal masyarakat .
Tenaga kesehatan sebagai tim, baik perawat, dok
ter, maupun tenaga administrasi memegang
peranan penting dalam pemberian pelayanan
keperawatan dan medis .
Tujuan Khusus SPGDT-B (Bencana)
Mencegah kematian dan cacat, hingga dapat
hidup dan berfungsi kembali dalam
masyarakat sebagaimana mestinya.
Merujuk melalui sistem rujukan untuk
memperoleh penanganan yang lebih
memadai.
Menanggulangi korban bencana.
Reevaluasi dalam standarisasi model dan
prosedur pelayanan Gawat Darurat & Bencana
diberbagai strata fasilitas kesehatan secara
berjenjang serta reaktivasi jejaring antar fasilitas
kesehatan satu dengan yang lain.
Perkuat kemampuan dan aksesibilitas pelayanan
Gawat Darurat diseluruh fasilitas kesehatan
dengan prioritas awal di daerah rawan bencana
dan daerah penyangganya.
Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan SDM
di bidang Gawat Darurat dan manajemen
Bencana secara berjenjang.
Penanganan krisis menitik beratkan pada upaya
sebelum terjadinya bencana.
Optimalisasi pengorganisasian penanganan krisis
(gawat darurat dan bencana) baik di tingkat
pusat, propinsi, maupun kabupaten/kota dengan
semangat desentralisasi/otonomi daerah serta
memperkuat koordinasi dan kemitraan.
Pemantapan jaringan lintas program dan lintas
sektoral dalam penanganan krisis.
Membangun jejaring sistem informasi yang
terintegrasi dan online agar diperoleh data yang
valid dan real time serta mampu memberikan
berbagai informasi tentang situasi terkini pada
saat terjadi bencana.
Setiap korban akibat krisis diupayakan
semaksimal mungkin untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan cepat, tepat dan ditangani
secara profesional.
Memberdayakan kemampuan masyarakat
(Community Empowerement) khususnya para
stakeholder yang peduli dengan masalah
krisis di bidang kesehatan dengan melakukan
sosialisasi terhadap pengorganisasian,
prosedur, sistem pelaporan serta dilibatkan
secara aktif dalam proses perencanaan,
monitoring dan evaluasi.
Pemantapan regionalisasi penanganan krisis
untuk mempercepat reaksi tanggap darurat.
Reevaluasi terhadap kemampuan dan sumber
daya yang ada, serta sejauhmana sistem tersebut
masih berjalan saat ini yang harus ditindaklanjuti
dengan perencanaan dan prioritas dalam
penganggarannya.
Revisi dan penyempurnaan terhadap peraturan
pelaksanaan/pedoman, standar, SPO,
pengorganisasian dan modul pelatihan untuk
disesuaikan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi dan kondisi lingkungan
saat ini yang terkait dengan keterpaduan dalam
penanganan gawat darurat dan manajemen
bencana.
Memperkuat jejaring informasi dan
komunikasi melalui peningkatan intensitas
pertemuan koordinasi dan kemitraan lintas
program/lintas sektor, organisasi non
Pemerintah, masyarakat dan mitra kerja
Internasional secara berkala.
Dengan berjalannya SPGDT tersebut,
diharapkan terwujudlah Safe Community
yaitu suatu kondisi/keadaan yang diharapkan
dapat menjamin rasa aman dan sehat
masyarakat dengan melibatkan peran aktif
seluruh masyarakat khususnya dalam
penanggulangan gawat darurat sehari-hari
maupun saat bencana.
Meningkatkan upaya pencegahan, mitigasi
dan kesiapsiagaan penanganan krisis dan
masalah kesehatan lain.
Mendorong terbentuknya unit kerja untuk
penanganan masalah krisis kesehatan lain di
daerah.
Mengembangkan sistem manajemen
penanganan masalah krisis dan masalah
kesehatan lain hingga ke tingkat Desa. Setiap
Provinsi dan Kabupaten/Kota berkewajiban
membentuk satuan tugas kesehatan yang
memiliki kemampuan dalam penanganan
krisis dan masalah kesehatan di wilayahnya
secara terpadu berkoordinasi
Monitoring evaluasi secara
berkesinambungan dan ditindak lanjuti
dengan pelatihan dan simulasi untuk selalu
meningkatkan profesional dan kesiap
siagaan. Itu sebabnya diperlukan upaya untuk
selalu meningkatkan kualitas dan kuantitas
petugas melalui pendidikan dan latihan.
Pengembangan sistem e-health, secara
bertahap disesuai dengan prioritas kebutuhan
khususnya sistem informasi dan komunikasi
Menyiapkan sarana dan prasarana yang
memadai untuk mendukung pelayanan
kesehatan bagi korban akibat krisis dan
masalah kesehatan lain dengan memobilisasi
semua potensi.
Meningkatkan pemberdayaan dan
kemandirian masyarakat dalam mengenal,
mencegah dan mengatasi krisis dan masalah
kesehatan lain di wilayahnya.
Mengembangkan sistem regionalisasi
penanganan krisis dan masalah kesehatan
lain melalui pembentukan pusat-pusat
penanganan regional
1.Syarat tranportasi penderita
a. Penderita gawatdarurat siap di transportasi
bila:
Gangguan pernafasan dan kardiovaskuler
telah ditanggulangi
Perdarahan harus dihentikan
Luka harus ditutup
Patah tulang apakah meerlukan fiksasi
b.Selama transportasi harus dimonitor
Kesadaran
Pernafasan
Tekanan darah dan denyut nadi
Daerah perlukaan
c.Syarat kendaraan
Penderita dapat terlentang
Cukup luas dan lebih dari2 pasien dan
petugas dapat bergerak
Cukup tinggi shg petugas dapat berdiri dan
infus lancar
Dapat melakukan komunikasi kesentral
komunikasi dan rumah sakit
Identitas yang jelas sehingga mudah
dibedakandari ambulan yg lain
d.Syarat alat yg harus ada
Resusitasi
Oksigen
Alat hisap
Obat-obatan, infus
Balut dan bidai
Tandu
EKG monitor
Inkubator
Alat-alat persalinan
e.Syarat personal
Telah mendapat pendidikan gawat darurat
Tujuan memindahkan penderita dengan cepat
tapi selamat
Kendaraan penderita gawat darurat harus
berjalan hati-hati dan mentaati peraturan lalu
lintas
Dossey, B. M., Cathie E.G., Cornelia V. K.
(1992). Critical care nursing: body-mind-
spirit. (3rd ed.). Philadelphia: J. B. Lippincott
Company.
Emergency Nurses Association. (2000).
Emergency Nursing Core Curriculum. (5th ed.)
Sumber Referensi :
Undang-Undang No. 44 tahun 2009 tentang
Rumah sakit

Anda mungkin juga menyukai