Anda di halaman 1dari 53

PRESENTASI KASUS

KETOASIDOSIS DIABETIK

Disusun oleh :
Charlie Antoni
B. Renny YS
Aniesa Muarandari
Tigris Thursina
Ony
Luhur Anggoro

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2014
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. WP
Jenis kelamin : laki-laki
Umur : 51 thn
Alamat : Bumi rejo Kebumen
Pekerjaan : Swasta
Agama : Islam
Status perkawinan : menikah
Tanggal masuk : 19-08-2014
ANAMNESIS

Keluhan utama : Lemas disertai sesak nafas

Keluhan tambahan :
Pusing, tubuh gemetar, penglihatan kabur, terdapat luka pada
tangan kiri dan ekstremitas bawah terasa baal, BAK sering,
BAB dbn, riwayat DM tak terkontrol sejak 6 tahun yll
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Pasien datang ke RS PKU Sruweng dengan keluhan utama


lemas disertai sesak nafas keluhan dirasakan 5 SMRS .
Keluhan lain os tidak bisa berjalan post terjatuh dirumah,
pandangan mata kabur (+), pusing, tubuh gemetar, terdapat
luka tangan kiri dan extremitas bawah terasa baal, BAK
sering, BAB dbn
ANAMNESIS SISTEM
Sistem saraf pusat : pusing (+), nyeri kepala (-), demam (-),
penurunan kesadaran (-), kejang (-)
Sistem Kardiovaskuler : nyeri dada (-), berdebar-debar (-), pucat (-)
Sistem Respirasi : Sesak nafas (+), batuk (-), pilek (-), mengi (-)
Sistem Gastrointestinal : Mual (-), muntah (-), nyeri ulu hati (-), BAB dbn.
Sistem Urogenital : BAK sering (+), panas saat berkemih (-), sering
berkemih (-)
Sistem Integumentum : Warna kulit coklat, kemerahan (-), bengkak (-)
Sistem Muskuloskeletal : gerakan bebas (-), nyeri otot (-), nyeri sendi (-)
RIWAYAT PENYAKIT
DAHULU
Mempunyai riwayat DM tak terkontrol sejak 6 tahun yang
lalu
Riwayat HT, tidak ada
Riwayat penyakit jantung, tidak ada
Riwayat penyakit paru, tidak ada
Riwayat penyakit ginjal, tidak ada
RPK
Riwayat penyakit gula : disangkal
Riwayat penyakit hipertensi : disangkal
Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat penyakit paru : disangkal
Riwayat penyakit ginjal : disangkal
PEMERIKSAAN FISIK
Kesan Umum : pasien sadar, tampak dypsneu, posisi duduk,
dengan GCS E4V5M6, kesan gizi baik.
Kesadaran : Compos Mentis

TANDA VITAL
Tensi (tekanan darah) : 80/palpasi
Nadi : 110 cepat lemah
Respirasi : x/m
Suhu : 36,3C
Kepala : bentuk normal simetris, mesosepal
Rambut : dominan hitam tidak mudah rontok
Mata : sclera tidak ikterik, konjungtiva anemis -/-, tampak
kekeruhan pada sklera dan lensa, refleks pupil +/+ ,
pupil isokor
Hidung : bentuk normal, tidak terdapat deformitas, Nafas kusmaul
(+), discarge (-)
Telinga : normal, tidak terdapat deformitas ,pendengaran baik
Mulut : Bentuk normal, lidah tidak kotor, tidak hiperemis
Leher :JVP tidak meningkat,kelenjar tiroid tidak
membesar,trachea tidak deviasi
Thorax
Paru-paru :
inspeksi : simetris kanan kiri, tidak terdapat retraksi, tidak ada sikatrik
Palpasi : vocal fremitus tidak dilakukan
Perkusi : sonor pada seluruh lapang paru, batas paru hepar pada SIC VI LMC
dextra
Auskultasi : suara nafas vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
Jantung
Inspeksi : ictus kordis tidak terlihat
Palpasi : ictus kordis teraba di ICS V linea midclavicula sinistra
Perkusi : Batas jantung kanan ICS V linea sternalis dextra
Batas jantung kiri ICS V linea midclaviculla sinistra
Batas jantung atas ICS III linea parasternalis sinistra
Auskultasi : S1- S2 reguler, murmur -/-, gallop -/-
Abdomen :
Inspeksi : dinding perut sejajar dengan dinding dada, tanda
peradangan tidaka ada
Auskultasi : bising usus (+) normal
Perkusi : timpani, undulasi ( + ), nyeri ketok costovertebrata ( - )
Palpasi : supel ( + ), defans muscular ( - ), nyeri tekan ( - ),
hepatosplenomegali ( - )
EXTREMITAS
Pemeriksaan Superior Interior
dextra/sinistra dextra/sinistra
- Perfusi akral dingin dingin
- Pulsasi a. brachialis +/
+ , lemah cepat

- Pulsasi a. dorsalis pedis Lemah cepat

- Capillary refill >2 >2


- Edema -/
-
+/
+

- Kekuatan 5/1 5/1


- Tonus normal normal
- Klonus - -
- Reflek fisiologis +/
+,N
+/
+,N

( bisep, trisep ) ( patella, achiles )


- Reflek patologis -/
-
-/
-

( Hoffman, tromner ) ( babinski, chaddock,


gonad, bing, rosolimo,
openheim )

- Clubbing finger -/
-
-/
-

- Kuku sendok -/
-
-/
-
PENUNJANG TGL 19/08/2014
PARAMETER HASIL NILAI NORMAL UNIT

Glukosa Sewaktu 625 85-140 mg/dl

Ureum 53.5 10-50 mg/dl

Kreatinin 1,.58 L <1,1; P<0,9 mg/dl

SGOT 25 L <32; P < 31 U/l

SGPT 34 L <42; P< 32 U/l

PARAMETER HASIL NILAI NORMAL UNIT

HEMATOLOGY AUTOMATIC

Leukosit 38.3 3.6-11 10e3/ul

Hemoglobin 13.0 12.0-18.0 gr/dl

Hematokrit 41 37-47 %

Trombosit 485 150-500 10e3/ul

PARAMETER HASIL NILAI NORMAL

HBSAG NON REAKTIF NON REAKTIF


Assessment
DM TIPE II NO DENGAN KOMPLIKASI DD KAD

Planning :
Pemeriksaan penunjang :
- Rontgen Thorax
- Laboratorium : Kadar glukosa darah, elektrolit, ureum, kreatinin,
urin rutin, analisis gas darah
- EKG
PENATALAKSANAAN IGD

OKSIGEN 3-4 L/MNT


GUYUR NACL 250
IVFD RL 16 TPM
INJEKSI CEFTRIAXZONE 2 X 1 GR
INSULIN 4 UNIT TIAP JAM SAMPAI 5 X
KEMUDIAN CEK ULANG GDS
PASANG DC
RAWAT INAP (ICU)
RESUME
Pasien laki-laki datang ke RS PKU Sruweng dengan keluhan
utama lemas disertai sesak nafas keluhan dirasakan 5
SMRS . Keluhan lain os tidak bisa berjalan post terjatuh
dirumah, pandangan mata kabur (+), pusing, tubuh gemetar,
terdapat luka tangan kiri dan extremitas bawah terasa baal,
riwayat DM tak berobat sejak 6 tahun. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan nafas kussmaul, sklera dan lensa keruh ODS,
pada ekstremitas atas sinistra terdapat ulkus, kehitaman.
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan leukositosis, GDS
menunjukan hiperglikemik, ureum-creatinin sedikit meningkat.
PERJALANAN PENYAKIT
PASIEN DI RS PKU SRUWENG
Tgl/Jam S O A P
19/08/14 GELISAH KU : DM DENGAN - GUYUR NACL 0.9 % 500 CC
PUKUL LEMAS KOMPLIKASI, - CEFTRIAXONE ( 2 X 1 GR)
11 : 30 CM, ULKUS DM - METRONIDAZOLE INF 2 X 500
ULKUS MG
MANUS PROGRAM - INJEKSI RANITIDINE ( 2 X 1
SINISTRA INSULIN ( N-1) AMP)
- MEYLON EXTRA1 FLASH
-GDS : 485: KONSUL SP.PD TAK
BISA TERHUBUNG
- KONSUL DR. JAGA :
INSULIN (N-1) SAMPAI GDS <
250
SLEEDING SCALE
- RABER SP.B
- PENGAWASAN VITAL SIGN
Tgl/Jam S O A P

19/08/14 PENKES KU : DM TIPE II NO, Advice dr.Sp.PD :


PUKUL STUPOR KOMA - GUYUR NACL 0,9 % 1 L,
17:00 HIPERGLIKEMI, DILANJUT RL 40 TPM
ULKUS DM - GENTAMICIN 2 X 80 MG
- LAIN-LAIN LANJUT

TGL MUNTAH TD: DM, KOMA CONSUL DR.JAGA advice :


19/08/14 HITAM 114/79 HIPERGLIKEMI, puasakan, pasang NGT,
PUKUL ULKUS DM Inj Ranitidine 2x1amp,
20:00 Inj ondancetron 2 x 1amp

GDS: Jam
11.30 485 (N-1)
17.30 418 (N-1)
20.30 202
Tgl/Jam S O A P
TGL MUNTA KU : DM TIPE 2 NO CO DR. JAGA advice :
20/08/14 H HITAM CUKUP DG posisikan kepala 30, cek
PUKUL BERKUR CM KOMPLIKASI, urine dan DR ulang
05:30 ANG TD: KAD, ULKUS Infus RL 30 tpm,
102/66 MANUS SINISTRA Ceftriaxzone 2 x 5 gr
mmHG Metro infus 2 x 500 mg
HR : 173 Gentamicin 2 x 80 mg
x/mnt Raniitidine 2 x1
RR : 22 DM, KOMA Ondancetron 2 x 1
x/mnt HIPERGLIKEMI, Insulin 4 Ui
ULKUS DM Jika muntah tidak produktif
NGT Aff, boleh Diit
HASIL LAB 20/08/14
PARAMETER HASIL NILAI NORMAL UNIT

HEMATOLOGY AUTOMATIC

Leukosit 20.3 3.6-11 10e3/ul

Hemoglobin 10.6 12.0-18.0 gr/dl

Hematokrit 32 37-47 %

Trombosit 322 150-500 10e3/ul

Jenis pemeriksaan Hasil Nilai normal

Gula darah sewaktu stik 220 mg % 70 - 120


Parameter Hasil Nilai Normal

Warna kuning kuning

Kekeruhan Agak keruh jernih

pH 5.0 4.6 8,0

Berat jenis 1.015 1.003 1.025


Negatif
Protein negatif

Reduksi Positif 1 Negatif

Bilirubin negatif Negatif

Urobilin Positif Positif (+)

Darah negatif Negatif

Nitrat negatif Negative

Keton Positif 1 Negatif

Leukosit ( 2-5 ) / LP ( 0 6 ) / LP

Eritrosit ( 2-4 ) / LP ( 0 - 3 ) / LP

Epitel negatif Negatif

Silinder negatif Negatif

Kristal asam urea negatif Negatif

Kristal Ca oksalat Positif 1/LP Negatif

Bakteri Positif 2 Negatif


Tgl/Jam S O A P
26/08/1 MENGI KU: DM TIPE 2 NO METRO INJ 3X 1
4 GIL, CUKUP DG LAIN-LAIN LANJUT
PUKUL GELISA CM HIPERGLIKEMI
09: 30 H TD K,
:110/80 ULKUS
mHg MANUS
ULKUS SINISTRA
MANUS
SINISTRA

PUKUL PENKES, PENKES HIPOGLIKEMI D 40 % II FLASH


19 : 00 SYOK GDS 27 K DG ULKUS 1 JAM CEK GDS
MG/DL DM
SYOK
Tgl/Jam S O A P
TGL MUAL KU:CUKUP DM TIPE 2 NO PERSIAPAN DEBRIDEMENT
27/08/14 CM HIPOGLIKEMIK INFUS RL 20 TPM
TD:100/70 TERATASI INJ KALNEK2 X 500
mmHg INJEKSI KETOROLAC 2 X1
LAI-LAIN LANJUT
Tgl/Jam S O A P

28/08/14
PUKUL LEMAS, PENKES HIPOGLIKEMIK KONSUL DR. JAGA. ADVICE
19 : 00 SYOK GDS 52 DM TIPE II NO D 40N% II FLASH
MG/DL ULKUS DM 1 JAM CEK ULANG

PUKUL LEMAS GDS 81 HIPOGLIKEMIK MOTIVASI MINUM MANIS


20 : 00 MG/DL TERATASI
ULKUS DM
DASAR TEORI

KETOASIDOSIS DIABETIKUM
Ketoasidosis diabetikum (KAD) menurut American
Diabetes Association yakni KAD dicirikan dengan
asidosis metabolik (pH <7,3), bikarbonat plasma <15
mmol/L, glukosa plasma >250 mg/dL dan hasil carik
celup plasma ( +) atau urin (++).
American Diabetes Association (ADA)
mendefinisikan KAD sebagai suatu trias yang terdiri
dari ketonemia, hiperglikemia dan asidosis
ETIOLOGI DAN FAKTOR RISIKO
MANIFESTASI KLINIS

1. Mual, muntah
2. Nyeri abdomen
3. pernapasan cepat dan dalam (Kussmaul).
4. Penurunan kesadaran
5. Napas seperti buah atau pembersih kuteks (aseton)
6. Tanda-tanda dehidrasi seperti kehilangan turgor kulit,
mukosa membran yang kering, takikardia dan
hipotensi
7. Status mental dapat bervariasi mulai dari kesadaran
penuh sampai letargi yang berat
a.
b.
Sesak nafas
Dehidrasi GEJALA KLINIS
c. Hipovolemi syok
d. Nyeri perut
e. Anoreksia,mual,muntah
f. Derajat kesadaran (
composmentis-koma)
g. Kadar gula darah tinggi (> 240
mg/dl)
h. Terdapat keton di urin
i. Nafas berbau aseton
j. Badan lemas
k. Bisa terjadi ileus sekunder akibat
hilangnya K+ karena diuresis
osmotic
l. Kulit kering
m. Keringat <<<
n. Kussmaul ( cepat, dalam ) karena
asidosis metabolik
DIAGNOSIS

Kriteria diagnosis KAD :

kadar glukosa > 250 mg%


pH < 7,35
HCO3 rendah
Anion gap yang tinggi
Keton serum positif
LABORATORIUM

Evaluasi laboratorium awal pada pasien dengan


kecurigaan KAD harus melibatkan penentuan segera
analisa gas darah, glukosa darah dan urea nitrogen
darah; penentuan elektrolit serum, osmolalitas,
kreatinin dan keton; dilanjutkan pengukuran darah
lengkap dengan hitung jenis. Pemeriksaan yang
disarankan untuk segera dilakukan pada pasien
dengan KAD. Kultur bakterial urin, darah dan jaringan
lain harus diperoleh dan antibiotika yang sesuai harus
diberikan apabila terdapat kecurigaan infeksi.
PENATALAKSANAAN

Prinsip-prinsip pengelolaan KAD adalah:


a) Penggantian cairan dan garam yang hilang
b) Menekan lipolisis sel lemak dan menekan
glukoneogenesis sel hati dengan pemberian insulin.
c) Mengatasi stress sebagai pencetus KAD
d) Mengembalikan keadaan fisiologis normal dan
menyadari pentingnya pemantauan serta penyesuaian
pengobatan.
Terapi :
Non farmakologis :
Pasang kateter
Pemantauan :
1. Kadar glukosa darah setiap jam dengan
glucometer
2. Elektrolit tiap 6 jam selama 24 jam selanjutnya
tergantung keadaan
3. Analisis gas darah, bila pH< 7 waktu masuk
periksa setiap 6 jam sampai pH >7,1 , selanjutnya
setiap hari sampai keadaan stabil .
4. Vital sign tiap jam
5. Keadaan dehidrasi, balance cairan
ICU
Terapi :
TATALAKSANA UMUM PAPDI:
Oksigenasi bila PO2 <80mmHg
Cairan infus yang masuk setiap jam
Antibiotik adekuat
Tekanan darah, frekuensi nadi, frekuensi pernapasan,
temperature setiap jam
Kesadaran setiapjam
Keadaan hidrasi (turgor, lidah) setiap jam
Produksi urin setiap jam, balans cairan
Pemantauan laboratorik

Farmakologis :
Rehidrasi PZ (Phisiological zouth) 2L/ 2jam
Insulin R 10 unit bolus
Ceftriaxone 2x1 gr
Ranitidine 2x1 ampul
Insulin 50 unit dalam infus 500 cc 20 tpm mikro
Pengobatan KAD pakai rumus 2-4-18-24
menurut (Surabaya Diabetes Workshop VII: Insulin in Daily Practice : 2012)

2 jam pertama pakai 2 liter cairan PZ/RL tapi lihat fungsi jantung
apakah ada dekompensasi
4 jam 80 tetes /menit
18 jam 30 tts/mnt
24 jam 20 tts/menit

Fase Uraian terapi


Fase I 1. Rehidrasi: NaCl 0,9% atau RL 2 L/2 jam pertama, lalu 80 tts/mnt selama 4 jam, lalu 30
(Fase gawat) tts/mnt selama 18 jam (4-6 L/24 jam), diteruskan sampai 24 jam berikutnya (20 tts/mnt).
2. IDR (Insulin Dosis Rendah) IV: 4 unit/jam i.v. (rumus minus satu)
3. Infus K+ per 24 jam: 25 mEq ( bila K+ = 3,0-3,5 mEq/l), 50 mEq (K+ 2,5-3,0 mEq/l), 75 mEq
(bila K+ 2,0-2,5 mEq/l) dan 100 mEq ( bila K+ < 20 mEq/l).
4. Infus BIK: bila pH 7,2-7,3 atau BIK < 12 mEq/l: 50-100 mEq drip dalam 2 jam (bolus BIK 50-
100 mEq diberikan bila pH 7,0)
5. Antibiotika: dipilih yang up to date dan dosis adekuat.
Glukosa darah 250 mg/dL atau reduksi
Fase II 1. Rumatan: NaCl 0,9 % atau Potacol R (IR 4-8 u), Maltosa 10% (IR 6-12 u) bergantian: 20
(Fase tts/mnt (dimulai perlahan, berjalan perlahan, dan diakhiri perlahan).
rehabilitasi) 2. Kalium: par enteral (bila K+ < 4mEq/l) atau per os (air tomat, kaldu).
3. IR (Insulin Reguler): 3 x 8-12 u / s.c.
4. Makanan lunak, karbohidrat kompleks per oral.
PEMBAHASAN

6 hal yang harus diberikan/ dilakukan :


1. Cairan
2. Insulin
3. Kalium
4. Glukosa
5. Bikarbonat
6. Monitoring tanda vital
CAIRAN DAN ELEKTROLIT
KAD terjadi akibat defisiensi insulin atau defisiensi insulin relatif yang disertai
peningkatan sistem hormon counter regulatori terutama hormon glukagon. Kondisi
ini menyebab dua aspek yaitu :
Pertama,
hiperglikemia dan dehidrasi akibat defisiensi insulin. Defisiensi insulin
menyebabkan peningkatan kadar gula darah akibat penurunan penggunaan adipose
dan glukosa di jaringan perifer serta meningkatnya produksi glukosa hepatik. Akibat
hiperglikemia menyebabkan diuresis osmotik dengan demikian akan terjadi
kehilangan cairan dan elektrolit.
Kedua,
Terjadinya peningkatan produksi keton darah di hepar. Pada keadaan normal, FFA (
free fatty acid ) merupakan hasil oksidasi atau penggunaan trigliserida cadangan.
Dengan keadaan defisiensi insulin dan glukagon yang berlebih, metabolisme FFA
akan lebih cenderung menghasilkan benda keton ( hydroxybuterate dan acetoacetate
), kemudian keadaan asam ini menyebabkan penurunan bikarbonat dan
menyebabkan asidosis.
Pada kasus ini diberikan infus Nacl 0,9% mengapa
diberikan Nacl 0,9% mengapa tidak jenis lainnya??
Nacl 0,9% = Cairan Isotonik:
Pz (Phisiological zouth) merupakan larutan yang
bersifat isotonik. Larutan isotonik adalah suatu larutan
yang mempunyai konsentrasi zat terlarut yang sama
(tekanan osmotik yang sama) seperti larutan yang lain,
sehingga tidak ada pergerakan air
Larutan fisiologik ini aman digunakan untuk kondisi
apapun karena Natrium clorida mempunyai Na dan Cl
yang sama seperti plasma sehingga tidak
mempengaruhi sel darah merah.
Pemberian Nacl 0,9 % pada penatalaksanaan di IGD
sudah tepat akan tetapi Nacl yang berikan hanya 250
cc hal ini jauh dari kecukupan rehidrasi pada kondisi
pasien terutama untuk kasus-kasus KAD yang
membutuhkan rehidrasi mencapai 1-2 liter. Hal tersebut
dimungkinkan adanya hal-hal yang diperhitungkan
oleh dr.Jaga. (contohnya KAD dengan gangguan
status kardiovaskular dan renal)
Pada pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan elektrolit,
dimana hal tersebut merupakan pemeriksaan penunjang
yang sangat di butuhkan penegakan diagnosis KAD.
Padahal pada kasus hiperglikemia menyebabkan diuresis
osmotik dengan demikian akan terjadi kehilangan cairan dan
elektrolit. Elektrolit ( Na,K, Mg, Fosfat ) bisa terukur rendah atau
tinggi, disebabkan keadaan kombinasi antara hipovolemia,
asidosis, dan defisiensi insulin. Diuretik osmotik secara
signifikan menyebabkan penurunan elektrolit tubuh secara
keseluruhan. Oleh karena itu pemberian cairan mengandung
natrium lebih dini diberikan. Kadar natrium darah sering rendah
akibat adanya hiperglikemia
Kalium
Walaupun terjadi penurunan kadar kalium tubuh total,
hiperkalemia ringan sedang dapat terjadi pada pasien krisis
hiperglikemik. Terapi insulin, koreksi asidosis dan ekspansi
volume menurunkan konsentrasi kalium serum. Untuk
mencegah hipokalemia, penggantian kalium dimulai
apabila kadar kalium serum telah di bawah 5,5 mEq/L,
dengan mengasumsikan terdapat keluaran urin adekuat.
Biasanya 20-30 mEq/L kalium (2/3 KCl dan 1/3 KPO4) untuk
setiap liter cairan infus mencukupi untuk mempertahankan
kadar kalium serum antara 4-5 mEq/L. Pada keadaan
tertentu, pasien KAD dapat datang dengan hipokalemia
signifikan. Pada kasus-kasus ini, penggantian kalium harus
dimulai bersamaan dengan terapi cairan dan pemberian
insulin ditunda sampai kadar kalium mencapai lebih dari 3,3
mEq/L dalam rangka mencegah terjadinya aritmia atau
henti jantung dan kelemahan otot pernapasan.
Fosfat
Untuk mengindari kelemahan jantung dan otot skeletal
serta depresi pernapasan akibat hipofosfatemia, terapi
penggantian fosfat secara hati-hati dapat diindikasikan pada
pasien dengan disfungsi jantung, anemia atau depresi
pernapasan dan pada pasien dengan konsentrasi serum
fosfat <1,0 mg/dL. Pada saat dibutuhkan, kalium fosfat 20-
30 mEq/L dapat ditambahkan ke dalam cairan pengganti

EKG
Pemantauan EKG kontinu direkomendasikan oleh
karena adanya risiko hipo atau hiperkalemia dan aritmia
yang disebabkannya.
Koreksi asidosis metabolik
Tatalaksana pasien dewasa dengan pH <7,0
menggunakan 100 mmol natrium bikarbonat diencerkan
dengan 400 ml aqua bidestilata dan dan diberikan dengan
laju 200 ml/jam. Pada pasien dengan pH 6,9 sampai 7,0,
maka 50 mmol natrium bikarbonat dapat diberikan setelah
diencerkan dengan 200 ml aqua bidestilata dan diinfus
dengan laju 200 ml/jam. Pada pasien dengan pH di atas 7,0
maka tidak diperlukan pemberian natrium bikarbonat.
FARMAKOTERAPI
Insulin
Pada kasus ini diberikan insulin menggunakan rumus N-1
Insulin 4 unit tiap jam sampai 5 x kemudian cek ulang GDS

Penggunaan regulasi cepat intravena ditujukan untuk menurunkan


Secara cepat gula darah dalam hitungan jam hal tersebut
dilakukan untuk mengurangi tingkat komplikasi lebih lanjut yaitu
pada saat krisis Hiperglikemia.
Pada kasus ini tidak dilakukan sliding scale dikarenakan GD
pasien belum stabil.
Jika GD stabil 200-300 mg/dl selama 12 jam dapat
digunakan regular insulin (RI) drip 1-2 U/jam IV, disertai
sliding scale setiap 6 jam :
GD (mg/dl) RI (Unit, subkutan)
< 200 0
200-250 5
250-300 10
300-350 15
350 20
Jika kadar GD ada yang <100 mg/dl, drip RI dihentikan
Setelah sliding scale tiap 6 jam, dapat diperhitungkan
kebutuhan insulin sehari dibagi 3 dosis sehari
subkutan, sebelum makan.
PEMANTAUAN TERAPI DAN TANDA VITAL

Pemantauan ketat tanda vital, kondisi klinis, dan


parameter laboratorium sangat penting.
Tanda-tanda vital harus diperiksa setiap setengah jam untuk
satu jam pertama, setiap jam untuk 4 jam berikutnya dan
setiap 2 4 jam sampai KAD pulih.
Pencatatan akurat keluaran urin setiap jam sangat penting
untuk memantau fungsi ginjal.
Pada saat masuk perawatan, pemeriksaan komprehensif
meliputi paling tidak analisa gas darah arterial atau vena,
kadar glukosa plasma, elektrolit, nitrogen urea darah dan
kreatinin, kadar keton serum atau urin atau keduanya dan
osmolalitas serum.
Kadar glukosa darah kapiler harus dipantau setiap jam untuk
penyesuaian dosis infus insulin.
Kadar elektrolit harus dinilai setiap 1-2 jam awalnya dan
setiap 4 jam kemudian.
Pengukuran pH vena dapat menggantikan pH arteri dan
harus dilakukan setiap 4 jam sampai KAD terkoreksi.
HIPOGLIKEMI
Pada kasus ini pasien mengalami hipoglikemi
Hipoglikemi adalah suatu keadaan abnormal dimana
kadar gluosa dalam darah < 50/60 mg/dl
KESIMPULAN

KAD sebagai suatu trias yang terdiri dari ketonemia, hiperglikemia dan
asidosis
Pada kasus ini penegakan diagnosis awal sudah tepat akan tetapi
pada penatalaksanaan di igd kurang sesuai dengan protap kad
dikarenakan pemeriksaan urin rutin, analisis gas darah, elektrolit belum
dilakukan di igd.
Penanganan KAD, Hiperglikemik, Hipoglikemik memiliki penanganan
yang ketat serta management yang tepat dan akurat
Peran Dokter Umum
Pencegahan terjadinya Hiperglikemia
dengan mengelola DM sebaik-baiknya
mencegah komplikasi kronik
mencegah komplikasi akut DKA
menghindari komplikasi hipoglikemia
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai