Anda di halaman 1dari 19

Askep Pada Klien Dengan BPH

(Benign Prostat Hiperplasi)


MULIA MAYANGSARI
Anatomi dan histologi prostat

Kelenjar prostat adalah salah satu organ genitalia pria yang terletak
di sebelah inferior buli-buli dan membungkus uretra posterior.
Prostat merupakan kelenjar berbentuk konus terbalik yang dilapisi
oleh kapsul fibromuskuler,yang terletak disebelah inferior vesika
urinaria, mengelilingi bagian proksimal uretra (uretra pars
prostatika) dan berada disebelah anterior rektum.
Bentuknya sebesar buah kenari dengan berat normal pada orang
dewasa kurang lebih 20 gram, dengan panjang (jarak basis ke apex)
3 cm, lebar yang paling jauh 4 cm dengan tebal 2 atau 2,5cm.
Prostat mengelilingi uretra pars prostatika dan ditembus di bagian
posterior oleh dua buah duktus ejakulatorius.
Secara histologi prostat terdiri atas 30-50 kelenjar tubulo alveolar
yang mencurahkan sekretnya ke dalam 15-25 saluran keluar yang
terpisah.
Gambar anatomi prostat
Gambar anatomi prostat
Gambar anatomi prostat
Kelenjar prostat terbagi atas 5 lobus :
1. Lobus medius
2. Lobus lateralis (2 lobus)
3. Lobus anterior
4. Lobus posterior
Mc Neal (1976) membagi kelenjar prostat menjadi:
1. Zona Anterior atau Ventral
2. Zona Perifer
3. Zona Sentralis.
4. ZonaTransisional.
5. Kelenjar-Kelenjar Periuretra
Definisi
Benigna Prostat Hiperplasi (BPH) adalah pembesaran jinak
kelenjar prostat, disebabkan oleh karena hiperplasi beberapa
atau semua komponen prostat meliputi jaringan kelenjar /
jaringan fibromuskuler yang menyebabkan penyumbatan
uretra pars prostatika ( Lab / UPF Ilmu Bedah RSUD dr.
Sutomo, 1994 : 193 ).
Histopatologi

Daerah yang sering dikenai adalah lobus lateral bagian tengah


dan lobus medial. Berat prostat bisa mencapai 60-100 gram
(normal 20 gram). Pernah juga dilaporkan pembesaran
prostat yang beratnya melebihi 200 gram.
Epidemiologi
perubahan-perubahan kearah terjadinya pembesaran prostat sudah
dimulai sejak dini, dimulai pada perubahan-perubahan
mikroskopoik yang kemudian bermanifestasi menjadi kelainan
makroskopik (kelenjar membesar) dan kemudian baru manifes
dengan gejala klinik.
Pada pria usia 50 tahun angka kejadiannya sekitar 50%, dan pada
usia 80 tahun sekitar 80%. Sekitar 50% dari angka tersebut diatas
akan menyebabkan gejala dan tanda klinik.
Tidak ada bukti yang meyakinkan mengenai korelasi antara faktor-
faktor lain selain usia dalam peningkatan kejadian BPH. Merokok
juga diduga sebagai faktor yang berhubungan dengan
prostatektomi, namun ras, habitus, riwayat vasektomi, kebiasaan
seksual dan penyakit-penyakit lain serta obat-obatan belum
ditemukan mempunyai korelasi dengan peningkatan kejadian BPH.
Etiologi dan patogenesis

Penyebab yang pasti belum begitu jelas.


1. Teori Hormonal
2. Teori Growth Factor (Faktor pertumbuhan)
3. Teori Peningkatan Lama Hidup Sel-sel Prostat karena
4. Teori sel stem (sel stem hypothesis)
5. Teori Dehidro Testosteron (DHT)
6. Teori Reawakening
Patofisiologi

Pembesaran prostat menyebabkan penyempitan lumen uretra pars


prostatika dan akan menghambat aliran urine.
Keadaan ini jika berlangsung terus akan mengakibatkan
hidroureter, hidronefrosis, bahkan akhirnya dapat jatuh ke dalam
gagal ginjal.
Pada BPH terdapat dua komponen yang berpengaruh untuk
terjadinya gejala yaitu komponen mekanik dan komponen
dinamik. Komponen mekanik ini berhubungan dengan adanya
pembesaran kelenjar periuretra yang akan mendesak uretra pars
prostatika sehingga terjadi gangguan aliran urine (obstruksi infra
vesikal) sedangkan komponen dinamik meliputi tonus otot polos
prostat dan kapsulnya, yang merupakan alpha adrenergik reseptor.
Gambaran klinis

Gejala: Gejala hiperplasia prostat menurut Boyarsky dkk pada tahun 1977 dibagi
atas :
a) Gejala obstruktif
Gejalanya ialah:
1.Harus menunggu pada permulaan miksi (Hesistency)
2.Pancaran miksi yang lemah (Poor stream)
3.Miksi terputus (Intermittency)
4.Menetes pada akhir miksi (Terminal dribbling)
5.Rasa belum puas sehabis miksi (Sensation of incomplete bladder emptying).
Manifestasi klinis berupa obstruksi pada penderita hipeplasia prostat masih
tergantung tiga faktor yaitu:
1.Volume kelenjar periuretral
2.Elastisitas leher vesika, otot polos prostat dan kapsul prostat
3.Kekuatan kontraksi otot detrusor.
b) Gejala iritatif
gejalanya ialah :
Bertambahnya frekuensi miksi (Frequency)
Nokturia
Miksi sulit ditahan (Urgency)
Disuria (Nyeri pada waktu miksi) (P/UI)
Gejala-gejala tersebut diatas sering disebut sindroma
prostatismus. Secara klinis derajat berat gejala prostatismus itu
dibagi menjadi :
Grade I : Gejala prostatismus + sisa kencing < 50 ml
Grade II : Gejala prostatismus + sisa kencing > 50 ml
Grade III : Retensi urin dengan sudah ada gangguan saluran
kemih bagian atas + sisa urin > 150ml.
Pemeriksaan

1. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan colok dubur atau Digital Rectal Eamination (DRE) sangat penting.
Pada perabaan prostat harus diperhatikan :
a. Konsistensi prostat (pada hiperplasia prostat konsistensinya kenyal)
b. Adakah asimetris
c. Adakah nodul pada prostate
d. Apakah batas atas dapat diraba
e. Sulcus medianus prostate
f. Adakah krepitasi
2. Pemeriksaan laboratorium
a. Darah: Ureum dan Kreatinin, Elektrolit Blood, urea, nitrogen,
ProstateSpecific Antigen (PSA), Gula darah.
b. Urin : Kultur urin + sensitifitas test Urinalisis dan pemeriksaan mikroskopik,
Sedimen
3. Pemeriksaan pencitraan
a. Foto polos abdomen (BNO)
b. Pielografi Intravena (IVP)
c. MRI atau CT jarang dilakukan
d. Transrektal Ultrasonografi (TRUS)
e. Sistogram retrograd
4. Pemeriksaan lain
a. Uroflowmetri
b. Pemeriksaan Tekanan Pancaran (Pressure Flow Studies)
c. PemeriksaanVolume Residu Urin
Penatalaksanaan
pengobatan gejala klinik ditujukan untuk :
1. Menghilangkan atau mengurangi volume prostat
2. Mengurangi tonus leher vesika, otot polos prostat dan kapsul
prostat
3. Melebarkan uretra pars prostatika, menambah kekuatan
detrusor
Terdapat beberapa pilihan tindakan terapi didalam penatalaksanaan
hiperplasia prostat benigna yang dapat dibagi kedalam 4 macam
golongan tindakan, yaitu :
1. Observasi (Watchful waiting)
2. Medikamentosa
3. Operatif
4. Invasif minimal
penatalaksanaan secara operatif
1.Prostatektomi terbuka
a.Retropubic infravesica (Terence Millin)
b.Suprapubic Transvesica/TVP (Freeyer)
2. Prostatektomi Endourologi
a. Trans urethral prostatic resection (TURP) : paling
banyak dilakukan
b. Trans urethral resection (TUR): waspada TUR Syndrom
c. Trans Urethral Incision of Prostate (TUIP)
d. Pembedahan dengan laser (Laser prostatectomy)
Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pola eliminasi urine (retensi urine) b. d.
obstruksi oleh pembesaran prostat, ketidakmampuan
andung kemih untuk berkontraksi dengan adekuat,
dekompensasi otot detrusor.
2. Nyeri b. d. obstruksi traktus urinarius.
3. Gangguan pola tidur b. d. nocturia.
4. Kecemasan (ansietas) b. d. tindakan pembedahan.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai