Nyeri dapat dikatakan sebagai perasaan sensoris dan emosional yang tidak enak
dan yang berkaitan dengan (ancaman) kerusakan jaringan.
Analgetik adalah suatu senyawa atau obat yang dipergunakan untuk mengurangi rasa sakit atau nyeri. Secara umum analgetik dibagi dalam dua golongan, yaitu analgetik non narkotik dan analgetik narkotik (opioid). Analgetik narkotik (opioid) merupakan kelompok obat yang memiliki sifat seperti opium. Analgetik opioid terutama digunakan untuk meredakan atau menghilangkan nyeri meskipun juga memperlihatkan berbagai efek farmakodinamik yang lain. Pengalaman sensoris dan emosional yang tidak menyenangkan yang disertai oleh kerusakan jaringan secara potensial dan aktual.
Perasaan sensoris dan emosional yang tidak enak dan yang
berkaitan dengan (ancaman) kerusakan jaringan. Analgesik opioid merupakan kelompok obat yang memiliki sifat seperti opium. Golongan obat ini terutama digunakan untuk meredakan atau menghilangkan rasa nyeri. Semua analgesik opioid menimbulkan adiksi Opioum yang berasal dari getah Papaver somniferum mengandung sekitar 20 jenis alkaloid diantaranya morfin, kodein, tebain, papaverin. Penggolongan opioid antara lain: opioid natural (morfin, kodein, pavaperin, dan tebain) semisintetik (heroin, dihidro morfin/morfinon, derivate tebain) sintetik (petidin, fentanil, alfentanil, sufentanil dan remifentanil). Berdasarkan kerjanya pada reseptor, obat golongan opiod dibagi menjadi : Agonis penuh ( kuat ) Agonis parsial ( agonis lemah sampai sedang ) Campuran agonis dan antagonis Antagonis. Opioid bekerja pada reseptor opioid di presinaps dan postsinaps di sistem saraf pusat (SSP) terutama batang otak (gray matter periakuduktus batang otak, amigdala, korpus striatum, dan hipothalamus) medula spinalis (substansia gelatinosa) jaringan perifer.
Pada jaringan perifer opioid berikatan dengan reseptor opioid
endogen (endorfin, enkefalin, dan dinorfin) kemudian mengaktifkan sistem antinosiseptif. Di presinaps, Opioid menurunkan sekresi neurotransmiter inhibisi mencegah aktivasi reseptor (asetilkolin, dopamin, norefinefrin, substansi P). Efek biokimia opioid meningkatkan penghantaran kalium (sehingga terjadi hiperpolarisasi), inaktivasi kanal kalsium, atau keduanya yang menghambat efek pelepasan neurotransmiter. Terdapat tiga jenis reseptor opioid, yakni reseptor mu (MOR) kappa (KOR) delta (DOR). Reseptor opioid merupakan gianine (G) protein-coupled receptor yang merupakan 80% dari keseluruhan reseptor muskarinik, adrenergik, GABA, dan somatostatin. Ketiga dari resptor opioid menghambat adenil siklase, menurunkan konduksi kanal kalsium membuka gerbang potasium Efek dari ketiga reseptor tersebut menurunkan aktifitas neuron Efek morfin pada susunan saraf pusat dan usus terutama ditimbulkan karena morfin bekerja sebagai agonis pada reseptor . Selain itu morfin juga mempunyai afinitas lebih lemah terhadap reseptor dan . Efek morfin pada terhadap SSP berupa analgesia dan narkosis. Opioid menimbulkan analgesia dengan cara berikatan dengan reseptor opiod yang terutama didapatkan di SSP dan medulla spinalis yang berperan pada transmisi dan modulasi nyeri. Efek morfin pada susunan saraf pusat dan usus terutama ditimbulkan karena morfin bekerja sebagai agonis pada reseptor . Selain itu morfin juga mempunyai afinitas lebih lemah terhadap reseptor dan . Efek morfin pada terhadap SSP berupa analgesia dan narkosis. Morfin dan opioid lain terutama diindikasikan untuk meredakan atau menghilangkan nyeri hebat yang tidak dapat diobati dengan analgesik non-opioid. Morfin sering digunakan untuk meredakan nyeri yang timbul pada infark miokard, neoplasma, kolik renal atau kolik empedu, oklusi akut pembuluh darah perifer, pulmonal atau koroner, perikarditis akut, pleuritis dan pneumotorak spontan, nyeri akibat trauma misalnya luka bakar, fraktur dan nyeri pasca bedah. Efek analgesi morfin timbul berdasarkan 3 mekanisme ; Morfin meninggikan ambang rangsang nyeri. Morfin dapat mempengaharui emosi, artinya morfin dapat mengubah reaksi yang timbul dikorteks serebri pada waktu persepsi nyeri diterima oleh korteks serebri dari thalamus. Morfin memudahkan tidur dan pada waktu tidur ambang rangsang nyeri meningkat. Dosis anjuran untuk menghilangkan atau mengurangi nyeri sedang adalah 0,1-0,2 mg/ kg BB. Untuk nyeri hebat pada dewasa 1-2 mg intravena dan dapat diulang sesuai yang diperlukan. Efek samping morfin (dan derivat opioid pada umumnya) meliputi depresi pernafasan, nausea, vomitus, dizzines, mental berkabut, disforia, pruritus, konstipasi kenaikkan tekanan pada traktus bilier, retensi urin, dan hipotensi. Meperidin juga dikenal sebagai petidin, secara kimia adalah etil-1- metal-4- fenilpiperidin- 4- karboksilat. Meperidine adalah agonis opioid sintetik pada reseptor mu dan kappa yang diturunkan dari fenilpiperidine. Meperidin terutama bekerja sebagai agonis reseptor . Efek analgetik meperidin serupa dengan efek analgetik morfin. Meperidin hanya digunakan untuk menimbulkan analgesia. Pada beberapa keadaan klinis, meperidin diindikasikan atas dasar masa kerjanya yang lebih pendek daripada morfin. Meperidin digunakan juga untuk menimbulkan analgesia obstetrik dan sebagai obat preanestetik. Meperidin hanya digunakan untuk menimbulkan analgesia. Pada beberapa keadaan klinis, meperidin diindikasikan atas dasar masa kerjanya yang lebih pendek daripada morfin. Meperidin digunakan juga untuk menimbulkan analgesia obstetrik dan sebagai obat preanestetik. Sediaan yang tersedia adalah tablet 50 dan 100 mg ; suntikan 10 mg/ml, 25 mg/ml, 50 mg/ml, 75 mg/ml, 100 mg/ml. ; larutan oral 50 mg/ml. Sebagian besar pasien tertolong dengan dosis parenteral 100 mg. Dosis untuk bayi dan anak ; 1-1,8 mg/kg BB. Fentanyl adalah opioid sintetik turunan fenilpiperidine yang secara struktur mirip dengan meperidine. Sebagai analgesik, fentanyl lebih kuat 75-125 kali morfin. Fentanil dan derivatnya yaitu sulfentanil, alfentanil dan remifentanil merupaka opioid sintetik dari kelompok fenilpiperidin dan bekerja sebagai agonis reseptor . Fentanil adalah sebuah analgesik opioid yang potent. Efek depresinya lebih lama dibandingkan efek analgesinya. Dosis 1-3 mcg /kg BB analgesianya hanya berlangsung 30 menit, karena itu hanya dipergunakan untuk anastesia pembedahan dan tidak untuk pasca bedah. Dosis besar 50-150 mcg/kg BB digunakan untuk induksi anastesia dan pemeliharaan anastesia dengan kombinasi bensodioazepam dan inhalasi dosis rendah, pada bedah jantung. Efek samping yang timbul antara lain hipotensi ortostatic akibat kompensasi reflek saraf simpatik. Meperidin lebih sering meningkatkan denyut jantung daripada bradikardi. Delirium dan kejang juga terjadi akibat akumulasi normeperidine di dalam CNS. Serotonin sindrom (hipertensi tidak stabil, takikardi, diaforesis, hipertermi, confusion, delirium dan hiperreflek) dapat terjadi bila meperidine diberikan pada pasien yang mendapat obat-obatan antidepressant (MAO inhibitor, fluoxetine).