Anda di halaman 1dari 68

CASE REPORT SESSION

MORBUS HANSEN
Preseptor : Dr.Reiva Farah Dwiyana,dr., SpKK., M.Kes

Penyusun :
Ashwini Gunasekaran (130112142550)
Nadya Zaragita (130112140545)
Sania Putri Darwita (130112140587)
IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. L
Usia : 44 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Suku bangsa : Sunda
Pekerjaan : Pegawai kontraktor
Pendidikan : SMP
Status marital : Menikah
Alamat : Lembang
Jumlah orang serumah: 5 (2 anak, istri, ibu)
Tanggal pemeriksaan : 8 Oktober 2015
ANAMNESIS

Keluhan utama
Bercak kemerahan menimbul yang terasa gatal di wajah, telinga, tangan, dada,
punggung, dan kaki

Anamnesis khusus
Pasien datang ke poli Morbus Hansen Rumah Sakit Hasan Sadikin dengan tujuan
kontrol. Sejak sekitar 14 bulan sebelum berobat, pasien mengeluh munculnya bercak
kemerahan yang terasa gatal di pipi kiri, kanan, dan dahi. Bercak tersebut kemudian
muncul di bagian tubuh yang lain yaitu tangan, dada, punggung, dan kaki. Awalnya
bercak tersebut rata, namun semakin lama menjadi timbul. Bercak yang berada di
telinga menjadi menonjol sehingga daun telinga menjadi menebal. Bercak yang ada di
tangan kiri dan telapak kaki kanan terasa baal. Keluhan rambut rontok, alis rontok,
dan suara sengau, disangkal oleh pasien.
Pasien mengaku tidak pernah kontak dengan orang yang memiliki penyakit yang
sama. Tidak ada orang serumah yang memiliki bercak di kulit yang gatal atau
baal. Pasien memiliki keluhan demam yang hilang timbul, terakhir adalah
sekitar 4 bulan sebelum datang ke rumah sakit.
Riwayat infeksi di organ lain seperti gigi atau telinga disangkal. Pasien mengaku
tidak mengalami stres psikis maupun fisik.
Keluhan luka yang tidak sembuh tidak ada, namun pasien mengeluh bercak kulit
kering. Keluhan nyeri atau kesemutan disangkal. Pasien mengaku 9 bulan
sebelumnya penglihatan mata kiri menjadi buram, namun keluhan tersebut
sudah tidak ada lagi sekarang. Pasien mengaku terkadang merasa pegal-pegal.
Tidak ada keluhan tangan dan kaki lunglai, jari tangan dan kaki seperti cakar,
atau pemendekan jari tangan dan kaki. Pasien mengaku tidak pernah mimisan
ataupun mengalami perubahan bentuk hidung.
Pasien memutuskan untuk berobat ke puskesmas saat bercak merah yang ada di
wajahnya mulai menimbul. Di puskesmas, pasien didiagnosis memiliki keloid dan
diberi obat minum dan salep selama 1 bulan, namun tidak ada perbaikan. Pasien
lalu pergi ke RSUD Cibabat dan mendapat diagnosis yang sama. 2 minggu
kemudian, pasien berobat ke RS Salamun dan dirujuk ke RSHS. Di RSHS, pasien
didiagnosis mengidap Morbus Hansen tipe BL, diberi obat yang diminum 1x saat
pasien datang dan obat yang diminum setiap hari, juga dijelaskan mengenai
cara untuk melatih tangan dan kaki agar tidak kaku. Pasien mengaku kulit yang
menimbul menjadi lebih kempes dan gatal menjadi berkurang.
STATUS GENERALIS
Kesadaran : Compos mentis

Kesan : Sakit ringan

Tanda vital : Tidak dilakukan pemeriksaan

Kepala

Rambut : Distribusi baik, rontok (-)

Wajah : Fasies leonina (-), simetris

Mata : Refleks cahaya +/+, konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-

madarosis (-), lagoftalmus (-)

Hidung : Saddle nose (-)

Mulut : Karies dentis

Telinga : Sekret -/-, infiltrat +/+

Kulit : Lihat status dermatologikus

Leher : KGB tidak membesar

Toraks

Inspeksi : Bentuk simetris, gerak tidak tertinggal, ginekomastia (-)

Palpasi : Sela iga tidak melebar

Ictus cordis teraba, tidak melebar

Perkusi : Sonor kiri=kanan, cor tidak membesar

Auskultasi : VBS kiri=kanan

Bunyi jantung murni regular

Kulit : Lihat status dermatologikus


Abdomen
Lembut, hepar dan lien tidak membesar
Ekstremitas

Superior:
o Deformitas (-/-), Edema (-/-), clubbing (-/-), sianosis (-/-), Akral hangat, CRT <2
o Banana finger (-/-), Pseudomutilasi ( -/-), Claw hand (-/-), Atrofi otot (-/-), drop wrist (-/-)
o Kulit: (lihat status dermatologikus)
Inferior:
o Deformitas (-/-), Edema (-/-), clubbing (-/-), sianosis (-/-), Akral hangat, CRT <2
o Banana finger (-/-), Pseudomutilasi ( -/-), Claw hand (-/-), Atrofi otot (-/-), drop foot (-/-)
o Kulit: (lihat status dermatologikus)
Tidak ada pembesaran KGB
STATUS DERMATOLOGIKUS

Distribusi : Regioner
Lokasi : Wajah, telinga, tangan kanan dan kiri, dada, punggung, kaki kanan
Karakteristik:
multipel, diskret, bentuk ireguler, batas tegas, menimbul dari permukaan
kulit normal, permukaan kering
Efloresensi
Makula hiperpigmentasi
STATUS NEUROLOGIKUS

Nervus Pembesaran Kenyal Nyeri Tekan

N.auricularis magnus +/- +/- -/-

N.ulnaris -/- -/- -/-

N.peroneus komunis -/- -/- -/-

N.tibialis posterior -/- -/- -/-


Syaraf sensoris:
Hipestesi pada lesi makula hiperpigmentasi pada wajah, telinga, dada,
punggung, tangan, dan kaki
Syaraf motoris:
5 5
5 5
Pemeriksaan Penunjang
Slit skin smear
Diagnosis Banding
Kusta tipe MB
Diagnosis Kerja
Kusta tipe MB
TATA LAKSANA

Umum:
Menerangkan bahwa penyakit ini bukan penyakit kutukan.
Menerangkan bahwa kusta merupakan penyakit yang berlangsung lama dan
menular yang disebabkan oleh bakteri yang menyerang saraf.
Menerangkan bahwa pengobatan berlangsung lama dan membutuhkan
kepatuhan.
Menerangkan kepada pasien agar berhati-hati apabila memegang sesuatu
yang panas atau tajam (dianjurkan supaya dialas tangan dahulu) serta
disarankan untuk memakai alas kaki untuk menghindari risiko luka.
Mengingatkan apabila ada luka disarankan untuk segera berobat.
Mengingatkan bahwa mungkin timbul reaksi kusta sebelum, selama,
setelah pengobatan dan jika terjadi dianjurkan untuk segera berobat.
Khusus:
Rifampisin 600 mg/bulan
Dapsone 100 mg/hari
Klofazimin 300 mg/bln diteruskan 50 mg/hari
Dapat diberikan hingga 2 3 tahun
Pemeriksaan klinis setiap bulan
Pemeriksaan bakterioskopik setiap 3 bulan
Bila terjadi reaksi:
Ringan
Istirahat
Analgesik: Asam mefenamat 500 mg bila nyeri

Berat
Istirahat
Analgesik
Kortikosteroid: Prednison dimulai 40 mg/hari dan diturunkan secara perlahan setiap 2
minggu
Pencegahan kecacatan:
Konsultasi Departemen Rehabilitasi Medik
PROGNOSIS

Quo ad vitam : ad bonam


Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanactionam : dubia ad bonam
DEFINISI

Kusta adalah penyakit kronis yang disebabkan


oleh infeksi bakteri Mycobacterium leprae (M.
leprae) yang primer menyerang saraf tepi,
selanjutnya dapat menyerang kulit dan jaringan
tubuh lain.
ETIOLOGI

Etiologi penyakit ini adalah Mycobacterium leprae


Kuman ini bersifat
- tahan asam,
- berbentuk batang dengan ukuran 1-8m, lebar 0,2-0,5 m,
- biasanya berkelompok dan ada yang tersebar satu-satu,
- hidup dalam sel (intraseluler), terutama jaringan yang bersuhu dingin,
memiliki afinitas yang besar pada sel sarah dan sel dari RES
- tidak dapat dikultur dalam media buatan
EPIDEMIOLOGI
a. Penyakit ini seringkali terlambat di diagnosis (rata-rata terdapat jarak 2 tahun antara

diagnosis dengan clinical symptomps onset), karena:

- Kejadian penyakit yang tidak diketahui

- Ketakutan akan stigma

b. Tiga Negara terbanyak penderita penyakit Kusta : India, Brazil, dan Indonesia

c. Perbandingan Laki-Laki : Perempuan = 2 : 1

d. Dapat terjadi pada semua kelompok usia


PATOGENESIS
Masa inkubasi : 2-5 tahun
Cara masuk ke dalam penjamu : saluran pernapasan
bagian atas dan kontak kulit yang tidak utuh
Pengaruh M. leprae terhadap kulit dipengaruhi oleh
kekebalan tubuh seseorang.
M. leprae merupakan bakteri oblihat intraseluler dan
sistem kekebalan yang efektif adalah sistem kekebalan
seluler
Sebagian besar (95%) manusia kebal terhadap kusta, hanya
sebagian kecil yang dapat ditulari (5%). Dari 5% yang
tertular tersebut, sekitar 70% dapat sembuh sendiri dan
hanya 30% yang menjadi sakit.
PATOGENESIS

Manifestasi klinis Lepra disebabkan oleh respon host terhadap


M.leprae atau infiltrasi difus dari bakteri tersebut
Memiliki struktur species-specific trisaccharide in phenolic
glycolipid I yang akan berikatan dengan laminin-2 pada basal
lamina sel schwann bermultiplikasi kerusakan saraf
Pada kusta tipe LL imunitas selular tidak bekerja dengan baik
bakteri bermultipikasi dengan bebas merusak jaringan
Pada kusta tipe TT imunitas selular tinggi makrofag
sanggup menghancurkan kuman makrofag akan berubah
menjadi sel epiteloid yang tidak bergerak aktif dan bersatu
sel Datia Langhans
PATOGENESIS
PREDILEKSI
Banyak pada kulit di bagian tubuh yang relatif lebih dingin, misalnya pada muka, hidung,
(mukosa), telinga, anggota tubuh, dan bagian tubuh yang terbuka.
Saraf tepi yang dapat terserang akan menunjukkan berbagai kelainan:
N. fasialis : lagoftalmos, mulut mencong
N. trigeminus : anestesi kornea
N. aurikularis magnus
N. radialis : tangan lunglai (drop wrist)
N. ulnaris : anestesi dan paresis/paralisis otot tangan jari V dan sebagian jari IV
N. medianus : anestesi dan paresis/paralisis otot tangan jari I,II,III, dan sebagian jari
IV. Kerusakan N. ulnaris dan N. medianus menyebabkan jari kiting {clow toes) dan
tangan cakar {claw hand)
N. peroneus komunis : kaki semper {drop foot)
N. tibialis posterior: mati rasa telapak kaki dan jari kiting {claw toes)
DIAGNOSIS

A. Pemeriksaan klinis
1. Anamnesis
Keluhan, kapan mulai timbul
Asal daerah atau pernah tinggal di daerah endemis
Pengobatan yang sudah didapatkan
Ada/tidak adanya sumber penularan

2. Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan kulit
Di tempat terang dan nyaman
Perhatikan lesi dari kepala sampai telapak kaki
Perabaan - anestesi
DIAGNOSIS

b. Pemeriksaan saraf tepi (facialis, ulnaris, medianus,


radialis, peroneus communis dan tibialis posterior)
c. Pemeriksaan fungsi saraf

B. Pemeriksaan bakteriologis
a. Pemeriksaan apus sayat kulit (ASK)
3-4 lokasi : masing-masing cuping telinga dan pada lesi
yang aktif
b. Pemeriksaan BTA
DIAGNOSIS
Untuk menetapkan diagnosis penyakit kusta perlu dicari tanda-tanda utama atau Cardinal Sign,
yaitu :

1. Lesi (kelainan) kulit yang mati rasa


Kelainan kulit/lesi dapat berbentuk bercak keputih-putihan (hypopigmentasi) atau
kemerahan (erythematous) yang mati rasa (anasthesi).
2. Penebalan saraf tepi yang disertai dengan gangguan fungsi syaraf. Gangguan fungsi
syaraf ini merupakan akibat dari peradangan kronis saraf tepi (neuritis perifer).
Gangguan fungsi syaraf ini bias berupa :
a. Gangguan fungsi sensoris : mati rasa
b. Gangguan fungsi motoris : kelemahan otot (parese) atau kelumpuhan (paralise)
c. Gangguan fungsi otonom : kulit kering dan retak-retak
3. Adanya bakteri tahan asam (BTA) di dalam kerokan jaringan kulit (BTA positif).
Bentuk lesi kulit pada lepra
PEMERIKSAAN SARAF
Saraf Motorik Sensorik Otonom

Auricularis magnus Mempersyarafi area


belakang telinga

Fasialis Mempersyarafi kelopak


mata agar bisa menutup
Mempersyarafi kelenjar
keringat, kelenjar minyak,
dan pembuluh darah.
Ulnaris Mempersyarafi jari manis Rasa raba telapak tangan :
dan jari kelingking jari kelingking dan separuh
jari manis

Medianus Mempersyarafi ibu jari, Rasa raba telapak tangan


telunjuk dan jari tengah bagian ibu jari,telunjuk, jari
tengah, separuh jari manis.

Radialis Kekuatan pergelangan


tangan

Peroneus communis Kekuatan pergelangan kaki

Tibialis posterior Mempersyarafi jari-jari kaki Rasa raba telapak kaki


PEMERIKSAAN BAKTERIOLOGIS

1. Index Bakteriologi (IB)


Index Bakteriologi

0 0 BTA dalam 100 LP, hitung 100 lapangan pandang

1+ 1-10 BTA dalam 100 LP, hitung 100 lapangan pandang

2+ 1-10 BTA dalam 10 LP, hitung 100 lapangan pandang

3+ 1-10 BTA dalam rata-rata 1 LP, hitung 25 lapangan pandang

4+ 10-100 BTA dalam rata-rata 1 LP, hitung 25 lapangan pandang

5+ 100-1000 BTA dalam rata-rata 1 LP, hitung 25 lapangan pandang

6+ >1000 BTA atau 5 clumps ditemukan dalam rata-rata 1 lapangan pandang :


hitung 25 lapangan pandang

2. Index Morfologi
Merupakan prosentase basil kusta, bentuk utuh (solid) terhadap seluruh BTA.
IM = jumlah BTA yang utuh x 100%
Jumlah seluruh BTA
KLASIFIKASI (WHO)

Tanda Utama PB MB
Bercak Kusta Jumlah 1 s/d 5 Jumlah >5
Penebalan saraf tepi yang Hanya satu saraf Lebih dari satu saraf
diserati gangguan fungsi
Sediaan apusan BTA negatif BTA positif
KLASIFIKASI (Ridley-Jopling)
PATOLOGI
BB
TT BT

BL LL
PEMERIKSAAN HISTOPATOLOGIS

Tipe tuberkuloid tuberkel kecil dikelilingi oleh lapisan limfosit yang tebal
lesi upgrading : Langerhans giant cells yang banyak, eksositosis ke epidermis
Borderline Tuberculoid Leprosy : Mantel limfosit sedikit, langhans cell sedikit dan eksositosis fokal
Borderline Lepromatous Leprosy : Infiltrat limfosit yang padat mengisi ruang antara makrofag,
makrofag : foamy atau tidak terdiferensiasi
Lepromatous Leprosy : Subepidermal clear zone, yaitu suatu daerah langsung di bawah epidermis
yang jaringannya tidak patologis, infiltrasi sel infalamasi masif
Pada tipe borderline, terdapat campuran unsur-unsur tersebut.
PEMERIKSAAN SEROLOGIS

Kegunaan pemeriksaan serologik ini ialah untuk membantu diagnosis kusta


yang meragukan, karena tanda klinis dan bakteriologik tidak jelas.

Disamping itu dapat membantu menentukan kusta subklinis, karena tidak


terdapat lesi kulit, misalnya keluarga penderita yang tinggal serumah.

Macam-macam pemeriksaan serologik kusta ialah :


Uji MPLA (Mycobacterium Leprae Particle Aglutination)
Uji ELISA (Enzyme Linked Immunosorbent Assay)
ML dipstick (Mycobacterium Leprae dipstick)
PENGOBATAN
PENGOBATAN
PENATALAKSANAAN
Terapi menggunakan Multi Drug Therapy (MDT) pada:
1. Pasien yang baru didiagnosis kusta dan belum pernah mendapat MDT.
2. Pasien ulangan, yaitu pasien yang mengalami hal-hal di bawah ini:
a) Relaps
b) Masuk kembali setelah default (dapat PB maupun MB)
c) Pindahan (pindah masuk)
d) Ganti klasifikasi/tipe
Obat dan dosis MDT-PB

Pengobatan bulanan: hari pertama setiap bulannya (obat diminum di depan


petugas)
- 2 kapsul rifampisin @ 300mg (600mg)
- 1 tablet dapson/DDS 100 mg.
Pengobatan harian: hari ke 2-28 setiap bulannya
- 1 tablet dapson/DDS 100 mg.
1 blister obat untuk 1 bulan.
Pasien minum obat selama 6-9 bulan ( 6 blister)
Obat dan dosis MDT-MB

Pengobatan bulanan: hari pertama setiap bulannya (obat diminum di depan


petugas)
- 2 kapsul rifampisin @ 300mg (600mg),
- 3 tablet lampren (klofazimin) @ 100mg (300mg)
- 1 tablet dapson/DDS 100 mg.
Pengobatan harian: hari ke 2-28 setiap bulannya:
- 1 tablet lampren 50 mg
- 1 tablet dapson/DDS 100 mg.
1 blister obat untuk 1 bulan.
Pasien minum obat selama 12-18 bulan ( 12 blister).
DOSIS MDT PADA ANAK

1. Rifampisin: 10-15 mg/kgBB


2. Dapson: 1-2 mg/kgBB
3. Lampren: 1 mg/kgBB
PENGOBATAN MDT TERBARU

Pasien tipe PB dengan lesi hanya 1 :


Rifampisin 600 mg (2x300)
Ofloksasin : 400 mg (2x200)
Minosiklin : 100 mg (2x50)
EFEK SAMPING PENGOBATAN

Masalah Nama Obat Penanganan


1. Ringan 1. Reassurance (menenangkan
- Air seni berwarna merah Rifampisin penderita dengan penjelasan yang
- Perubahan warna kulit menjadi coklat Clofazimin benar)
- Masalah gastro intestinal 2. Konseling
Semua obat (3 obat dalam MDT) 3. Obat diminum bersama dengan
- anemia Dapson makanan atau setelah makan.
4. Berikan tablet Fe dan asam folat.
1. Serius
- Ruam kulit yang gatal Dapson Hentikan dapsone, rujuk
- Alergi, urtikaria Dapson atau Rifampisin Hentikan keduanya, rujuk
- Ikterus (kuning) Rifampisin Hentikan rifampisin, rujuk
- Shock, purpura, gagal ginjal Rifampisin Hentikan rifampisin, rujuk
REAKSI KUSTA

Reaksi kusta adalah episode akut pada perjalanan penyakit Kusta, sebagai
akibat dari perubahan sistem kekebalan tubuh.
Dapat timbul sebelum, selama dan sesudah pengobatan.
Ditandai dengan peradangan akut pada kulit, saraf , organ lain dan bisa
disertai gangguan keadaan umum.
REAKSI KUSTA
Gejala/Tanda Reaksi Tipe 1 Reaksi Tipe 2
Keadaan Umum Umumnya baik, demam ringan (sub febris) Ringan sampai berat disertai kelemahan
atau tanpa demam. umum dan demam tinggi

Peradangan di kulit Bercak kulit lama menjadi lebih meradang Timbul nodul kemerahan, lunak dan nyeri
(merah), dapat timbul bercak baru tekan. Biasanya pada lengan dan tungkai.
Nodul dapat pecah (ulserasi)

Saraf Sering terjadi, umunya berupa nyeri tekan Dapat terjadi


saraf dan atau gangguan fungsi saraf.

Peradangan pada organ lain Hampir tidak ada Terjadi pada mata, kelenjar getah bening,
sendi, ginjal, testis dll

Waktu timbulnya Biasanya segera setelah pengobatan Biasanya setelah mendapatkan pengobatan
yang lama, umumnya lebih dari 6 bulan.

Tipe kusta Dapat terjadi pada kusta tipe PB maupun MB Hanya pada kusta tipe MB.
REAKSI KUSTA

Macam-macam reaksi

Reaksi 1 Reaksi 2
Ringan: nodul nyeri
Ringan:Lesi kulit
tekan; demam ringan;
tambah aktif,
tak ada nyeri tekan
menebal;tidak ada
saraf dan gangguan
nyeri tekan saraf dan
fungsi; tak ada
gg fungsi
gangguan organ tubuh

Berat: Lesi kulit Berat: nodul nyeri


merah, teraba panas, tekan jumlah banyak
sendi sakit; nyeri ada ulkus; demam
tekan dan gangguan tinggi; nyeri tekan dan
fungsi saraf gangguan fungsi saraf
REAKSI RINGAN :
1. BEROBAT JALAN , ISTIRAHAT DIRUMAH
2. BERI ANALGETIK ANTIPIRETIK
3. CARI FAKTOR PENCETUS
REAKSI BERAT :
4. MDT DITERUSKAN
1. ISTIRAHAT / IMMOBILISASI.
2. PEMBERIAN ANALGETIK ANTIPIRETIK
3. CARI FAKTOR PENCETUS
4. MDT DITERUSKAN DENGAN DOSIS SAMA
5. PEMBERIAN OBAT ANTI REAKSI
6. BILA ADA INDIKASI RAWAT INAP, DIKIRIM KE
RUMAH SAKIT
7. REAKSI TIPE 2 BERULANG, DIBERI PREDNISON
DAN LAMPRENE
TERAPI REAKSI BERAT
a. 2 Minggu pertama 40 mg/hari (1x8 tab) pagi hari sesudah makan
b. 2 Minggu kedua 30 mg/hari (1x6 tab) pagi hari sesudah makan
c. 2 Minggu ketiga 20 mg/hari (1x4 tab) pagi hari sesudah makan
d. 2 Minggu keempat 15 mg/hari (1x3 tab) pagi hari sesudah makan
e. 2 Minggu kelima 10 mg/hari (1x2 tab) pagi hari sesudah makan
f. 2 Minggu Keenam 5 mg/hari (1x1 tab) pagi hari sesudah makan
TINGKAT CACAT (WHO)
PENCEGAHAN CACAT

Komponen pencegahan cacat :

1. Penemuan dini penderita sebelum cacat


2. Pengobatan penderita dengan MDT sampai RFT
3. Deteksi dini adanya reaksi kusta dengan pemeriksaan fungsi syaraf secara rutin.
4. Penanganan reaksi.
5. Penyuluhan
6. Perawatan diri
7. Penggunaan alat bantu
8. Rehabilitasi medis (operasi rekonstruksi)
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai