Anda di halaman 1dari 23

POLIP & SINUSITIS

KELOMPOK 2:
IIS SITI SHOLIHAH
JUNAIDI ABDILAH
SITI AFIAH
SITI HERA RESMIATI
PENGERTIAN POLIP
Menurut Drs.H.Syaifuddin hidung atau
naso atau nasal merupakan saluran
udara yang pertama,mempunyai dua
lubang (kavum nasi),dipisahkan oleh
sekat hidung(septum nasi).Di dalamnya
terdapat bulu-bulu yang berguna untuk
menyaring udara ,debu dan kotoran
yang masuk ke dalam lubang hidung.
Polip adalah masa lunak,berwarna putih
atau keabu-abuan (Subhan,
S.Kep.,2003).
ANATOMI POLIP
Bagian-bagian hidung :
1. Bagian luar dinding terdiri dari kulit.
2. Lapisan tengah terdiri dari otot-otot dan tulang rawan.
3. Lapisan dalam terdiri dari selaput lendir yang berlipat
lipat yang dinamakan karang hidung (konka
nasalis),yang berjumlah 3 buah:
a. Konka nasalis inferior (karang hidung bagian bawah)
b. Konka nasalis media (karang hidung bagian tengah)
c. Konka nasalis superior (karang hidung bagian atas)
4. Di antara konka ini terdapat 3 buah lekukan meatus
yaitu:
d. Meatus superior (lekukan bagian atas)
e. Meatus medialis (lekukan bagian tengah)
f. Meatus inferior (lekukan bagian bawah).
Fungsi dari hidung yaitu sebagai berikut:

1. Bekerja sebagai saluran udara


pernafasan.
2. Sebagai penyaring udara pernafasan
yang dilakukan oleh bulu-bulu hidung.
3. Dapat menghangatkan udara
pernafasan oleh mukosa.
4. Membunuh kuman yang masuk
,bersama udara pernafasan oleh
leukosit yang terdapat dalam selapu
lendir (mukosa) atau hidung.
(Drs.H.Syaifuddin,2006)
ETIOLOGI
1. Faktor Herediter Seperti :
a.Rhinitis alergika
b.Asma
c.Sinusitis kronis
2. Faktor Non Herediter Seperti karena:
d.peradangan mukosa hidung
e.Edema
f.Iritasi
g.reaksi hipersensitifitas.
KLASIFIKASI POLIP
Menurut Subhan Polip hidung
terbagi menjadi 2 jenis yaitu:
1. Polip hidung tunggal adalah
jumlah polipnya hanya satu,
berasal dari sel-sel permukaan
dinding sinus tulang pipi.
2. Polip hidung Multiple adalah
jumlah polip lebih dari satu
berasal dari permukaan dinding
rongga tulang hidung bagian
MANIFESTASI KLINIS
1. Ingusan
2. Hidung tersumbat terus
menerus
3. Hilang atau berkurangnya
indera penciuman
4. Nyeri kepala
5. Mengoro
6. Suara bindeng
PATOFISIOLOGI

Polip berasal dari pembengkakan mukosa


hidung yang terdiri atas cairan interseluler
dan kemudian terdorong ke dalam rongga
hidung. Polip dapat timbul dari bagian
mukosa hidung atau sinus paranasal dan
seringkali bilateral. Polip hidung paling
sering berasal dari sinus maksila (antrum)
dapat keluar melalui ostium sinus maksilla
dan masuk ke ronga hidung dan
membesar di koana dan nasopharing.
Polip ini disebut polip koana.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang
dapat dilakukan pada polip adalah:
1. Endoskopi.
2. Foto polos rontgen &CT-scan.
3. Biopsi.
PENATALAKSANAAN
1. Medis
Bila polip masih kecil dapat diobati
secara konservatif dengan
kortikosteroid sistemik atau oral
,missalnya prednisone 50 mg/hari
atau deksametason selama 10 hari
kemudian diturunkan perlahan.
2. KeperawatanVocational
a.Rehabilitation
b.Social Rehabilitation
PENGERTIAN SINUS
Sinusitis didefinikan sebagai
inflamasi mukosa sinus
paranasal.Umumnya disertai atau
dipicu oleh rinitis sehingga sering
disebut rinosinusitis(Kumar dan
Clark, 2005).
ANATOMI SINUS
Ada empat pasang sinus
paranasal, mulai dari yang
terbesar yaitu sinus maksila, sinus
frontal, sinus etmoid dan sinus
sfenoid kanan dan kiri (Mehra dan
Murad, 2004).
BAGIAN-BAGIAN SINUS
Sinus Maksila
Sinus maksila merupakan sinus paranasal
yang terbesar. Sinus maksila disebut juga
antrum Highmore (Tucker dan Schow,
2008).
Sinus etmoid
Sinus etmoid dibagi menjadi sinus etmoid
anterior yang bermuara ke meatus media
dan sinus etmoid posterior bermuara ke
di meatus superior.
LANJUTAN.
Sinus Sfenoid
Sinus sfenoid terletak dalam os
sfenoid di belakang sinus etmoid
posterior. Sinus sfenoid dibagi dua
oleh sekat yang disebut septum
intersfenoid.
Sinus Frontalis
Sinusitis frontalis akut hampir
selalu bersama-sama dengan
infeksi sinus etmoidalis anterior.
FUNGSI SINUS
Menurut Lund (1997) beberapa teori yang
dikemukakan sebagai fungsi sinus paranasal
antara lain adalah:
a. Sebagai pengatur kondisi udara (air
condit ioning)
b. Sebagai penahan suhu (thermal insulator)
c. Membantu keseimbangan kepala
d. Membantu resonansi suara
e. Sebagai perendam perubahan tekanan
udara
f. Membantu produksi mucus
KLASIFIKASI SINUS
Klasifikasi secara klinis untuk
sinusitis dibagi atas sinusitis akut,
subakut dan kronis (Hilger, 1997).
Sedangkan berdasarkan
penyebabnya sinusitis dibagi
kepada sinusitis tipe rinogen dan
sinusitis tipe dentogen.
ETIOLOGI SINUSITIS
a. Penjalanan infeksi gigi seperti infeksi
periapikal atau abses apikal gigi dari
gigi kaninus sampai gigi molar tiga atas
b. Prosedur ekstraksi gigi.
c. Penjalaran penyakit periodontal yaitu
dijumpai adanya penjalaran infeksi dari
membran periodontal melalui tulang
spongiosa ke mukosa sinus.
d. Trauma, terutama fraktur maksila yang
mengenai prosesus alveolaris dan sinus
maksila
LANJUTAN.
e. Adanya benda asing dalam sinus berupa
fragmen akar gigi dan bahan tambahan akibat
pengisian saluran akar yang berlebihan
(Saragih, 2007).
f. Osteomielitis pada maksila yang akut dan
kronis (Mangunkusomo; Rifki,2001).
g. Kista dentogen yang seringkali meluas ke sinus
maksila, seperti kista radikuler dan folikuler
(Prabhu; Padwa; Robsen; Rahbar, 2009).
h. Deviasi septum kavum nasi, polip, serta
neoplasma atau tumor dapat menyebabkan
obstruksi ostium yang memicu sinusitis
(Mangunkusomo dan Soetjipto,2007).
MANIFESTASI KLINIS
Gejala infeksi sinus maksilaris akut berupa demam,
malaise, dan nyeri kepala yang tidak jelas yang
biasanya reda dengan pemberian analgetik
biasanya seperti aspirin.
Sinusitis maksilaris dari tipe odontogen harus
dapat dibedakan dengan rinogen karena terapi dan
prognosa keduanya sangat berlainan. Pada sinusitis
maksilaris tipe odontogenik ini hanya terjadi pada
satu sisi serta pengeluaran pus yang berbau busuk.
Di samping itu, adanya kelainan apikal atau
periodontal mempredisposisi kepada sinusitis tipe
dentogen. Gejala sinusitis dentogen menjadi lebih
lambat dari sinusitis tipe rinogen (Mansjoer,2001).
PATOFISIOLOGI SINUSITIS
Sinus dilapisi oleh sel epitel respiratorius.
Lapisan mukosa yang melapisi sinus dapat
dibagi menjadi dua yaitu lapisan viscous
superficial dan lapisan serous profunda. Cairan
mukus dilepaskan oleh sel epitel untuk
membunuh bakteri maka bersifat sebagai
antimikroba serta mengandungi zat-zat yang
berfungsi sebagai mekanisme pertahanan tubuh
terhadap kuman yang masuk bersama udara
pernafasan. Cairan mukus secara alami menuju
ke ostium untuk dikeluarkan jika jumlahnya
berlebihan (Ramalinggam, 1990;
Mangunkusomo dan Soetjipto,2007).
Efek awal yang ditimbulkan adalah keluarnya
cairan serous yang dianggap sebagai sinusitis
non bakterial yang dapat sembuh tanpa
pengobatan. Bila tidak sembuh maka sekret
yang tertumpuk dalam sinus ini akan menjadi
media yang poten untuk tumbuh dan
multiplikasi bakteri, dan sekret akan berubah
menjadi purulen yang disebut sinusitis akut
bakterialis yang membutuhkan terapi
antibiotik. Jika terapi inadekuat maka
keadaan ini bisa berlanjut, akan terjadi
hipoksia dan bakteri anaerob akan semakin
berkembang. Keadaan ini menyebabkan
perubahan kronik dari mukosa yaitu
hipertrofi, polipoid atau pembentukan polip
dan kista.
TERIMAKASIH ATAS
PERHATIANNYA

Anda mungkin juga menyukai