Anda di halaman 1dari 7

Pertusis pada Anak

Elike Oktorindah Pamilangan


102013412
B7
Anamnes
is Pemeriksaan Pencegah Prognosis
WD & Komplik
Fisik & an
DD Etiologi Epidemi Tatalak asi
Penunjang Gejala sana
ologi Klinis
Patofisio
logi
Anamnesis Pemeriksaan Fisik
Identitas
Keluhan Utama Keadaan umum: tampak sakit
RPS sedang
RPD Kesadaran : CM
RPK TTV : batas normal
Riw. Sosial dan Pribadi Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Pemeriksaan Penunjang Auskultasi

Biakan sediaan apusan Diagnosis Banding


nasofaringeal
Hitung leukosit Tuberkulosis
PCR
Pewarnaan antibody dengan Asma
fluoresen Croup
Serologi (Laringotrakeobronkitis)
Radiologi
Diagnosis Kerja

Pertusis

Etiologi
Disebabkan oleh Bordetella pertussis
Gambaran klasik pertussis adalah whooping cough syndrome yang disebabkan oleh B.
pertussis
Bordetella parapertussis yang menyebabkan manifestasi klinis yang serupa tetapi lebih
ringan
Kuman B. pertussis dan B. parapertussis hanya menginfeksi manusia melalui batuk

Epidemiologi

Inkubasi kuman ini adalah 6 hari.


Kejadian pertusis per tahunnya mencapai 100-200 kasus per 100.000 populasi pada era
sebelumnya vaksinasi dilakukan, dan saat ini ditemukan cukup tinggi di Negara berkembang.
Di Amerika Serikat, insiden terjadinya pertussis meningkat sejak tahun 1980, sebanyak
15.000 kasus dilaporkan pada tahun 2006.
Kejadian pertusis dapat menurun jika di vaksinasi.

Patofisiologi

B. pertussis menempel ke sel epitel bersilia pada bronkus timbul siliostasis, kerusakan jaringan
setempat, dan mengganggu fungsi sel fagosit terbentuk lesi di bronkus dan bronkiolus
basilnya bersarang di silia epitel torak mukosa timbul eksudasi yang mukopurulen terbentuk
lendir yang dapat menyumbat bronkus kecil hingga dapat menimbulkan emfisema dan atelektasi.
Gejala Klinis

Stadium kataral : mata merah, peningkatan sekresi nasal, dan demam ringan yang
berlangsung selama 1-2 minggu.
Stadium paroksismal : tekanan inhalasi pada glotis yang mengalami penyempitan karena ada
sumbatan yang terjadi akibat jaringan nekrotik epitel bronkial dan mukus yang kental
sehingga menghasilkan bunyi karakteristik Whoop yang berlangsung 2-4 minggu. Muntah
paska batuk seringkali terjadi.
Stadium konvalesen : ditandai oleh perbaikan gejal klinis secara bertahap dalam 1-2 minggu.
Batuk menjadi lebih ringan, batuk paroksismal dan bunyi whoop menghilang perlahan.

Tatalaksana

Pilihan utama Eritromisin 40-50 mg/kgBB/hari oral, 4 dosis (maksimal 2 gram), 14 hari
Azitromisin 10 mg.kgBB/hari, dosis tunggal, 5 hari
Klaritromisisn 15 mg/kgBB/hari, 7 hari
Alternatif (Trimetoprim dan Sulfametroksasol) 6-8 mg/kgBB/hari oral, 2 dosis (maksimal 1 gram)

Pencegahan

Imunisasi aktif diinduksi oleh komponen pertussis aseluler yang diberikan dengan kombinasi
toksoid tetanus dan diphteri (DTaP). Vaksin DTaP diberikan pada usia 2, 4, 6, dan 15 sampai
denga 18 bulan, dengan vaksinasi penguat (booster) pada usia 4-6 tahun, dan memiliki efikasi
70-90%.
Pemberian antibiotik makrolid selama 10-14 hari efektif dalam mencegah terjadinya kasus
sekunder pada yang terkena pajanan pertusis.
Komplikasi

Komplikasi pada bayi dan anak kecil : hipoksia, apnea, pneumonia, kejang,
ensefalopati, dan malnutrisi.
Komplikasi paling sering : pneumonia.
Atelektasis terjadi akibat adanya sumbatan mukus (mucous plug).
Batuk paroksismal yang dengan tekana dapat mengakibatkan terjadinya
pneumomediastinum, pneumotoraks, epistaksis, hernia, dan pendarahan di
retina serta subkonjungtiva. Otitis media dan sinusitis juga dapat timbul.

Prognosis

Sebagian besar anak dapat membaik, mengalami perbaikan epitel respiratori dan
fungsi paru yang normal setelah sembuh. Pada anak yang lebih muda, dapat terjadi
kematian akibat pertussis dan cenderung lebih membutuhkan rawat inap
dibandingkan anak yang lebih tua. Disabilitas permanen yang paling banyak terjadi
adalah akibat ensefalopati.

Kesimpulan

Pertusis infeksi saluran pernapasan akut yang sangat cepat menular melalui inhalasi droplet
dan tersebar di seluruh dunia. Meskipun penyakit ini dapat menginfeksi semua peringkat
umur, anak-anak yang lebih muda yang terinfeksi B.pertussis lebih rentan mengalami
komplikasi dari kuman tersebut. Program imunisasi yang direncanakan untuk bayi adalah
cara terbaik untuk mencegah bayi dari terinfeksi oleh kuman B.pertussi.

Anda mungkin juga menyukai