Anda di halaman 1dari 36

Nama kelompok:

Rumah Tradisional
Achnia Tiffany (1507113493)
Iman Fadhil (1507113558)
Jepang
Jacob Adha Putra (1507123664)
Myisha Amanda Finia (1507117477)
Nur Hafizhoh (1507122913)
Teguh Virmanto Putra (1507117527)
Sejarah Perkembangan Arsitektur Jepang
Periode Prasejarah (3000 SM 2000 SM)

Pada masa prasejarah, ciri-ciri dan karakteristik rumah Austronesia sudah


tampak pada rumah Jepang. Pengaruh budaya, iklim dan alam sangat
menentukan konsep arsitektur rumah awal Jepang. Bentuk rumah tenda
berdiri diatas tanah yang dilubangi (pit dwelling) merupakan
perkembangan dari rumah gua. Kemudian, sejalan dengan perkembangan
peradaban, telah mengakibatkan terjadinya evolusi pada bentuk dan
konsep rumah.
Periode Asuka Nara (550 M 794 M)

Pada tahun 552 M, Budisme masuk ke Jepang melalui


Korea (melalui kerajaan Paekche). Pola dan bentuk
bangunan kuil-kuilnya pengaruh dari arsitektur dan
budaya Cina sangat kuat sekali, baik dari struktur
bangunannya maupun bentuk tampilannya.
Dengan berbagai macam aliran dalam Budisme yang
berkembang di Kota Nara, berkembang pula berbagai macam
bangunan kuil mulai pagoda sampai pada permukimannya.
Dengan bentuk dan detail-detail arsitekturnya menjadikan
awal dari perkembangan arsitektur bangunan kuil-kuil di
Jepang.
Periode Heian (794 M 1185 M)

Pada periode ini perkembangan dari style untuk kuil-kuil Budha masih
bertahan dengan wayou (Japanese style). Bangunan-bangunan kuil dengan
pola perletakan kompleks kuilnya menjadi ciri khas pada periode tersebut.
Demikian juga dengan lukisan-lukisan dengan konsep mandalanya
berkembang dengan pesat, dan menjadi ciri dari periode tersebut. Salah
satu peninggalan arsitektur pada periode ini adalah kuil Byodoin-jin.
Periode Kamakura Muromachi (1185 M 1573 M)

Contoh arsitektur pada periode kamakura adalah Kuil


Osu Kanon di Nagoya, Jepang.
Pada periode Muromachi, style dari zenshuyou maupun karayou masih
berkembang dengan pesatnya. Terutama pada art of garden (seni penataan taman)
dengan bentuk penataan mempunyai ciri khas dari filosofi Zen. Seni taman ini
banyak terlihat pada vihara-vihara sekte Rinzai, yang terdapat di dalam kompleks
kuil-kuil besar Zen yang berada di Kota Kyoto. Perkembangan lain yang terjadi,
adalah residential architecture (rumah tinggal), terlihat pada bangunan-bangunan
kuil, vila, dan rumah para samurai dengan sentuhan detail-detail arsitektur yang
khas dari Zen Budisme. Contoh arsitektur peninggalan periode muromachi ini
adalah kuil Ginkaku-ji atau Kuil Pavillium Perak di Kyoto, Jepang.
Periode Momoyama (1573 M 1863 M)

Style yang berkembang pada periode ini masih bertahan pada


zenshuyou/karayou, sedangkan pada bagian lain adalah Zen
painting (seni lukis) nampak berkembang sangat pesat. Pada bagian
lain dari periode ini yang juga berkembang pesat adalah bangunan
castle, perkembangannya hampir terdapat di seluruh Kota yang ada
di Jepang. Sebagian dari bangunan castle tersebut sampai saat ini
masih bertahan dan dilestarikan sebagai cagar budaya.
Periode Edo (1573 M 1863 M)

Periode Edo merupakan penerusan dan perkembangan dari periode


sebelumnya (Momoyama). Dalam periode ini terlihat adanya
penekanan pada detail-detail bangunan, warna, dan ukiran baik
untuk kuil maupun hunian rumah tinggal. Machiya (rumah di
perkotaan) berkembang pesat hampir di semua kota, menjadi awal
peradaban hunian kota yang sebagian besar masih bertahan sampai
saat ini di Jepang.
Periode Restorasi Meiji Taisho (1687 M
1926 M)

Periode restorasi Meiji (1687 M - 1911 M) dan periode


Taisho (1912 M 1926 M), pengaruh dari western style
(arsitektur barat) di antaranya renaissance, gothic dan
romanesque masuk ke Jepang. Style-style tersebut
banyak dikembangkan untuk bangunan-bangunan
universitas, museum, peribadatan, dan kantor. Pengaruh
dari style-style peninggalan periode Meiji dan Taisho
sampai saat ini masih dapat dilihat di kota-kota besar di
Jepang sebagai warisan budaya masa lalu dipertahankan
sebagai bagian dari bangunan cagar budaya mereka
Periode Showa (1927 M 1988 M)

Pada periode Showa banyak arsitek Jepang yang


belajar ke Amerika dan Eropa memberikan pengaruh
besar terhadap perkembangan arsitektur di Jepang.
Seperti Kunio Maekawa yang disebut sebagai bapak
arsitektur modern Jepang yang belajar ke Prancis di
bawah arsitek Le Corbusier. Pengaruh besar dari hasil
belajarnya di Prancis memberikan suasana baru di
Jepang dalam desain bangunannya.
Periode Heisei (1989 M sekarang)

Periode Heisei dimana post-modern mulai


berkembang di Jepang. Perkembangan desain dari
arsitektur post-modern memberikan perubahan
dalam perjalanan arsitektur Jepang dalam
memberikan segala macam bentuk-bentuk
arsitekturnya
Tokoh Arsitek Jepang

Kunio Maekawa (1905 1986)

Kunio Maekawa lahir pada tahun


1905 di Niigata Prefecture di
Jepang.
Seorang arsitek Jepang terutama
dikenal untuk bangunan Tokyo
Bunka Kaikan, dan tokoh penting
dari arsitektur Jepang modern.
Beberapa contoh karya dari Kunio
Maekawa adalah Maekawa House,
Hayashibara Museum of Art,
Kumamoto Prefectural Theater,
Tokyo Bunka Kaikan, dll.
Kenzo Tange (1913 2005) Kenzo Tange lahir pada 4, September 1913,
di Osaka Prefecture, Japan
Tange memulai karir gemilangnya pada tahun
1945 setelah dia memenangkan sayembara
terbuka, yaitu perancangan gedung Hiroshima
Peace Center (HPC). Di awal kariernya itu,
berbagai prestasi yang dicapai oleh Kenzo
Tange, di antaranya dia berhasil menjadi
pemenang pertama kompetisi penciptaan
gedung Kenangan Asia Timur (1942),
pemenang pertama Pusat Kebudayaan Jepang
di Bangkok (1943), dan pemenang pertama
kompetisi pembangunan Pusat Perdamaian
Hiroshima (1949).
Contoh karya Tange adalah Yoyogi National
Gymnasium, Hiroshima Peace Memorial
Museum, Kurashiki City Hall, St. Marys
Cathedral (Tokyo Cathedral) (Roman Catholic),
dll.
Tadao Ando (1941 sekarang)
Tadao Ando lahir pada 13,
September 1941 Osaka
Prefecture, Jepang

Beberapa contoh karya


dari Tadao Ando adalah
Church of the Light,
Museum Seni Prefektural
Hyogo, Museum
Kesusastraan Himeji,
Hyakudanen, Hotel
Westin Awaji, dll.
Shigeru Ban (1957 sekarang)
Shigeru Ban lahir pada 5, Agustus
1957 di Tokyo, Jepang.
Seorang arsitek Jepang yang dikenal
karena karya arsitektur kertasnya
yang inovatif, terutama
pendaurulangan tabung kardus
yang dimanfaatkan secara efisien
untuk membangun hunian bagi
korban bencana alam.
Beberapa contoh karya Ban adalah
Furniture House di Jepang, Gereja
Katolik Takatori, Centre Pompidou-
Metz, Jepangese Pavilion, Curtain
Wall House, dll.
Toyo Ito (1941 sekarang)
Toyo Ito adalah arsitek Jepang
yang dikenal sebagai penggagas
arsitektur konseptual, yang
berupaya untuk
mengekspresikan dunia fisik dan
virtual secara bersamaan.
contoh karya Toyo Ito adalah
Toyo Ito Museum of
Architecture, Sendai
Mediatheque, Yatsushiro
Municipal Museum, Paviliun
Serpentine Gallery, Matsumoto
Performing Art Center, dll.
Rumah Tradisional Jepang

Rumah tradisional jepang disebut juga dengan minka yang merupakan hunian
untuk rakyat biasa. Keindahan arsitektur minka terletak pada keharmonisan
antara bentuk dengan bahan-bahan bangunan yang dipergunakan seperti
tanah, kayu, dan batu yang berasal dari pegunungan dan hutan-hutan yang
berada di sekeliling rumah. Hampir semua material rumah Jepang
menggunakan kayu, dan dibuat sederhana serta tidak terlalu banyak barang.
Minka di bagian Jepang Selatan Minka di bagian Jepang utara

di Negara Jepang terdapat dua macam desain rumah adat yang berbeda. Yaitu
rumah adat rakyat di bagian Jepang Utara dan rumah adat Jepang bagian
Selatan. Rumah Adat di Jepang ini disebut Minka.
Minka di Jepang Selatan

Rumah minka yang ada di Jepang selatan umumnya berbentuk rumah panggung.
Namun rumah panggung yang dimaksud tidaklah seperti rumah panggung yang
ada di Indonesia. Rumah panggung ala Jepang tidaklah terlalu tinggi dari tanah,
hanya beberapa senti dari permukaan tanah, desain rumah adat orang Jepang ini
ialah untuk menghadapi guncangan gempa yang sering terjadi di Jepang, selain itu
rumah panggung juga bertujuan untuk mendapatkan penghawaan dan
pencahayaan alami semaksimal mungkin
Minka di Jepang Utara

Rumah adat jepang Utara memiliki bentuk atap yang terjal dan tinggi yang berguna
untuk menyesuaikan diri dengan udara cuaca yang bersalju dan musim dingin yang
panjang. Jendela kecil yang hanya terdapat pada bubungan bertujuan agar angin dingin
tidak masuk dalam rumah terlalu banyak, sehingga rumah tetap hangat. Rumah ini
dibangun dari material-material yang berasal dari alam, seperti tanah, batu, alang-
alang dan jerami. Jerami digunakan sebagai penutup atap agar rumah tetap hangat .
Sejarah Minka
Di zaman Jepang kuno, ada dua jenis rumah. Yang
pertama dikenal sebagai rumah bawah tanah. Yang
kedua naik di atas permukaan tanah. Gaya rumah
dengan lantai tinggi dikatakan telah datang ke Jepang
dari Asia Tenggara, rumah bawah tanah digunakan
untuk menyimpan makanan biji-bijian dan lainnya
sehingga tidak akan rusak karena panas dan lembap.
Evolusi Arsitektur dan Gaya Interior Pada periode
Heian hingga Edo Periode pertengahan (792 1750)
yaitu:
1. Shinden-zukuri

Merupakan tempat tinggal bangsawan yang pertama muncul pada periode Heian. Shinden
mengambil contoh dari ruang ibadah kuil Budha. Lorong-lorong terhubung satu sama lain
oleh lorong beratap. Pusat ruang utama disebut Moya dan ada sebuah ruangan kecil yang
disebut nurigome digunakan untuk tidur atau tempat penyimpanan. Gaya ini di gunakan
oleh para bangsawan dan samurai peringkat tinggi melalui pertengahan abad 15. Contoh
yang terdekat dapat ditemukan adalah versi abad ke-19 dari Istana Kekaisaran di Kyoto.
2. Shoin-zukuri

Shoin berarti perpustakaan atau belajar. Contoh tertua zukuri


adalah ruang Dojinsai di Togudo di Ginkakuji (Silver Pavilion). Kamar
kecil ini dibangun oleh Ashikaga Yoshimasa pada tahun 1486. Gaya
shoin berevolusi dari gaya shinden selama dua abad. Pilar dibentuk
persegi (yang bertentangan dengan gaya shinden) Hal ini
menyebabkan ruangan menjadi luas . Ruang disekat dengan
menggunakan partisi dengan panel fusuma dan shoji.
3. Sukiya-zukuri

Gaya sukiya berasal dari upacara minum teh, sebenarnya kata sukiya
mengacu pada bangunan di mana dilakukan upacara minum teh. Gaya sukiya
yang berkembang dari periode Azuchi-Momoyama dan gaya shoin, sangat
kontras langsung dan pengaturan yang luar biasa besar dari-shoin zukuri.
Dalam sukiya, semakin kecil dan sederhana dianggap sebagai desain terbaik.
Penggabungan dari sukiya dengan shoin dikembangkan menjadi sukiya-
zukuri. Gaya ini menjadi gaya yang populer bagi warga kota yang tinggal di
pertengahan hingga akhir zaman Edo (1750 -1867). Contoh klasik sukiya-
zukuri adalah Katsura Imperial Villa (Terpisah Istana) dibangun pada
pertengahan 1600-an.
Tipe-tipe Rumah Tradisional Jepang (Minka )
Rumah Petani (/ nouka)
Denah standar rumah para petani Jepang dari permulaan abad ke-19 terdiri dari
empat ruang yaitu:
- Doma
Doma merupakan ruang utama pada nouka.
Doma mengambil sepertiga dari luas denah
rumah. Fungsi doma adalah tempat melakukan
kegiatan pertanian dan memasak, sehingga
tersedia oven tanah dan tempat mencuci yang
terbuat dari kayu yang didirikan di belakang
doma.
Selain itu juga terdapat perapian yang berukuran
satu meter persegi. Di perapian ini kayu dibakar
untuk memanaskan ruang, sekaligus sebagai
penerangan. Seluruh anggota keluarga
berkumpul di perapian ini, khususnya pada
waktu makan.
Selain doma, empat ruang pada nouka ini
adalah :
-Dua ruangan yang terletak paling dekat
dengan doma, digunakan sebagai tempat
melakukan kegiatan harian para penghuni
rumah.
-Ruang kecil bersifat dekoratif disebut
dengan tokonoma. Ruangan ini menempel
pada dinding ruang depan yang berfungsi
sebagai tempat memamerkan lukisan atau
bunga.
-Ruang depan berfungsi sebagai tempat
menerima tamu pada keadaan keadaan
formal. Ruang tamu ini disebut dengan
zashiki atau dei. Di depan ruang tamu ini
terdapat serambi panjang dan sempit yang
disebut dengan engawa.
Bahan Bangunan Minka

Bahan bangunan yang dipergunakan antara lain, balok kayu besar untuk
tiang utama rumah dan rangka-rangka penting dari kerangka rumah. Kayu
juga digunakan untuk dinding, lantai, langit-langit, dan bubungan atap.
Bambu digunakan untuk melapisi tempat-tempat kosong di antara dinding
kayu dan setelah itu dilapisi dengan tanah liat untuk dijadikan dinding yang
rata. Tanah liat juga dibakar menjadi genteng.
Rumput jenis tertentu dipergunakan sebagai atap, sedangkan jerami
tanaman padi dipergunakan untuk dianyam menjadi tikar kasar yang
disebut dengan Mushiro, dan tikar halus yang disebut dengan tatami, yang
digelar di atas tikar kasar. Batu-batu terbatas dipergunakan untuk fondasi
rumah, tidak pernah digunakan sebagai dinding.
Atap

Atap rumah tradisional di Jepang terbuat dari kayu dan tanah


liat, dengan ubin atau jerami.
Atap minka dapat dikelompokan menjadi tiga
macam bentuk, yaitu :
Kirizuma, merupakan jenis atap yang paling sederhana yang
berbentuk segi tiga (gabled roof). Jenis atap ini mempunyai dua
sisi yang menurun dari balok bubungan utama (mune).
Yosumune, merupakan jenis atap yang mempunyai pinggang
(hipped roofs). Atap jenis ini merupakan perkembangan dari
kirizuma, karena pada kedua sisi sampingnya yang lain
ditambah dengan atap miring, dan bubungannya tidak
berbentuk lancip melainkan papak.
Irimoya, merupakan jenis atap berbentuk tiga segi, dengan atap
tambahan yang berbentuk agak miring di sekitarnya, sehingga
ruang dalam rumah menjadi luas.
Rumah tradisional Jepang terdiri dari beberapa
ruangan
1.Washitsu

Washitsu yaitu ruang serba guna Fungsi washitsu berubah tergantung kepada alat
rumah tangga mana yang dipakai. Hal ini dimungkinkan karena semua perabotan
bersifat portable, yang disimpan dalam oshire (bagian kecil dari rumah yang
digunakan untuk menyimpan barang). Washitsu berubah menjadi ruang belajar bila
diletakkan meja, menjadi ruang tidur bila diletakkan futon (matras tidur), menjadi
ruang makan apabila diletakkan meja besar.
2. Shoji

Shoji memiliki kesamaan dengan fusuma namun shoji dapat


ditembus cahaya. Rangka shoji dan fusuma dibuat dari kayu dan
kedua sisi permukaannya dilapis dengan washi, kain (serat alami atau
serat sintetis), atau vinil. Bila kertas pelapis sudah rusak atau sekadar
ingin berganti suasana, kertas lama bisa dilepas dan diganti dengan
kertas baru.
3. Genkan

Genkan adalah tempat di


mana orang melepas
sepatu mereka. Tujuan
ruangan ini agar lantai
rumah tidak kotor.
Disamping genkan
terdapat sebuah rak atau
lemari disebut Getabako.
4. Daidokoro (Dapur)

Ada dua jenis dapur di rumah tradisional Jepang, yang pertama dengan tungku dan
yang kedua dengan cara digantung. Kedua cara ini sama-sama menggunakan kayu
bakar.
Bagian rumah yang lainnya:
Roka

Di pinggir rumah terdapat


Roka (bagian berlantai
kayu, yang mirip dengan
lorong-lorong).
Taman

Taman Jepang tidak mengenal garis-garis lurus atau simetris. Taman Jepang
sengaja dirancang asimetris agar tidak ada satu pun elemen yang menjadi
dominan. Bila ada titik fokus, maka titik fokus digeser agar tidak tepat berada di
tengah.Taman Jepang berukuran besar dilengkapi dengan bangunan kecil seperti
rumah teh, gazebo, dan bangunan pemujaan (kuil).
Taman jepang memiliki elemen dasar antara lain. air (melambangkan kesucian
dan kehidupan), Tanaman (melambangkan keabadian), dan Batu (melambangkan
alam). Batu adalah elemen terpenting dalam taman karena dapat dipakai untuk
melambangkan pegunungan, garis pantai, dan air terjun.

Anda mungkin juga menyukai