Anda di halaman 1dari 16

Therapeutic Drug

Monitoring
Fadhila Isma
Sonia Aulia
Santia Irawati
Definisi dan Tujuan TDM

Therapeutic Drug Monitoring (TDM) merupakan pemantauan


konsentrasi (kadar) obat dalam serum atau plasma. Tujuan
dilakukannya TDM adalah untuk optimasi dosis agar dapat
memprediksi penyesuaian dosis untuk pasien secara individu dan
untuk meminimalkan toksisitas obat yang memiliki rentang terapi
sempit (teofilin, fenitoin, gentamisin) atau ditandai dengan variabilitas
farmakokinetik (digoksin).
TDM merupakan suatu proses memerlukan kontrol yang rutin dari apoteker
terhadap pasien. Dalam hal ini juga perlu koordinasi yang baik antara
dokter dan apoteker juga sangat diperlukan. TDM memberikan keuntungan
kepada pasien untuk menjamin terapi obat kepada pasien, efektif serta
aman. Oleh karena itu sesama sejawat tenaga kesehatan harus memiliki
hubungan yang baik agar terpenuhinya monitoring terhadap pasien

Dalam wewenangnya, apoteker memberikan bantuan pelayanan secara


langsung dengan memberikan nasihat mengenai pengaturan terapi yang
optimal, memberikan pengetahuan, dan mengkoordinasi memantau
tingkat kepatuhan, monitoring secara berkala berupa pengaturan dosis
obat-obat untuk pasien dengan terapi dan bioavailabilitas ang cocok,
kemudian menetapkan parameter farmakoterapi, sasaran terapi, dan
frekuensi pemantauan.
Deskripsi
Suatu proses yang meliputi
semua fungsi yang perlu untuk
menjamin terapi obat kepada
pasien yang aman, efektif /
rasioanal dan ekonomis
Pengawasan terhadap kadar
atau tingkatan obat didalam
darah.
Tujuan dan tugas untuk
mengukur kadar atau level obat
yang ada di dalam darah,
dengan begitu, maka dosis obat
yang efektif dalam darah dapat
ditentukan, sehingga dapat
mencegah terjadinya keadaan
toksik atau keracunan obat di
dalam tubuh.
Fungsi TDM (Shargel, 2012)

1. Pemilihan obat
2. Rancangan aturan dosis
3. Evaluasi respon pasien
4. Menentukan kebutuhan untuk mengukur
konsentrasi obat dalam serum
5. Penetapan kadar untuk konsentrasi obat dalam
cairan biologis
6. Melakukan evaluasi farmakokinetika dari
konsentrasi obat
7. Menyesuaikan aturan dosis, jika perlu
8. Memantau konsentrasi obat dalam serum
Faktor-faktor yang mempengaruhi
Efikasi Terapi
Dosis
yang
diberikan Rute
Interaksi pemberian
obat obat

Absorbsi
Kontraindikasi
obat
Obat

Ekskresi
Toksisitas
obat

Efek Cara
metabolisme
samping dalam tubuh
Faktor-faktor yang mempengaruhi
Efikasi Terapi
Kelainan
, usia
Status
BB
nutrisi

Pasien
Kontraindikasi
Riwayat
penyakit

Kehamilan Hipersensitive
Faktor-faktor yang
mempengaruhi Efikasi Terapi

Keterampilan
diagnosis

Sikap
terhadap Dokter Keterampilan
terapi
penyakit

Pengalaman
dengan obat
Pemantauan Terapi Obat
mencakup pengkajian dari:
Ketepatan terapi dari regimen obat pasien
Ketepatan penggunaan obat ( dosis, indikasi, interaksi, antagonis,
duplikasi, kontraindikasi dll )
Ketepatan rute, jadwal dan metode pemberian dosis obat
Ketepatan informasi yang diberikan pada pasien
Tingkat kepatuhan pasien dengan regimen obat yang tertulis
Interaksi obat obat, obat makan, obat uji laboratorium dan
obat penyakit
Data laboratorium klinik dan farmakokinetika untuk mengevaluasi
efek samping, toksisitas / efek merugikan
Tanda fisik dan gejala klinik yang relevan dengan terapi obat
pasien
Tatalaksana pemantauan terapi obat
1. Seleksi Pasien
a. Kondisi Pasien
b. Obat (ex : obat dengan indeks terapi sempit, bersifat nefrotoksik dan heaptoksik)
2. Pengumpulan Data Pasien
3. Identifikasi Masalah Terkait Obat
a. Ada indikasi tetapi tidak di terapi
b. Pemberian obat tanpa indikasi
c. Pemilihan obat yang tidak tepat
d. Dosis terlalu tinggi / rendah
e. Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD)
f. Interaksi obat
g. Pasien tidak menggunakan obat karena suatu sebab
4. Rekomendasi Terapi (Pilihan terapi dari berbagai alternatif yang ada ditetapkan
berdasarkan: efikasi, keamanan, biaya, regimen yang mudah dipatuhi)
5. Rencana Pemantauan (tujuan : memastikan pencapaian efek terapi dan
meminimalkan efek yang tidak dikehendaki)
6. Tindak Lanjut (Hasil identifikasi masalah terkait obat dan rekomendasi yang telah
dibuat oleh apoteker harus dikomunikasikan kepada tenaga kesehatan terkait)
Peran farmasi
1. Farmasis bertugas menjalankan pemantauan serta pengecekan kadar
obat dalam darah pada pasien dan melihat profil farmakokinetik untuk
optimasi regimen dosis obat agar efek terapi pada pasien dapat
tercapai
2. Farmasis dapat memantau serta mengetahui kepatuhan penderita
3. Farmasis dapat mengetahui bioavailabilitas yang tidak mencukupi serta
dapat menyarankan bioavailabilitas yang mencukupi
4. Farmasis dapat memperhitungkan keperluan yang seuai dengan dosis
penderita
5. Farmasis dapat menentukan dan memantau perubahan keperluan
obat sehubungan dengan perubahan keadaan penyakit
Farmasi plan
1.Pengumpulan Data Pasien
Data dasar pasien yang merupakan komponen awal
rekam medik,
profil pengobatan pasien
wawancara dengan pasien, anggota keluarga, dan tenaga
kesehatan lain
2.Identifikasi masalah terkait obat
Data terkumpul selanjutnya perlu dilakukan analisis untuk
identifikasi adanya masalah terkait obat
3. Rekomendasi Terapi
Pilihan terapi dari berbagai alternatif yang ada
ditetapkan berdasarkan pemilihan obat, dosis efikasi,
keamanan, biaya, regimen yang mudah dipatuhi dengan
tujuan meningkatkan kualitas hidup pasien.
4. Rencana Pemantauan
Setelah ditetapkan pilihan terapi maka selanjutnya perlu
dilakukan perencanaan pemantauan, dengan tujuan
memastikan pencapaian efek terapi dan meminimalkan
efek yang tidak dikehendaki.
5. Tindak Lanjut
Hasil identifikasi masalah terkait obat dan rekomendasi
yang telah dibuat oleh apoteker harus dikomunikasikan
kepada tenaga kesehatan terkait. Kerjasama dengan
tenaga kesehatan lain diperlukan untuk mengoptimalkan
pencapaian tujuan terapi.

Anda mungkin juga menyukai