Anda di halaman 1dari 110

Kayun Kasmidi

# Pokja Koding Tim Tarif/NCC Kemenkes RI


ATURAN KODING INA-CBG

ICD-10 & 9CM

Permenkes

Surat Edaran
Alur Klaim JKN

Pasien Resume Koding Grouper


ICD-10& ICD
pulang Medis 9CM INA-
CBG

Coded:
Diagnosis: Primary
Secondary INA-CBG
Procedure: Primary
Secondary Contoh : INA-CBGs (Rawat Inap) Prosedur Payudarah
NO Kode INA-CBG Deskripsi
1 L-1-50-I Prosedur pada payudara ringan
2 L-1-50-II Prosedur pada payudara sedang
3 L-1-50-III Prosedur pada payudara berat
PMK No.76 Tahun 2016
Bab II.c
RS Khusus
EPISODE PERAWATAN

RAWAT INAP RAWAT JALAN

Episode adalah jangka waktu perawatan pasien mulai dari


pasien masuk sampai pasien keluar rumah sakit, termasuk
konsultasi dan pemeriksaan dokter, pemeriksaan
penunjang maupun pemeriksaan lainnya.
Episode
1) Episode rawat jalan

Satu episode rawat jalan adalah satu rangkaian pertemuan konsultasi


antara pasien dan dokter serta pemeriksaan penunjang sesuai indikasi
medis dan obat yang diberikan pada hari pelayanan yang sama.
Apabila pemeriksaaan penunjang tidak dapat dilakukan pada hari
yang sama maka tidak dihitung sebagai episode baru.
Pasien yang membawa hasil pada hari pelayanan yang berbeda yang
dilanjutkan dengan konsultasi dan pemeriksaan penunjang lain sesuai
indikasi medis, dianggap sebagai episode baru.
Pelayanaan Berkelanjutan di Rawat Jalan

Radioterapi
Pelayanan Gigi

DIKLAIMKAN SETIAP Kemoterapi


KUNJUNGAN
Transpfusi

Rehab Medik
Rehab Psikososial
d. Pasien yang datang ke rumah sakit
mendapatkan pelayanan rawat jalan pada
satu atau lebih klinik spesialis pada hari
yang sama, terdiri dari satu atau lebih
diagnosis, dimana diagnosis berhubungan
atau tidak berhubungan, dihitung sebagai
satu episode
2. Episode Rawat Inap
a. Perlayanan rawat inap menjadi kelanjutan dari proses
perawatan di rawat jalan atau gawat darurat, maka pelayanan
tersebur sudah termasuk satu episode rawat inap
Ketentuan
tambahan b. Pelayanan IGD lebih dari 6 jam, telah mendapatkan
terkait pelayanan rawat inap dan secara administrasi telah menjadi
pasien rawat inap termasuk episode rawat inap
episode
rawat inap
c. Dalam hal pasien telah mendapatkan pelayanan
rawat inap yang lama perawatan kurang dari 6 jam
dan pasien meninggal termasuk episode rawat inap
2. Ketentuan batal operasi
a. Pasien batal operasi atas alasan medis dan harus dilakukan
rawat inap atas kondisi tersebut maka ditagihkan sebagai
rawat inap dengan diagnosa yang menyebab bata operasi

Pasien
b. Pasien batal operasi atas alasan medis namun dapat
rawat yang dilakukan terapi rawat jalan atau pulang dapat diklaimkan
batal sebagai rawat dengan menggunakan kode Z53,-
operasi
c. Pasien batal operasi atas alasan kurangnya
persiapan operasi oleh FKRTL maka tidak dapat
ditagihkan
PMK No.52 Tahun 2016
Pasal 14
Ayat (1)

Berdasarkan Hospital Based


Rate (HBR) dan Klasifikasi RS
Adjustment pada HBR 2015
:
HBR RS Swasta dibedakan
dari RS Pemerintah dengan
diberikan insentif sebesar
3% pada rawat inap &
sebesar 5% pada rawat
jalan
PMK No.52 Tahun 2016
Pasal 14
Ayat (2)
PMK No.52 Tahun 2016
Pasal 14 ayat 3

S Drug
S Invesigasi

Top-up S Prosedur

Spesial CMG
Kronik

S Prostesis
Sub Akut
Bagaimana kalau pasien peserta JKN naik
kelas perawatan...............?
Tarif INA-CBG adalah Tarif dasar tidak termasuk tarif Top-up
PMK No.4 Tahun 2017

Pasal 1
Ayat (2)
Contoh pasien naik kelas dari
kls 2 ke VIP
PMK No.4 Tahun 2017
Poli Ekskutif
Pasal 1
Ayat (1)
Poli Reguler ke Executive
PMK No.4 Tahun 2017
Pasal 1
Ayat (6)
DOKTER
menegakkan dan menuliskan diagnosis primer dan diagnosis sekunder apabila ada sesuai
dengan ICD 10 serta menulis seluruh prosedur/tindakan yang telah dilaksanakan dan
membuat resume medis pasien secara lengkap dan jelas selama pasien dirawat di rumah
sakit.

KODER
melakukan kodifikasi dari diagnosis dan prosedur/tindakan yang diisi oleh dokter yang
merawat pasien sesuai dengan ICD 10 untuk diagnosa dan ICD 9 CM Up-date 2010 untuk
prosedur/tindakan
Standar Coding INA-CBG
ICD10 ICD9CM Review hasil
Entry data atau pengkodean
Kode Prosedur Utama
import data Kode Diagnosis Utama dan
yang berhubungan
dari data sesuai resume dengan dengan Diagnosis Grouping
warehouse memenuhi aturan coding, Utama dilanjutkan INA CBG
kemudian kode diagnosis dengan mengkode
sekunder prosedur-prosedur
lainnya.

PDX & Additional Dx PPx & other Px Check & group


Patient demographics

Pilihan proses coding Prosedur Utama


Konfirmasi 1.Review seluruh record,
Pada proses ini summary
secara khusus editor digunakan untuk
Identifikasi pasien membuat daftar kode, lalu
berhubungan dengan memeriksa aturan coding
masuk ke software koding
untuk memastikan 2. Mengkode semua Diagnosis Utama. dan kesiapan untuk
grouping. Setelah
data demografi, ID diagnosis selanjutnya Pada episode ini
grouping, dihasilkan
Pasien, episode Mengkode semua Prosedur proses editing coding pengesahan summary
secara berurutan harus meggunakan yang berisi semua data
perawatan sesuai 3. Mengkode baik diagnosis peraturan utk coding casemix yang relevan
maupun prosedur saat
dengan rekam membaca rekam medis.
CBG. Ini termasuk untuk pencetakan dan
jenis kelamin dan usia. penyimpanan
medis yang akan 4.Proses editing harus
dikode mencerminkan aturan
untuk pengkodean diagnosis
Pengkodean kombinasi
ICD menyediakan kategori tertentu tempat dua kondisi, atau sebuah
kondisi dan sebuah proses sekunder yang berhubungan, diwakili oleh
satu kode. Kategori kombinasi itu hendaknya digunakan sebagai kondisi
utama tempat informasi yang sesuai dapat dicatat. Indeks alfabetis
(Vol. 3) menunjukkan tempat kombinasi seperti ini disediakan, yaitu di
bawah indentasi with yang berada tepat setelah istilah utama. Dua
kondisi atau lebih yang dicatat pada kondisi utama bisa dihubungkan
kalau satu kondisi dianggap sebagai pengubah sifat kondisi yang lain.
Hypertension, hypertensive
(accelerated) (benign) (essential)
(idiopathic) (malignant) (primary)
Contoh :
(systemic) I10
- with Hypertensi+RF+CHF
- - heart involvement (conditions in
I51.4I51.9 due to hypertension)
I13 Hypertensive heart and renal disease
(see also Hypertension, heart) I11.9
Includes: any condition in I11.- with any condition in I12.-
- - kidney involvement (see also
disease:
Hypertension, kidney) I12.9
cardiorenal
- - renal sclerosis (conditions in N26.-)
cardiovascular renal
(see also Hypertension, kidney) I12.9
I13.0 Hypertensive heart and renal disease with (congestive)
- - - with
heart failure
- - - - failure (conditions in N18.-, N19.-)
I13.1 Hypertensive heart and renal disease with renal failure
I12.0
I13.2 Hypertensive heart and renal disease with both
- - - - heart involvement (conditions in
(congestive)
I51.4I51.9) see Hypertension,
heart failure and renal failure
cardiorenal
I13.9 Hypertensive heart and renal disease, unspecified
- benign, intracranial G93.2
- cardiorenal (disease) I13.9
- - with
- - - renal failure I13.1
- - - - and heart failure (congestive) I13.2
Contoh : Kriteria : Include = Termasuk
DU : CRF I12 Hypertensive renal disease
DS : Hiper Includes: any condition in N00N07, N18.-, N19 or
N26 due to hypertension
P : USG Abd arteriosclerosis of kidney
Dikode = I12.0 arteriosclerotic nephritis
(chronic)(interstitial)
hypertensive nephropathy
DU : ARF nephrosclerosis
DS : Hiper Excludes: secondary hypertension ( I15.- )
I12.0 Hypertensive renal disease with renal failure
P : USG Abd Hypertensive renal failure
Dikode = I12.9 Hypertensive renal disease without renal failure
Hypertensive renal disease NOS
N17.0+I10
Ischaemic heart diseases (I20-I25)
Note: For morbidity, duration as used in categories I21, I22, I24 and
I25 refers to the interval elapsing between onset of the
ischaemic PMK No.76 Thn 2016
episode and admission to care. For mortality, duration refers
to the interval elapsing between onset and death.
a. Jika dalam ICD 10
Includes: with mention of hypertension ( I10-I15 )
Use additional code, if desired, to identify presence of hypertension.
terdapat catatan Use
I20 Angina pectoris additional code, if
I20.0 Unstable angina
Angina: desired, to identify
crescendo
de novo effort specified condition
worsening effort
Intermediate coronary syndrome
maka kode tersebut
Preinfarction syndrome
I20.1 Angina pectoris with documented spasm
dapat digunakan
Angina: sesuai dengan kondisi
angiospastic
Prinzmetal pasien.
spasm-induced
variant
Kriteria : Excludes
Hypertensive diseases (I10-I15)
Excludes: complicating pregnancy, childbirth and the
puerperium ( O10-O11 , O13-O16 )
involving coronary vessels ( I20-I25 )
neonatal hypertension ( P29.2 )
pulmonary hypertension ( I27.0 )
I10 Essential (primary) hypertension
High blood pressure
Hypertension
(arterial)(benign)(essential)(malignant)(primary)(systemic)
Excludes: involving vessels of:
brain ( I60-I69 )
eye ( H35.0 )
Contoh : Kasus CHF + Acut lung oedema =I50.1
PPOK DAN PNEMONIA
Contoh 1 Contoh 2
Du : COPD Du : COPD
Ds : - Ds : bronchiectasis
Dikoding : J44.9 Dikode : J47
Contoh 3
Du : COPD
Ds : pneumonia
Dikoding : J44.0

Contoh 4
Du : COPD
Ds : Ackut exaserbasi
Ds : pneumonia
Dikoding : J44.1 + J18.9
Sub-group ke-2 menunjukkan tipe kasus (1-9 )

1. Prosedure Rawat Inap Group-1


2. Prosedur Besar Rawat Jalan Group-2
3. Prosedur Signifikan Rawat Jalan Group-3
4. Rawat Inap Bukan Prosedur Group-4
5. Rawat Jalan Bukan Prosedur Group-5
6. Rawat Inap Kebidanan Group-6
7. Rawat Jalan kebidanan Group-7
8. Rawat Inap Neonatal Group-8
9. Rawat Jalan Neonatal Group-9
X. Error Group-10
Rawat inap neonatal
ICD 9 CM

2010
Eksisi adalah suatu tindakan
pengangkatan massa tumor dan
jaringan sehat di sekitarnya .

Biopsi adalah pengambilan jaringan tubuh untuk


pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan jaringan
tersebut bertujuan untuk mendeteksi adanya
penyakit atau mencocokkan jaringan organ
sebelum melakukan transplantasi organ.
Contoh : Omit code = tidak dikoding
Contoh : SC + Sterilization
Aturan koding lainnya
1. Dalam hal bayi lahir dengan tindakan persalinan menggunakan
kode P03.0 P03.6 maka dapat diklaimkan terpisah dari klaim
ibunya.
2. Kontrol Ulang
Dalam hal pasien yang datang untuk kontrol ulang di rawat
jalan dengan diagnosis yang sama pada kunjungan
sebelumnya, ditetapkan sebagai diagnosis utama
menggunakan kode Z dan diagnosis sekunder dikode
sesuai penyakitnya.
Contoh :
Pasien datang ke rumah sakit untuk kontrol Hipertensi.
Diagnosis Utama : Kontrol Ulang
Diagnosis Sekunder : Hipertensi
Dikode kontrol ulang (Z09.8) sebagai diagnosis utama dan
Hipertensi (I10) sebagai diagnosis sekunder.
3. Terapi Berulang
Dalam hal pasien yang datang untuk mendapatkan terapi
berulang di rawat jalan seperti rehabilitasi medik,
rehabilitasi psikososial, hemodialisa, kemoterapi dan
radioterapi ditetapkan sebagai diagnosis utama
menggunakan kode Z dan diagnosis sekunder dikode
sesuai penyakitnya.
Contoh :
Pasien datang ke RS untuk dilakukan kemoterapi karena
Ca. Mammae.
Diagnosis Utama : Kemoterapi
Diagnosis Sekunder : Ca. Mammae
Dikode kemoterapi (Z51.1) sebagai diagnosis utama dan Ca.
Mammae (C50.9) sebagai diagnosis sekunder.
4. Pengkodean untuk persalinan : a. Bila terdapat
penyulit atau komplikasi maka penyulit atau
komplikasi menjadi diagnosis utama
b. Metode persalinan (O80.0-O84.9) sebagai
diagnosis sekunder
c. Outcome persalinan (Z37.0 Z37.9) sebagai
diagnosis sekunder
f. Pasien yang dirawat untuk mengatasi
anemia yang terkait dengan neoplasma dan
perawatan hanya untuk anemia, maka yang
menjadi diagnosis utama adalah neoplasma
sedangkan anemia pada neoplasma (D63.0)
menjadi diagnosis sekunder.
6. Penggunaan kode Z29.0 Isolasi
digunakan untuk kasus orang yang
datang ke rumah sakit untuk melindungi
dirinya dari lingkungannya atau untuk
isolasi individual setelah melakukan
kontak dengan penyakit menular.
7. Pasien yang telah melahirkan di FKTP, namun
dirujuk oleh dokter untuk melakukan tubektomi
interval di FKRTL maka dikode Sterilization
(Z30.2) sebagai diagnosis utama.
8. Pengkodean Thalasemia :
a. Pasien Thalasemia Mayor adalah pasien yang
mempunyai diagnosis utama maupun sekunder
mempunyai kode ICD-10 yaitu D56.1
b. Jika pasien Thalasemia Mayor pada saat kontrol ulang
diberikan obat kelasi besi (Deferipone, Deferoksamin, dan
Deferasirox) maka diinputkan sebagai rawat jalan dengan
menggunakan kode D56.1 sebagai diagnosis utama
9. Pemasangan infus pump Tindakan insertion of totally
hanya menggunakan kode implantable infusion pump (alat
99.18 ditanam dalam tubuh)
menggunakan kode 86.06
Definisi infus pump
Infusion pump adalah peralatan medik yang digunakan untuk
mengontrol pemberian cairan infus secara elektronik. Cairan infus
berupa zat-zat makanan yang diperlukan oleh tubuh, cairan tersebut diberikan karena tubuh
kekurangan zat-zat tersebut.Dengan kondisi pasien yang sangat lemah, maka cairan infus
tersebut diberikan melalui kulit. Jarum penyalur cairan infus ditusuk pada kulit, kemudian
botol penampung cairan akan mengalirkan cairan tersebut sesuai kebutuhan.
Pemberian infus paling sederhana adalah secara manual, yaitu pemberian cairan yang
dikontrol oleh operator dari mulai awal sampai selesai. Hal yang diatur oleh pasien tersebut
meliputi berapa jumlah tetesan atau berapa jumlah mililiter cairan yang harus diberikan.
Dengan kondisi secara manual akan membutuhkan perhatian operator secara serius karena
kemungkinan terjadinya kesalahan akan besar.
Bagaimana mempercepat proses klaim
?.....
Surat Edaran
Nomor HK.02.01/MENKES/125/2017
TENTANG
Tenaga Verifikator Internal Di FKRTL
1. Untuk memperlancar pembayaran atas klaim yang dilakukan
oleh FKRTL sebagai Pemberi Layanan Kesehatan (PPK)
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dapat didukung Tenaga
Verifikator Internal di FKRTL yang berpengalaman untuk
melakukan verifikasi klaim yang akan diajukan oleh FKRTL ke
BPJS Kesehatan
2. FKRTL yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan dapat merekrut
Tenaga Verifikator Independen Program Jamkesmas (VIJ) sebagai
Tenaga Verifikator Internal di lingkungan Pemerintah Daerah
Propinsi, Kabupaten/Kota maupun FKRTL swasta sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan
PROSES KLAIM JKN
Administrasi
Koder

Verif BPJS Verif Independen


Bagaimana dispute klaim ?.....
SE Direktur Pelayanan BPJS Kesehatan
Nomor 51 Tahun 2016
TTG Penatalaksanaan Penyelesaian Dispute Klaim

Jenis Dispute Kantor Cabang Divisi Regional Kantor Pusat

Waktu (hari kerja)

Dispute Koding 5 hari 5 hari 14 hari

Dispute Medis 14 hari 14 hari 21 hari


CARA PENYELESAIAN DISPUTE DI RUMAH SAKIT
KASUS TEMUAN SPI BPJS KESEHATAN
TELAH DISEPAKATI
Sesuai kaidah koding, kode asterisk
dan dagger dikoding
secara bersamaan. Kode dagger
sebagai diagnosa
utama, dan asterisk sebagai
Penggunaan kode dagger dan diagnosa sekunder. Pada
asterix hanya di kode salah satu kondisi diagnosa utama adalah
yang merupakan main condition kode selain kode asterisk
saja
dagger, maka kedua kode asterisk
dan dagger dikoding
sebagai diagnosa sekunder.
(Permenkes 76 tahun 2016)
Sesuai dengan instruksi includes
pada volume I sub bab hypertensive
renal disease (I12) yang menyatakan
Penggunaan kode hanya any condition in N00N07,
kombinasi N18.-, N19 or N26 due to
untuk Essential (primary) hypertension dan juga tidak ada
hypertension dengan Acute instruksi lain di volume
III. Sehingga penggunaan kode acute
renal failure, unspecified renal failure, unspecified (N17.9)
menjadi Hypertensive renal tidak bisa digabung dengan essential
disease with renal failure (primary) hypertension (I10) menjadi
I12.
Penggunaan kode Tidak ada instruksi includes /
kombinasi untuk excludes secara langsung
Pneumonia, unspecified dari kode pneumonia,
dengan Septicaemia, unspecified (J18.9) dengan
unspecified menjadi septicaemia, unspecified
Septicaemia due to (A41.9) baik dari volume I
Streptococcus pneumoniae maupun III.
Penggunaan kode
kombinasi untuk Tidak ada instruksi includes /
Pneumonia, unspecified excludes secara langsung
dengan Asthma, dari kode pneumonia,
unspecified menjadi unspecified (J18.9) dengan
Chronic obstruct asthma (J45) baik dari volume
pulmonary disease with I maupun III. Kedua kode tidak
acute lower respiratory dapat dikombinasi.
infection
Sesuai dengan intruksi pada
volume I sub bab
Penggunaan kode
pneumonia in diseases classified
kombinasi untuk
elsewhere (J17) yang
Pneumonia, unspecified
menyatakan penggunaan
dengan Typhoid fever
pneumonia (due to)(in)
menjadi Localized
typhoid fever mengarah kode
salmonella infections :
dagger (A01.0+) dan
pneumonia+
asterisk (J17.0*). Bukan kode
kombinasi
Tidak ada instruksi includes /
excludes pada kode acute
Penggunaan kode
kombinasi untuk Acute renal failure, unspecified
Renal Failure dengan (N17.9) dengan kode urinary
Urinary tract infection, tract infection, site not
site not specified menjadi
Pyonephrosis specified (N39.0) baik di
volume I maupun III. Bukan
kode kombinasi.
Sesuai dengan instruksi excludes
Rekomendasi kode
pada volume I sub bab other
untuk N39.0 diseases of urinary system (N30-
pada kasus N20.0 N39) yang menyatakan urinary
adalah include infection (complicating) with
cukup kode N20.0 urolithiasis mengarah pada satu
saja kode (N20-N23).
Setuju untuk menggunakan kode
kombinasi, namun bukan J44,1. Lebih
tepat menggunakan kode kombinasi
Rekomendasi kode J44.0. Sesuai dengan instruksi pada
gabung J18.9 volume III yang menyatakan disease -
lung - obstructive (chronic) - with
dan J44.0 menjadi lower respiratory infection
(except influenza) mengarah pada kode
J44.1 chronic obstructive pulmonary disease
with acute lower respiratory infection
(J44.0).
KASUS TINDAKAN YANG DISELESAIKAN
RENCANA TIM TARIF KEDEPAN
Re-Klasifikasi INA-CBG
Reklasifikasi INA-CBG merupakan proses untuk mengelompokkan
ulang kasus-kasus yang ada melalui diagnosis dan prosedur yang
terdapat dalam ICD, untuk disesuaikan dengan norma lokal.

Tim Tarif INA-CBG Kementerian Kesehatan akan


Tariff Team menjadi tim teknis utama dalam penyesuaian logic,
MoHRI
analisis statistic serta pembuatan INA-Grouper
Dalam proses tersebut, asosiasi profesi akan dilibatkan
dalam pembentukan algoritma sesuai dengan
INA-CBG
Reclassification kompetensi
Rumah sakit akan terlibat dalam penyediaan data
costing maupun data billing untuk digunakan dalam
Doctors Hospitals analisis statistic yang menggambarkan homogenitas
hasil reklasifikasi
Tujuan Utama : Indonesian Grouper
CMG CMG
No Case-Mix Main Groups (CMG) No Case-Mix Main Groups (CMG)
Codes Codes
1 Central nervous system Groups G 13 Female reproductive system Groups W
2 Eye and Adnexa Groups H 14 Deleiveries Groups O
3 Ear, nose, mouth & throat Groups U
15 Newborns & Neonates Groups P
4 Respiratory system Groups J
16 Haemopoeitic & immune system Groups D
5 Cardiovascular system Groups I
Myeloproliferative system & neoplasms
6 Digestive system Groups K 17 C
Groups
Hepatobiliary & pancreatic system
7 B 18 Infectious & parasitic diseases Groups A
Groups
Musculoskeletal system & connective 19 Mental Health and Behavioral Groups F
8 M
tissue Groups 20 Substance abuse & dependence Groups T
Skin, subcutaneous tissue & breast
9 L Injuries, poisonings & toxic effects of
Groups 21 S
drugs Groups
Endocrine system, nutrition &
10 E Factors influencing health status & other
metabolism Groups 22 Z
contacts with health services Groups
11 Nephro-urinary System Groups N
12 Male reproductive System Groups V 23 Ambulatory Groups-Episodic Q
Hasil Reklasifikasi
terhadap Tarif INA-CBG

TARIF INA-CBG =
Hospital Base rate x Cost Weight x Adjusment Factor

Re-Klasifikasi
Indonesian Struktur Tarif
Grouper INA-CBG
Update Tarif INA-CBG &
Develop INA-Grouper

2018-2019 : New INA-CBG


2017-2018 : Pengolahan & Grouper
Finalisasi
Pengumpulan &
data Costing RS
2016 : Tariff
Penyesuaian
instrumen costing

2018-2019 :
2017-2018 : Finalization
other MDCs & Trial

2016 :
MDC 12 : EYE & ADNEXA
MDC 13 : ENT & MOUTH Tantangan :
MDC 14 : RESPIRATORY
MDC 29 : PSYCHIATRY o Perbedaan persepsi dengan dokter
o Data yang adekuat
Alur Proses Re-Klasifikasi INA-CBG
ANATOMI DRG
CMG M Algoritma MusculoSkeletal
INA-CBG Existing (1)
CMG M
CMG M Algoritma MusculoSkeletal
CMG M INA-CBG Existing (2)
Algoritma
Musculoskeletal
System &
Connect. Tissue
Thai DRG
[Surgical Part-1]
Benchmark Jumlah PDC & DC
MDC 08 / CMG M
Musculoskeletal System & Connective Tissue

Medical Surgical
Jenis DRG
PDC DC PDC DC
THAI-DRG 17 24 30 34
INA-CBG (exist.) 12 36 (DRG) 13 39 (DRG)
INA-CBG (next) ? ? ? ?
EXPERT PANEL MEETING
dalam Reklasifikasi INA-CBG
Pertemuan antara Perwakilan Organisasi Profesi dgn
Tim Teknis INA-CBG Kementerian Kesehatan RI
1.Mengidentifikasi daftar Diagnosis dari ICD-10 (versi 2010) dan Prosedur dari
ICD-9-CM (versi 2010) yang termasuk ke dalam MDC terkait
2.Melakukan tahapan Mapping & Partitioning ICD untuk menentukan kategori
Surgikal atau Medikal, serta cakupan Rawat Jalan dam/atau Rawat Inap
kepada semua diagnosis dan prosedur
3.Mengidentifikasi Diagnosis atau Prosedur yang beririsan dengan profesi lain
untuk menjadi bahan diskusi bersama selanjutnya
4.Membuat usulan daftar diagnosis/prosedur yang belum ada di ICD dgn kriteria :
Tidak bisa disetarakan dengan kode ICD yang telah ada
Jumlah kasus dan tarif pelayanan RS dapat dilaporkan
Bukan alat dari perkembangan teknologi
5.Membuat daftar PDC (Procedure or Diagnosis Cluster) atau Pengelompokan
Diagnosis atau Prosedur, serta daftar Diagnosis atau Prosedur yang termasuk
dalam setiap PDC
6.Menyusun alur logic sesuai hasil reklasifikasi untuk dijadikan dasar dalam
pembuatan INA-Grouper
Output
Expert Panel Meeting
1. Daftar kode ICD-10 (diagnosis) & ICD-9-CM
(prosedur) yg masuk dalam Disease & Disorder of
The Musculoskeletal System & Connective Tissue
2. Daftar hasil mapping kode ICD :
Rawat Jalan / Rawat Inap / Rawat Jalan & Inap
3. Daftar PDC (Procedure Cluster & Diagnosis Cluster)
4. Daftar hasil Partitioning kode ICD ke setiap PDC
(dalam template excell)
5. Algoritma pengklasifikasian (acuan logic grouper)
Eye & Adnexa

Procedure or Diagnosis Cluster (PDC) in INA-CBG


Before and After Reclassification
Partition BEFORE (existing) AFTER
1 Retina Procedures
2 Glaucoma & Cataract Complex Procedures
3 Major Corneal, Scleral, Conjunctival Procedures
4 Enucleation & Orbital Procedures
5 Lens Procedures
1. Prosedur Ekstraokuler dan Mata
Procedure 6 Eyelid Procedures
2. Prosedur Lensa dan Intra Okuler
7 Dacriocystorhinostomy Procedures
8 Other Corneal, Scleral, Conjuntival Procedures
9 Strabismus Procedures
10 Lacrimal Procedures
11 Other Eye Procedures
1 Acute & Major Infections
1. Infeksi Mata Akut Mayor 2 Neurological Vascular Disorder of Eye
Diagnosis 2. Gangguan Persarafan Mata 3 Hyphema & Medically Managed Trauma
3. Gangguan Mata Lain-lain 4 Malignancy of Eye
5 Other Disorder of Eye
Psychiatry

Procedure & Diagnosis Cluster (PDC) in INA-CBG


Before and After Reclassification
Partition BEFORE (Existing) AFTER
1 Schizophrenia 1 Dementia and other organic disorder
2 Major Depression 2 Substance Abuse And Addiction Disorder
3 Personality Disorder 3 Schizophrenia and Schizoaffective Disorder
4 Bipolar disorder including mania 4 Mood and Bipolar Disorder
5 Depressive disorders 5 Anxiety Disorder and Other Neurosis
6 Phobia anxiety and other neuroses 6 Somatoform Disorder
Dementia & other organc brain disturbance
7 7 Eating Disorder
Diagnosis including mental retardation
8 Childhood mental disorders 8 Sleep Disorder
9 Anorexia nervosa and bulimia 9 Sexual Disorder
10 Other mental and behavioral disorders 10 Other Mental Disorder
11 Personality Disorder
12 Impulse Control Disorder
13 Mental Retardation
14 Childhood and Adolescent Disorder
Procedure - Substance detoxification and rehabilitation
ENT & Dentistry

Procedure or Diagnosis Cluster (PDC) in INA-CBG


Before and After Reclassification
BEFORE (Existing) AFTER
1 Tumor Kerongkongan, Mulut, Hidung dan Telinga 1 Malignancy
2 Disequilibrium 2 ENT Trauma & Deformity
3 Epistaxis 3 Otitis Media & Upper Respiratory Infection
4 Peradangan Epiglotis, Telinga Tengah, ISPA & Laringotrakeitis 4 Epiglotitis & Celulitis of Face-Neck
5 Diagnosis Tenggorokan, Mulut, Hidung dan Telinga 5 Benign Neoplasm
6 Hearing Impairment*
7 Epistaxis
8 Hard Tissue in Oral Cavity
9 Other ENT-Mouth Diagnosis
10 Disequilibrium
11 Soft Tissue in Oral Cavity
ENT & Dentistry

Procedure or Diagnosis Cluster (PDC) in INA-CBG


Before & After Reclassification
BEFORE (Existing) AFTER
1 Prosedur Komplek Laring 1 Laryngectomy
2 Prosedur komplek Leher & Kepala 2 Tracheostomy
3 Prosedur Mastoid & Sinus 3 Major Head & Neck Proc
4 Prosedur Tonsil & Adenoid 4 Major Nose & Sinus Proc
5 Prosedur Tenggorokan, Mulut, Hidung dan Telinga Lain-lain 5 Maxillo-Facial Surgery
6 Inner Ear Proc
7 Tympanoplasty, Mastoidectomy, & Middle Ear Proc
8 Proc for Rhinosinusitis & Nasal Polyp
9 Pharingeal & Laryngeal Proc
10 Cleft Lip & Palate Repair
11 Rhinoplasty*
12 Tonsil &/ Adenoidectomy
13 Minor Nose & Sinus Proc
14 Myringotomy w/ Ear Insertion & Other Ear Proc
15 Oral Surgery Proc
16 Salivary Proc
17 Misc. ENT & Mouth Proc
18 Minor Head & Neck Proc
19 Conservative Oral Dental Proc
20 Hearing & Vestibular Assessment
21 Rehabilitative Oral & Dental Proc
22 Other ENT & Mouth Non-OR Proc
ENT & Dentistry

Procedure or Diagnosis Cluster (PDC) in INA-CBG


Before & After Reclassification
BEFORE (Existing) AFTER
1 Prosedur Komplek Laring 1 Laryngectomy
2 Prosedur komplek Leher & Kepala 2 Tracheostomy
3 Prosedur Mastoid & Sinus 3 Major Head & Neck Proc
4 Prosedur Tonsil & Adenoid 4 Major Nose & Sinus Proc
5 Prosedur Tenggorokan, Mulut, Hidung dan Telinga Lain-lain 5 Maxillo-Facial Surgery
6 Inner Ear Proc
7 Tympanoplasty, Mastoidectomy, & Middle Ear Proc
8 Proc for Rhinosinusitis & Nasal Polyp
9 Pharingeal & Laryngeal Proc
10 Cleft Lip & Palate Repair
11 Rhinoplasty*
12 Tonsil &/ Adenoidectomy
13 Minor Nose & Sinus Proc
14 Myringotomy w/ Ear Insertion & Other Ear Proc
15 Oral Surgery Proc
16 Salivary Proc
17 Misc. ENT & Mouth Proc
18 Minor Head & Neck Proc
19 Conservative Oral Dental Proc
20 Hearing & Vestibular Assessment
21 Rehabilitative Oral & Dental Proc
22 Other ENT & Mouth Non-OR Proc
Digestive System

Procedure or Diagnosis Cluster (PDC) in INA-CBG


Before and After Reclassification
BEFORE (Existing) AFTER
1 Digestive Neoplasm 1 Malignancy
2 Gastritis & Peptic Ulcer 2 G.I. Haemorrhage
3 Disease of Esophagus 3 Complicated Peptic Ulcer
4 Diverticulitis, Diverticulosis & Inflammatory Diseases of Intestine 4 Uncomplicated Peptic Ulcer
5 Gastrointestinal Vascular Disorder 5 Inflammatory Bowel Diseases
6 Gastrointestinal Obstruction 6 G.I. Obstruction
7 Major Infections of Gastrointestines 7 Gastroenteritis
8 Gastroenteritis & Abdominal Pain 8 Misc. Digestive Disorder
9 Other Digestive System Disorders 9 Other Digestive System Disorder
10 Abdominal Pain or Mesenteric Adenitis
11 Intestinal Helminthiases
12 Esophagitis, Gastritis & Dyspepsia
Digestive System
Procedure or Diagnosis Cluster (PDC) in INA-CBG
Before & After Reclassification
BEFORE (Existing) AFTER
1 Simple Small & Large Bowell Operation 1 Lap. Stomach, Eso & Duodenum
2 Peritoneal Adhesiolysis 2 Stomach, Eso & Duodenum
3 Hernia Operation Excluding Inguinal & Femoral 3 Other Stomach, Eso & Duodenum
4 Appendix Operation 4 Lap. Rectal Resection
5 Inguinal & Femoral Hernia Repair 5 Rectal Resection
6 Complex Intestinal Operation 6 Major Small and Large Bowel
7 Simple Stomach Esophageal & Duodenal Operation 7 Lap. Major Small and Large Bowel
8 Other Operation of Digestive System 8 Lap. Peritoneal Adhesiolysis
9 Anal Operation 9 Other Digestive System OR Procedures
10 EGD with Complex Procedures
11 Minor Small and Large Bowel
12 Peritoneal Adhesiolysis
13 Lap. Appendectomy
14 Appendectomy
15 Hernia Procedures
16 Lap. Hernia Procedures
17 EGD
18 Complex Therapeutic Colonoscopy
19 Other Colonoscopy
20 Anal Procedure
21 Stoma Procedure
22 Other Digestive System OR Procedure
Hepatobiliary System
Procedure or Diagnosis Cluster (PDC) in INA-CBG
Before & After Reclassification
Partition BEFORE (Existing) AFTER
1 Pencangkokan Hati 1 Laparoscopic Pancreas, Liver Resection
2 Prosedur Hati dan Pankreas 2 Pancreas, Liver Resection
3 Prosedur Saluran Empedu Komplek 3 Biliary Tract Procedure
4 Cholesistektomi tanpa Laparoskopik 4 Pancreas & Liver Procedure except Resection
5 Prosedur Pankreas dan Hepatobiliary Lain-lain 5 Laparoscopic Cholesystectomy
Procedure
6 Cholesistektomi dengan Laparoskopik 6 Cholesystectomy

7 Hepatobilary Diagnostic Procedures

8 Other Hepatobiliary and Pancreas Proc.

9 ERCP with Theurapeutic Procedures

10 ERCP

1 Sirosis Hati dan Hepatitis Alkoholik 1 Cirrochis and Alcoholic Hepatitis

2 Tumor Sistem Hepatobiliary dan Pankreas 2 Malignancy of Hepatobiliary or Pancreas

Diagnosis 3 Gangguan Pankreas Selain Tumor 3 Disorder of Pancreas, except Malignancy


Disorder of Liver, except Malignancy, Cirrochis,
4 Gangguan Hati dan Lin-lain 4
Alcoholic Hepatitis
5 Gangguan Saluran Empedu Lain-lain 5 Disorder of Biliary Tract
TERIMA
KASIH

JAMINAN
KESEHATAN
NASIONAL

Untuk Indonesia yang lebih sehat

110

Anda mungkin juga menyukai