Anda di halaman 1dari 62

LAPORAN KASUS

TUBERKULOSIS PARU

Disusun Oleh :Evi Meliana Ita (15710351)


Pembimbing : DR. dr. PWM Olly Indrayani , Sp.PD

Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya


SMF Ilmu Penyakit Dalam RS TK.II dr.Soepraoen Malang
2016
ANAMNESA
Nama : Ny.Juarsih
Umur : 63 tahun
Agama : islam
Pekerjaan :-
Alamat : Mergen XXI/ 43, Malang
No RM : 270221
Status : Jamkesda
MRS : 26 juli 2016
KU : Sesak
RPS : pasien datang ke IGD diantar oleh keluarganya dengan
keluhan sesak, sesak dirasakaan sejak 3 hari yang lalu sesak disertai
pusing, mual, lemas, demam dan batuk. Batuk berdahak berwarna
bening dengan volume dahak kurang lebih 1 sendok makan. Batuk
bersifat hilang timbul dan kumat-kumatan. Pasien juga merasakan
lemas sejak 1 minggu yang lalu. Pasien mengeluh mual 4 hari yang
lalu. Makin bertambah mual bila telat makan. Pasien merasa nafsu
makannya berkurang dan merasa mengalami penurunan berat badan.
Pasien sering keringatan dimalam hari. Nyeri dada (-) BAB lancar,
BAK lancar.
ANAMNESA
Riwayat penyakit dahulu :
1. Tbc (+) 25 tahun yang lalu dan dinyatakan sembuh oleh dokter
2. HT ( - )
3. DM ( - )
4. Asma ( - )
Riwayat alergi : pasien tidak ada alergi obat maupun
makanan
Riwayat keluarga : riwayat Tuberkulosis paru disangkal,
sesak atau asma pada keluarga disangkal
DM dan hipertensi disangkal
Riwayat Pengobatan : pasien belum minum obat apapun
Riwayat Sosial : riwayat kontak dengan teman kerja yang
mengidap TB
Riwayat pekerjaan : pasien seorang ibu rumah tangga.
PEMERIKSAAN FISIK
( Tanggal 26-07-2016)
Kesadaran : Compos Mentis
GCS 4/5/6
BB 45 kg, TB 154 cm, IMT 18.97

Tanda-Tanda Vital
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 114x/menit
Resp rate : 22x/menit
Suhu : 37,3 C

Kepala :
Anemis/ikterus/sianosis : -/-/-/
Kepala / leher : Ikterik :-
Bentuk : oval, simetris
(+)
Telinga
Warna rambut : putih
beruban Pendengaran :
DBN
Mata
Pupil : isokor
Hidung
Reflek cahaya :+/+
Pernapasan cuping hidung (-)
Konjungtiva palpebra pucat : -
Mulut Leher
Purse lips breathing (-) Deviasi trakea (-)
Bibir sedikit kering JVP tidak meningkat
Bibir cianosis (-) Pembesaran KGB (-)
Lidah kotor (-) Massa (-)
THORAKS
Bentuk : simetris
Spider nevi (-)
Pembesaran kelenjar getah bening aksilla (-)
Rambut ketiak rontok (-)

PARU
Perkusi
Inspeksi Suara perkusi : sonor pada seluruh
Bentuk : simetris lapang paru
Gerak nafas simetris
Retraksi ICS (-) Auskultasi
Otot bantu pernapasan (-) Suara nafas: Vesikuler / suara nafas kiri
menurun + (kasar ) -
Palpasi Rhonki : + ( kasar ) -
Gerak nafas : simetris
+ (kasar) -
Stem fremitus : simetris

Wheezing :
+ -
- -
- -
Pemeriksaan Fisik Jantung

Inspeksi : ictus cordis tidak terliha


Palpasi : ictus cordis teraba di ICS 5 mid
clavicula sinistra

Perkusi :
batas atas : setinggi ICS 2
batas kiri : ICS 5 midclavicular line sinistra
batas kanan : ICS IV Parasternal line dekstra
piggang jantung : ICS III sternal line sinistra

Auskultasi :
Irama jantung : S1 S2 tunggal reguler
murmur(-)
gallop(-)
Abdomen
Inspeksi Palpasi
Bentuk flat Dinding perut supel
(+)
Umbilicus tidak
menonjol Hepar tidak teraba
Ascites (-) Lien tidak teraba
Nyeri tekan (-) pada
seluruh lapang perut
Auskultasi
BU (+) 7 x/menit
Perkusi
Bruit (-)
Meteorismus (-)
Shifting dullness (-)
Ekstremitas
Atas Bawah

Kanan Kiri Kanan Kiri


Tremor - - - -

Edema - - - -

Varises - - - -

Reflek fisiologis + + + +

Reflek patologis - - - -

Jari tabuh - - - -

Kuku - - - -

rash - - - -
Diagnosa
TB paru
Diagnosis banding
2. sopt
2. PPOK
Planning diagnosa
1. Cek Sputum SPS
2. Foto thorax
3. CT scan
4. Tes fungsi paru
Planning terapi
1. NS 20 tpm
2. OAT kategori 1 2HRZE/4H3R3
4FDC 1x3tab
(isoniazid 75 mg, rifampicin 150mg, pirazinamid 400 mg, etambutol
275 mg)
3. vit B6 1x1 tab
Planning monitoring
1. ku
2. ttv
3. sputum
Rencana Pemeriksaan
Penunjang
Sputum BTA
Foto Thoraks PA
Lab : Darah Lengkap
Pemeriksaan penunjang laboratorium
26/07/2016

PARAMETER HASIL NILAI RUJUKAN

Leukosit 13,740 (4-10.000)

Hb 14,1 (L: 14,4-17,5)/(P: 12,0-15,3 g/dl)

Trombosit 139.000 (150-450 ribu)

PCV 42,3 (40-50 %)


Pemeriksaan penunjang laboratorium
30/07/2016
parameter Hasil Nilai Rujukan
Hemoglobin 11,4 (L: 14,4-17,5)/(P: 12,0-
15,3 g/dl)

Leukosit 11. 530 (4-10.000)

LED 32 (4 20 )
Trombosit 167, 000 (150-450 ribu)

PCV 35, 0 (40-50 %)

Ureum 18 ( 15 45 )
Kreatinin 0, 74 ( 0,70 -1, 40 )
SGOT 29 ( < 33 )
SGPT 31 ( < 42 )
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
30/03/2016

Radiologi throrax
Kesan :

trakea posisi ditengah

cor : CTR ratio tak membesar


pulmo : corakan bronkhovaskular
kasar, tampak infiltrate
dengan cavitas
:sinus phrenicostalis kanan kiri
tajam
:hemidiaphragma kiri, kanan baik

kesimpulan : kp aktive
SPUTUM
Resume
Telah diperiksa wanita usia 58 thn dengan keluhan utama batuk.
Dari anamnesis didapatkan :

batuk berdahak warna bening


malaise
Nausea
febris
Sering berkeringat malam hari
Pasien mengalami penurunan nafsu makan dan merasa mengalami
penurunan berat badan
riwayat kontak teman kerja yang mengidap TB
Riwayat TB 25 tahun yang lalu
Dari pemeriksaan fisik didapatkan
A. suara nafas kiri menurun

Rhonki : + (kasar) -
+ (kasar) -
+ (kasar) -

Wheezing : + -
- -
- -

Dari foto torax didapatkan : tb aktif


Dari Sputum sps didapatkan negative
Dari pemeriksaan lab di dapatkan
parameter Hasil
Hemoglobin 11,4 ( menurun)
Leukosit 11. 530 (meningkat )
LED 32 (meningkat )
Trombosit 167, 000
PCV 35, 0 (menurun )
Ureum 18
Kreatinin 0, 74
SGOT 29
SGPT 31
Definisi
Tuberculosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan
oleh kuman dari kelompok Mycobacterium yaitu Mycobacterium
tuberculosis. Kelompok bakteri Mycobacterium selain Mycobacterium
tuberculosis bisa menimbulkan gangguan pada saluran nafas dikenal
sebagai MOTT (Mycobacterium Other Than Tuberculosis) yang
terkadang bisa mengganggu penegakan diagnosis dan pengobatan TB.

( Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis, 2014)


Definisi pasien TB

Adalah seorang pasien TB yang dikelompokkan berdasar hasil pemeriksaan contoh uji
biologinya dengan pemeriksaan mikroskop langsung, biakan atau tes diagnostic cepat
yang direkomendasi oleh Kemenkes RI (misalnya : GeneXpert)
Termasuk dalam kelompok pasien ini adalah :
a. Pasien TB paru BTA positif
b. Pasien TB paru hasil biakan M.tb positif
c. Pasien TB paru hasil tes cepat M.tb positif
d. Pasien TB esktraparu terkonfirmasi secara bakteriologis, baik dengan BTA, biakan
maupun tes cepat dari contoh uji jaringan terkena
e. TB anak yang terdiagnosis dengan pemeriksaan bakteriologis

Catatan : semua pasien yang memenuhi definisi tersebut diatas harus dicatat tanpa memandang
apakah pengobatan TB sudah dimulai apa belum

( Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis, 2014)


Pasien TB terdiagnosis secara klinis

Adalah pasien yang tidak memenuhi kriteria terdiagnosis secara


baketriologis tetapi didiagnosis sebagai pasien TB aktif oleh dokter.
Termasuk dalam kelompok pasien ini adalah :
a. Pasien TB paru BTA negative dengn hasil pemeriksaan foro toraks
mendukung TB
b. Pasien TB ekstraparu yang terdiagnosis secara klinis maupun
laboratoris dan histopatologis tanpa konfirmasi bakteriologis
c. TB anak dengan sistim skoring

( Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis, 2014)


Cara penularan TB :

a. Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif melalui percik renik


dahak yang dikeluarkannya. Namun, bukan berarti bahwa pasien TB
dengan hasil pemeriksaan BTA negatif tidak mengandung kuman dalam
dahaknya. Hal tersebut bisa saja terjadi oleh karena jumlah kuman yang
terkandung dalam contoh uji dari 5.000 kuman/cc dahak sehingga
sulit dideteksi melalui pemeriksaan mikroskopis langsung.

( Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis, 2014)


b. Pasien TB dengan BTA negatif juga masih memiliki kemungkinan
menularkan penyakit TB. Tingkat penularan pasien TB BTA positif adalah
65%, pasien TB BTA negatif dengan hasil kultur positif adalah 26%
sedangkan pasien TB dengan hasil kultur negatif dan foto Toraks positif
adalah 17%.

( Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis, 2014)


c. Infeksi akan terjadi apabila orang lain menghirup udara yang
mengandung percik renik dahak yang infeksius tersebut
d. pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara
dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei/percik renik). Sekali batuk
dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak

( Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis, 2014)


Tabel 1. Perjalanan Alamiah TB ( Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis, 2014)
a. Paparan
Peluang peningkatan 1. Jumlah kasus menular di masyarakat
paparan terkait 2. Peluang kontak dengan kasus menular
dengan: 3. Tingkat daya tular dahak sumber penularan
4. Intensitas batuk sumber penularan
5. Kedekatan kontak dengan sumber penularan
6. Lamanya waktu kontak dengan sumber penularan
7. Faktor lingkungan: konsentrasi kuman diudara (ventilasi, sinar
ultra violet, penyaringan adalah faktor yang dapat menurunkan
konsentrasi)
Catatan: Paparan kepada pasien TB menular merupakan syarat untuk terinfeksi. Setelah
terinfeksi, ada beberapa faktor yang menentukan seseorang akan terinfeksi saja, menjadi sakit
dan kemungkinan meninggal dunia karena TB.
b. infeksi
Reaksi daya tahan tubuh akan terjadi setelah 6 14 minggu setelah infeksi *Reaksi immunologi
(lokal) Kuman TB memasuki alveoli dan ditangkap oleh makrofag dan kemudian berlangsung
reaksi antigen antibody.
*Reaksi immunologi (umum) Delayed hypersensitivity (hasil Tuberkulin tes menjadi positif)
*Lesi umumnya sembuh total namun dapat saja kuman tetap hidup dalam lesi tersebut
(dormant) dan suatu saat dapat aktif kembali.
*Penyebaran melalui aliran darah atau getah bening dapat terjadi sebelum penyembuhan lesi
c. Sakit TB
Faktor Perjalanan
risiko untuk Alamiah
1. TB Pada Manusia.
Konsentrasi / jumlahTerdapat 4 tahapan
kuman yang terhirup perjalanan
menjadialamiah
sakit TBpenyakit2. Lamanya waktu sejak terinfeksi
adalah tergantung dari 3. Usia seseorang yang terinfeksi
: 4. Tingkat daya tahan tubuh seseorang. Seseorang dengan daya
tahan tubuh yang rendah diantaranya infeksi HIV/AIDS dan
malnutrisi (gizi buruk) akan memudahkan berkembangnya TB aktif
(sakit TB). Bila jumlah orang terinfeksi HIV meningkat, maka
jumlah pasien TB akan meningkat, dengan demikian penularan TB
di masyarakat akan meningkat pula
Catatan: Hanya sekitar 10% yang terinfeksi TB akan menjadi sakit TB. Namun bila seorang
dengan HIV positif akan meningkatkan kejadian TB melalui proses reaktifasi. TB umumnya
terjadi pada paru (TB Paru). Namun, penyebaran melalui aliran darah atau getah bening dapat
menyebabkan terjadinya TB diluar organ paru (TB Ekstra Paru). Apabila penyebaran secara
masif melalui aliran darah dapat menyebabkan semua organ tubuh terkena (TB milier).
d. Meninggal dunia
Faktor risiko kematian karena TB: 1. Akibat dari keterlambatan diagnosis
2. Pengobatan tidak adekuat
3. Adanya kondisi kesehatan awal yang buruk
atau penyakit penyerta
Catatan: Pasien TB tanpa pengobatan, 50% akan meninggal dan risiko ini meningkat pada
pasien dengan HIV positif.
Upaya Pengendalian TB Sejalan dengan meningkatnya kasus TB, pada
awal tahun 1990-an WHO dan IUATLD mengembangkan strategi
pengendalian TB yang dikenal sebagai strategi DOTS (Directly Observed
Treatment Short-course).

( Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis, 2014)


Strategi DOTS terdiri dari :

1) Komitmen politis, dengan peningkatan dan kesinambungan


pendanaan.
2) Penemuan kasus melalui pemeriksaan dahak mikroskopis yang
terjamin mutunya.
3) Pengobatan yang standar, dengan supervisi dan dukungan bagi
pasien.
4) Sistem pengelolaan dan ketersediaan OAT yang efektif.
5) Sistem monitoring, pencatatan dan pelaporan yang mampu
memberikan penilaian terhadap hasil pengobatan pasien dan kinerja
program.

( Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis, 2014)


Diagnosis :

Pemeriksaan dahak

a. pemeriksaan mikroskopis langsung.


pemeriksaan dahak untuk penegakan diagnosis dilakukan dengan
mengumpulkan 3 contoh uji dahak yang dikumpulkan dalam dua hari
kunjungan yang berurutan berupa dahak sewaktu-pagi-sewaktu

( Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis, 2014)


S (sewaktu) : dahak ditampung pada saat terduga pasien TB datang
berkunjung pertama kali ke fasyankes. Pada saat pulang, terduga pasien
membawa sebuah pot dahak untuk menampung dahak pagi pada hari
kedua
P (pagi) : dahak ditampung di rumah pada hari kedua, segera setelah
bangun tidur. Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di
fasyankes
S (sewaktu): dahak ditampung di fasyankes pada hari kedua, saat
menyerahkan dahak pagi

( Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis, 2014)


b. Pemeriksaan biakan

Untuk identifikasi Mycobacterium tuberculosis (M.tb) dimaksudkan


untuk mengakkan diagnosis pasti pada pasien TB paru, pada pasien
tertentu, missal :
* pasien TB ekstra paru
* pasien TB anak
* pasien TB dengan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis langsung BTA
negatif

( Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis, 2014)


Diagnosis tuberkulosis pada orang dewasa :

1. diagnosis TB paru
* Dalam upaya pengendalian TB secara nasional, maka diagnosis TB paru pada
orang dewasa harus ditegakkan terlebih dahulu dengan pemeriksaan mikroskopis
langsung, biakan dan tes cepat

*Apabila pemeriksaan secara bakteriologis hasilnya negative, maka penegakan


diagnosis TB dapat dilakukan secara klinis menggunakan pemeriksaan klinis dan
penunjang (setidak-tidaknya foto toraks) yang sesuai dan ditetapkan oleh dokter
yang terlatih TB

( Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis, 2014)


Pemeriksaan dahak mikroskopis langsung :
* untuk kepentingan diagnosis dengan cara pemeriksaan dahak secara
mikroskopis langsung, terduga pasien TB diperiksa contoh uji dahak SPS
(Sewaktu Pagi Sewaktu)
* ditetapkan sebagai pasien TB apabila minimal 1 (satu) dari
pemeriksaan contoh uji dahak SPS hasilnya BTA positif

( Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis, 2014)


2. diagnose TB ekstra paru :

* gejala dan keluhan tergantung pada organ yang terkena, misalnya


kaku kuduk pada meningitis TB, nyeri dada pada TB Pleura (pleuritis),
pembesaran kelenjar limfe superfisialis pada limfadenitis TV serta
deformitas tulang belakang (gibbus) pada spondylitis TB dan lain-lainnya

*Diagnosis pasti pada pasien TV ekstra paru ditegakkan dengan


pemeriksaan klinis, bakteriologis, dan atau hisptopatologis dari contoh
uji dari organ tubuh yang terkena

*dilakukan pemeriksaan bakteriologis apabila ditemukan keluhan dan


gejala yang sesuai untuk menemukan adanya kemungkinan TB paru

( Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis, 2014)


Klasifisikasi :

Klasifikasi pasien TB, diklasifikasikan menurut :


a. lokasi anatomi dari penyakit
b. riwayat pengobatan sebelumnya
c. hasil pemeriksaan uji kepekaan obat
d. status HIV

a. Klasifikasi Berdasarkan Lokasi Anatomi Dari Penyakit

Tuberkulosis paru adalah TB yang terjadi pada parenkim (jaringan paru)


Tuberkulosis ekstra paru adalah TB yang terjadi pada organ selain paru, misalnya :
pleura, kelenjar limfe, abdomen, saluran kencing, kulit, sendi, selaput otak dan tulang

( Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis, 2014)


b. Klasifikasi Berdasarkan Riwayat Pengobatan Sebelumnya

* pasien baru TB : adalah pasien yang belum pernah mendapatkan


pengobatan TB sebelumnya atau sudah pernah menelan OAT namun
kurang lebih 1 bulan (<dari 28 dosis)
*pasien yang pernah diobati TB : adalah pasien yang sebelumnya
pernah menelan OAT salaam 1 bulan atau lebih
+ pasien kambuh adalah pasien TB yang pernah dinyatakan sembuh atau
pengobatan lengkap dan didiagnosis TB berdasarkan hasil pemeriksaan
bakteriologis atau klinis

( Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis, 2014)


+ pasien yang diobati kembali setelah gagal : adalah pasien TB yang pernah
diobati dan dinyatakan gagal pada pengobatan terakhir
+ pasien yang diobati kembali setelah putus berobat (lost to follow up) :
adalah pasien yag pernah diobati dan dinyatakan lost to follow up (dikenal
sebagai pengobatan pasien setelah putus berobat/default
+ lain-lain : adalah pasien TB yang pernah diobati namun hasil akhir
pengobatan sebelumnya tidak diketahui

( Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis, 2014)


c. Klasifikasi Berdasarkan Hasil Pemeriksaan Uji Kepekaan Obat

Pengelompokan pasien disini berdasarkan hasil uji kepekaan contoh uji


dari Mycobacterium tuberculosis terhadap OAT dan dapat berupa :
Mono resistan (TB MR): resistan terhadap salah satu jenis OAT lini
pertama saja
Poli resistan (TB PR): resistan terhadap lebih dari satu jenis OAT lini
pertama selain Isoniazid (H) dan Rifampisin (R) secara bersamaan

( Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis, 2014)


Multi drug resistan (TB MDR): resistan terhadap Isoniazid (H) dan
Rifampisin (R) secara bersamaan
Extensive drug resistan (TB XDR): adalah TB MDR yang sekaligus juga
resistan terhadap salah satu OAT golongan fluorokuinolon dan minimal
salah satu dari OAT lini kedua jenis suntikan (Kanamisin, Kapreomisin
dan Amikasin)
Resistan Rifampisin (TB RR): resistan terhadap Rifampisin dengan atau
tanpa resistensi terhadap OAT lain yang terdeteksi menggunakan
metode genotip (tes cepat) atau metode fenotip (konvensional)

( Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis, 2014)


d. Klasifikasi Pasien TB Berdasarkan Status HIV

1. pasien TB dengan HIV positif adalah pasien TB dengan :


* hasil tes HIV positif sebelumnya atau
* hasil tes HIV positif pada saat diagnosis

2. pasien TB dengan HIV negatif adalah pasien TB dengan :


* hasil tes HIV negative sebelumnya atau
*hasil tes HIV pada saat diagnosis

Catatan : apabila pada pemeriksaan selanjutnya ternyata hasil tes HIV menjadi positif, pasien harus disesuaikan
kembali kalsifikasinya sebagai pasien TB dengan HIV positif

( Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis, 2014)


3. pasien TB dengan status HIV tidak diketahui adalah pasien TB tanpa
ada bukti pendukung hasil tes HIV saat diagnosis TB ditetapkan

Catatan : apabila ada pemeriksaan selanjutnya dapat diperoleh hasil tes HIV pasien, pasien
harus disesuaikan kembali klasifikasinya berdasarkan hasil tes HIV terakhir

( Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis, 2014)


Penatalaksanaan
Tahapan pengobatan TB

Tahap awal : pengobatan diberikan setiap hari. Pengobatan tahap awal


pada semua pasien baru, harus diberikan selama 2 bulan
regimen 2 HRZE
Tahap lanjutan : pengobatan tahap lanjutan merupakan tahap yang penting
untuk membunuh sisa-sisa kuman yang masih ada dalam tubuh khususnya
kuman persister sehingga pasien dapat sembuh dan mencegah terjadinya
kekambuhan
regimen 4(HR)3

( Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis, 2014)


Paduan OAT yang digunakan di Indonesia

Paduan OAT yang digunakan di Indonesia (sesuai rekomendasi WHO ) Paduan OAT yang
digunakan oleh Program Nasional Pengendalian Tuberkulosis di Indonesia adalah :
Kategori 1 : 2 (HRZE)/4(HR)3
Kategori 2 : 2 (HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3
Kategori anak : 2(HRZ)/4(HR) atau 2HRZA (S)/4-10 HR
Obat yang digunakan dalam tatalaksana pasien TB resitan obat di Indonesia terdiri
dari OAT lini ke-2 yaitu Kanamisin, Kapreomisin, Levofloksasin, Etionamide,
Sikloserin, Moksifloksasin dan PAS, serta OAT lini 1 yaitu Pirazinamid dan Etambutol

( Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis, 2014)


Pemantauan kemajuan dan hasil pengobatan TB

Pemantauan kemajuan dan hasil pengobatan pada orang dewasa


dilaksanakan dengan pemeriksaan ulang dahak secara mikroskopis.
Laju Endap Darah (LED) tidak digunakan untuk memantau kemajuan
pengobatan karena tidak spesifik untuk TB.
Untuk memantau kemajuan pengobatan dilakukan pemeriksaan dua
contoh uji dahak (sewaktu dan pagi).
Hasil pemeriksaan dinyatakan negatif bila ke 2 contoh uji dahak tersebut
negatif. Bila salah satu contoh uji positif atau keduanya positif, hasil
pemeriksaan ulang dahak tersebut dinyatakan positif.

( Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis, 2014)


Pemeriksaan ulang dahak pasien TB BTA positif merupakan suatu cara
terpenting untuk menilai hasil kemajuan pengobatan.
Setelah pengobatan tahap awal, tanpa memperhatikan hasil
pemeriksaan ulang dahak apakah masih tetap BTA positif atau sudah
menjadi BTA negatif, pasien harus memulai pengobatan tahap lanjutan
(tanpa pemberian OAT sisipan apabila tidak mengalami konversi).
Pada semua pasien TB BTA positif, pemeriksaan ulang dahak selanjutnya
dilakukan pada bulan ke 5.

( Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis, 2014)


Apabila hasilnya negatif, pengobatan dilanjutkan hingga seluruh dosis
pengobatan selesai dan dilakukan pemeriksaan ulang dahak kembali
pada akhir pengobatan.

( Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis, 2014)


Evaluasi Pengobatan (Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis, 2014)
( Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis, 2014)
Komplikasi

oEmpiema
oTuberkulosis pada organ lain
oKor pulmonale

(Pedoman Diagnosis dan Terapi SMF Ilmu Penyakit Paru, 2005)


oPneumotoraks
oEfusi pleura

(Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Tuberkulosis di Indonesia, 2006)


Daftar Pustaka
Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis.Jakarta.Kemenkes.2014

Pedoman Diagnosis Dan Penatalaksanaan Tuberkulosis Di


Indonesia.Jakarta.Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.2006

Pedoman Diagnosis dan Terapi SMF Ilmu Penyakit Paru.Surabaya.Rumah


Sakit Dokter Soetomo.2005

World Health Organization. Treatment of Tuberculosis: Guidelines


for National Program. 2003
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai