Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

Anestesi (pembiusan; berasal dari bahasa Yunani an-


"tidak, tanpa" dan aesthtos, "persepsi, kemampuan
untuk merasa", secara umum berarti suatu tindakan
menghilangkan rasa sakit ketika melakukan
pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang
menimbulkan rasa sakit pada tubuh. (Oliver Wendell
Holmes pada tahun 1846).
Polip nasi merupakan mukosa hidung yang mengalami
inflamasi dan menimbulkan prolaps mukosa di dalam
rongga hidung. Polip nasi ini dapat dilihat melalui
pemeriksaan rinoskopi dengan atau tanpa bantuan
endoskopi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Anatomi Hidung
Definisis Polip Nasi

Polip nasi merupakan kelainan mukosa hidung


berupa massa lunak yang bertangkai, berbentuk
bulat atau lonjong, berwarna putih keabuan, dengan
permukaan licin dan agak bening karena
mengandung banyak cairan. Umumnya sebagian
besar polip ini berasal dari celah kompleks
osteomearal (KOM) yang kemudian tumbuh ke
arah rongga hidung.
Epidemiologi Polip Nasi

Prevalensi polip nasi dilaporkan 1-2% pada orang


dewasa di Eropa dan 4,3% di Finlandia. Dengan
perbandingan pria dan wanita 2- 4:1. Di Amerika
Serikat prevalensi polip nasi diperkirakan antara 1-4
%. Pada anak-anak sangat jarang ditemukan dan
dilaporkan hanya sekitar 0,1%.
Etiopatogenesis

Etiologi yang pasti belum diketahui tetapi ada 3 faktor penting


pada terjadinya polip, yaitu:
1. Adanya peradangan kronik yang berulang pada mukosa
hidung dan sinus.
2. Adanya gangguan keseimbangan vasomotor.
3. Adanya peningkatan tekanan cairan interstitial dan edema
mukosa hidung.

Beberapa hipotesis dari keadaan tersebut antara lain :


Alergi
Bernouli Fenomena
Nitric Oxide
Infeksi
Manifestasi Klinis

Hidung tersumbat Gejala sekunder : bernafas


dapat menginduksi rasa melalui mulut, suara
penuh/tekanan pada sengau, halitosis,
hidung dan rongga sinus. gangguan tidur, dan
Hidung yang berair gannguan kualitas hidup.
(rinorea) mulai dari Gejala pada saluran nafas
jernih sampai purulen, bawah, berupa batuk
hiposmia atau anosmia kronik dan mengi,
serta dapat juga terutama pada penderita
dirasakan nyeri kepala polip hidung dengan
daerah frontal. asma. Selain itu harus
Infeksi bakteri dapat dicari riwayat penyakit
disertai dengan post lain seperti alergi, asma,
nasal drip serta rinorea intoleransi aspirin.
purulen.
Diagnosis

Anamnesis
Didapatkan keluhan :hidung tersumbat, rinorea, hiposmia
atau anosmia. Gejala skunder seperti bernafas melalui
mulut, suara sengau, halitosis, gangguan tidur dan
gangguan aktifitas.

Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan rinoskopi anterior didapatkan masa
pucat yang berasal dari meatus media dan mudah
digerakkan.

Pemeriksaan Penunjang
Naso-endoskopi
Pemeriksaan Radiologi
Penatalaksanaan

Secara umum penatalaksanaan dari polip hidung yaitu melalui


penatalksanaan medis dan operatif.
Tatalaksana Medis
Antibiotik

Kortikosteroid

Topikal Korticosteroid : fluticasone propionate nasal drop 400


ug 2x/hari .
Sitemik Kortikosteroid : fluocortolone total dosis 560 mg
selama 12 hari /715 mg selama 20 hari, disertai pemberian
budesonide spray 0,2 mg.
Terapi lainnya

Antihistamin dan dekongestan


Terapi Pembedahan
Prognosis

Umumnya setelah penatalaksanaan yang dipilih


prognosis polip hidung ini baik (dubia et bonam)
dan gejala-gejala nasal dapat teratasi.
Anestesi umum
Anastesi (pembiusan; berasal dari bahasa Yunani an-tidak, tanpa dan
aestheotos. persepsi, kemampuan untuk merasa), secara umum berarti
suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan
dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh.
Preoperatif

A. Penilaian Preoperatif
Tujuan:
Mengetahui status fisik pasien praoperatif
Mengetahui dan menganalisis jenis operasi
Memilih jenis atau teknik anestesia yang sesuai
Meramalkan penyulit yang mungkin terjadi selama operasi dan atau
pascabedah
Mempersiapkan obat atau alat guna menanggulangi penyulit yang
diramalka
Persiapan Pre- Anastesi sebelum operasi

Pemeriksaan
Anamnesis Fisik

Pemeriksaan Klasifikasi
Laboratorium Status Fisik
Preoperatif

Menentukan prognosis pasien perioperative


Hal ini dapat menggunakan klasifikasi yang dibuat
oleh American Society of Anesthesiologist (ASA).
Kelas Definisi

ASA 1 pasien penyakit bedah tanpa disertai penyakit sistemik.

ASA 2 pasien penyakit bedah dengan disertai dengan penyakit sistemikringan sampai

sedang

ASA 3 pasien penyakit bedah dengan disertai dengan penyakit sistemik berat yang

disebabkan karena berbagai penyebab tetapi tidak mengancam nyawa.

ASA 4 pasien penyakit bedah dengan disertai dengan penyakit sistemik berat yang secara

langsung mengancam kehidupannya.

ASA 5 pasien penyakit bedah dengan disertai dengan penyakit sistemik berat yang sudah

tidak mungkin ditolong lagi, dioperasi ataupun tidak dalam24 jam pasien meninggal.

ASA 6 pasien mati batang otak yang akan menjalani transplantasi organ untuk donor.

E Jika prosedur merupakan prosedur emergensi, maka status pemeriksaan diikuti E

(Misal, 2E)
Persiapan Preoperatif
Puasakan Pasien
Terapi Cairan
Premedikasi
Meredakan kecemasan dan ketakutan
Memperlancar induksi anestesi
Mengurangi sekresi kelenjar ludah dan bronkus
Meminimalkan jumlah obat anestetik
Mengurangi mual muntah pasca bedah
Menciptakan amnesia
Mengurangi isi cairan lambung
Mengurangi reflek yang membahayakan
Contoh: Metoclopramide. Ranitidine, diazepam, petidine
PREMEDIKASI

Premedikasi ialah pemberian obat 1-2 jam


sebelum induksi anestesi.

Obat-obat premedikasi, dosisnya


disesuakan dengan berat badan dan
keadaan umum pasien.
Sebelum Induksi Anastesi

Periksalah jadwal pasien dengan teliti.


Periksalah apakah pasien sudah dipersiapkan untuk
operasi dan tidak makan/minum sekurang-
kurangnya 6 jam sebelumnya.
Ukurlah nadi dan tekanan darah dan buatlah pasien
relaks sebisa mungkin.
Periksa Alat-alat sebelum melakukan operasi
INDUKSI ANESTESI

Induksi anestesi ialah tindakan untuk


membuat pasien dari sadar menjadi
tidak sadar, sehingga memungkinkan
dimulainya anestesia dan pembedahan.

Untuk persiapan induksi anestesi


sebaiknya kita ingat kata STATICS
Induksi Intravena
Obat induksi bolus disuntikkan dalam kecepatan
antara 30-60 detik.
Selama induksi anestesi, pernapasan pasien, nadi dan
tekanan darah harus diawasi dan selalu diberikan
oksigen.
Tiopental (tiopenton, pentotal) diberikan secara
intravena dengan kepekatan 2,5% dan dosis antara 3-
7 mg/kgBB
Propofol (recofol, diprivan) intravena dengan
kepekatan 1% menggunakan dosis 2-3 mg/kgBB
Ketamin intravena dengan dosis 1-2 mg/kgBB
Induksi Intramuskular
Sampai sekarang hanya ketamine yang dapat
diberikan secara intramuskular dengan dosis
5-7 mg/kgBB dan setelah 3-5 menit pasien
tidur.

Induksi inhalasi
Teknik ini menggunakan halotan atau
sevoflurens merupakan pilihan bila jalan
napas pasien sulit ditangani. Induksi inhalasi
hanya dapat dilakukan apabila jalan napas
bersih sehingga obat anestesi dapat masuk.
Induksi inhalasi juga digunakan untuk anak-
anak yang takut pada jarum.
Durante Operasi

A. Persiapan Pasien
B. Pemakaian Obat Anestesi
C. Terapi Cairan
D. Monitor
BAB III
LAPORAN KASUS

IDENTITAS

Nama : Sugiono
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Umur : 58 tahun
Agama : Islam
Alamat : Jl. Siringo-ringo Gg Sepakat
No.6
Pekerjaan : Pensiun PNS
Status Perkawinan : Menikah
No RM : 26 47 36
ANAMNESA

Keluhan Utama : Hidung tersumbat


Telaah : Seorang pasien datang ke Rumah Sakit
Haji Medan dengan keluhan hidung tersumbat yang dirasakan
sejak 1 tahun yang lalu. Keluhan hidung tersumbat ini dirasakan
pada hidung sebelah kiri, Pasien juga mengeluhkan pusing dan
penciumannya berkurang. Pasien juga mengatakan sering batuk
dan pilek, dan jika pilek mengeluarkan ingus yang kental
berwarna putih. Selain itu pasien juga mengatakan adanya
benjolan pada rongga hidung sebelah kiri, yang menyebabkan
keluhan hidung tersumbat. Benjolan tidak terasa nyeri. Riwayat
mimisan (-) .
RPT : (-)
RPO : (-)
RPK : (-)
PEMERIKSAAN FISIK Pemeriksaan Umum

Status Present Kulit : Sianosis (-), Ikterik (-),


Keadaan Umum : Tampak Turgor (kembali cepat)
sakit Kepala : Normocepali
Mata : Anemis (-/-),
Vital Sign Ikterik (-/-),
Sensorium : Compos Edema palpebra (-/-)
Mentis Hidung : Hidung luar: Bentuk
Tekanan Darah : 120/70 (Normal), hiperemis (-),
mmHg Nyeri tekan (-),
Nadi : Deformitas (-).
82x/menit Mulut : Hiperemis pharing (-),
RR : 24 Pembesaran tonsil (-)
x/menit Leher : Massa (-), pembesaran
Suhu : 36,5oC KGB (-)
Tinggi Badan : 169 cm
Berat Badan : 75 kg
Thorax
Jantung
Paru
Inspeksi: tidak ditemukan
kelainan Inspeksi :Pergerakan
Palpasi : nafas simetris, tipe
iktus (tidak teraba) pernafasan
Perkusi: Batas Jantung abdominotorakal, retraksi
Atas: ICS II parasternalis costae (-/-)
sinistra Palpasi : Stem fremitus
Kanan: ICS II linea
kiri = kanan
parasternalis dextra
Kiri: ICS V linea midklavikula
Perkusi : Sonor seluruh
sinistra lapang paru
Auskultasi: Dalam batas Auskultasi : Vesikuler
normal seluruh lapang paru
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Abdomen Hasil Laboratorium:


Darah Rutin
Inspeksi : Datar, Simetris
Palpasi : Nyeri tekan (-), Hb : 14,0 g/dl
Hepar dan Lien tidak teraba Ht : 44,2 %
Eritrosit : 4,8 x 106 /L
Perkusi : Nyeri Ketok (-) Leukosit : 7.000 / L
Auskultasi : Peristaltik (5x/ Trombosit : 225.000 /L
menit)
Faal Hati
Ekstremitas : Edema (-/-) SGOT : 23 U/I
SGPT : 10 U/I

Genitalia :tidak dilakukan Metabolik


pemeriksaan KGDs : 85 mg/dl

Fungsi Ginjal
Ureum : 25 mg/dl
Kreatinin : 1,53 mg/dl
Resume

Sugiono 58 tahun, dengan keluhan hidung


tersumbat yang dirasakan sejak 1 tahun yang lalu,
Keluhan hidung tersumbat ini dirasakan pada
hidung sebelah kiri, Pasien juga mengeluhkan
pusing dan penciumannya berkurang. Pasien juga
mengatakan sering batuk dan pilek, dan jika pilek
mengeluarkan ingus yang kental berwarna putih.
Selain itu pasien juga mengatakan adanya benjolan
pada rongga hidung sebelah kiri, yang menyebabkan
keluhan hidung tersumbat. Benjolan tidak terasa
nyeri. Riwayat mimisan (-).
RENCANA TINDAKAN

Tindakan : polipektomi nasal sinistra


Anesthesi : GA-ETT
PS-ASA :1
Posisi : Supinasi
Pernapasan : Terkontrol dengan ventilator
mekanik
KEADAAN PRA BEDAH
Pre operatif

1. B1 (Breath) 4. B4 (Bladder)
Airway : Clear Urine Output : -
RR : 24x/menit Kateter : tidak terpasang
SP : Vesikuler ka=ki
ST : Ronchi (-), 5. B5 (Bowel)
Wheezing (-/-) Abdomen : Soepel
2. B2 (Blood) Peristaltik : Normal (+)
Akral : Mual/Muntah : (-)/(-)
Hangat/Merah/Lembab
TD : 120/70 mmHg 6. B6 (Bone)
HR : 82x/menit Oedem : (-)
3. B3 (Brain)
Sensorium : Compos Mentis,
GCS= 15
Pupil : Isokor,
ka=ki 3mm/3mm
RC : (+)/(+)
PERSIAPAN OBAT GA-ETT
Premedikasi Pernapasan
Midazolam 3 mg O2 : 4 L/menit
Fentanyl 100 mcg
N2O :-
Medikasi Sevoflurane : pemberian
Propofol : 150 mg awal 1,5% dan dilanjutkan
Atracurium : 40 mg dengan dosis 1%
Sebelum tindakan
ekstubasi Jumlah Cairan
Prostigmin + Atropine (3:3)
PO : RL 200 cc
15 menit setelah operasi
DO : RL 500 cc
selesai
Ketorolac 30 mg
Ranitidin 50 mg
POST OPERASI PERAWATAN POST
OPERASI

Operasi berakhir pukul : 10.10


WIB Setelah operasi selesai, pasien
Setelah operasi selesai pasien di dibawa ke ruang pemulihan
observasi di Recovery Room. setelah dipastikan pasien pulih
Tekanan darah, nadi dan dari anestesi dan keadaan
pernapasan dipantau setiap 15 umum, kesadaran serta vital
menit selama 2 jam. sign stabil, pasien dipindahkan
Pasien boleh pindah ke ruangan ke bangsal dengan anjuran
bila Alderette score > 9 untuk istirahat selama 24 jam,
makan dan minum sedikit demi
Pergerakan :2
sedikit apabila pasien sudah
Pernapasan :2 sadar penuh dan peristaltik
Warna kulit :2 normal.
Tekanan darah :2
Kesadaran :2
Perdarahan Teknik Anastesi : GA-ETT
Kasa Basah : 10 x 10= 100 cc Premedikasi dengan Inj.
Kasa 1/2 basah : 5 x 5 = 25 cc Midazolam 3 mg dan Inj.
Suction : 50 cc Fentanyl 100 mcg
Jumlah :175 cc
Induksi: Propofol 150 mg
Sleep non apnoe Inj.
EBV : 70 x 75 = 5250 cc
Atracurium 40 mg Sleep
EBL apnoe Oksigenasi
10 % = 525 cc dengan O2 5-10 menit
20 % = 1050 cc sampai saturasi 99%
30 % = 1575 cc Insersi ETT no. 7,5
cuff (+) SP kanan = kiri
fiksasi.Preoksigenasi
Durasi Operatif pernafasan terkontrol
Lama Anestesi = 09.35 selesai dengan Ventilator dan
Lama Operasi = 09.25 12.45 saturasi > 95%.
WIB
TERAPI POST OPERASI
Istirahat sampai pengaruh obat anestesi hilang
IVFD RL 38 gtt/menit
Minum sedikit-sedikit bila sadar penuh dan
peristaltik (+) dan kembali dalam frekuensi yang
normal
Inj. Ketorolac 30 mg/8jam
Inj. Ranitidin 50 mg/12jam
Inj. Ondansetron 4 mg/10 jam
BAB IV
KESIMPULAN

Polip nasi merupakan kelainan mukosa hidung berupa massa lunak


yang bertangkai, berbentuk bulat atau lonjong, berwarna putih
keabuan, dengan permukaan licin dan agak bening karena
mengandung banyak cairan. Umumnya sebagian besar polip ini
berasal dari celah kompleks osteomearal (KOM) yang kemudian
tumbuh ke arah rongga hidung.
Indikasi untuk terapi pembedahan antara lain dapat dilakukan
pada pasien yang tidak memberikan respon adekuat dengan terapi
medikal .
Teknik anestesi yang paling sering digunakan untuk membantu
berjalanya proses operasi adalah dengan menggunakan General
Anestesi terutama GA-ETT.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai