PEMERIKSAAN STRABISMUS
Monokuler Binokuler
Vergensi
Duksi Versi
Adduksi
Abduksi Dekstroversi
Elevasi Levoversi
Depresi Elevasi
Intorsi Depresi
Eksotorsi
5
Agonis: otot utama yang menggerakan mata ke arah
tertentu
Monocular movement
Hukum Sherrington
tentang inervasi
resiprokal
6
Posisi
Pandangan
efek kontraksi
otot
ekstraokuler
dalam rotasi
mata
American Academy
of Ophthamologhy.
Pediatric
ophthalmology and
strabismus. Section
6. 2014-2015.
7
Otot Primer Sekunder Tersier
Rektus Medial Adduksi - -
8
Aksi M. Rektus horizontal Aksi M. Rektus superior kanan
9
Aksi M. Rektus Aksi M. Obliq Aksi M. Obliq inferior
inferior kanan superior kanan kanan (dilihat dari
(dilihat dari bawah) (dilihat dari atas) bawah)
10
Yoke muscles dua otot (satu otot
pada satu mata) yang merupakan
penggerak utama pada masing-masing
mata pada arah yang diinginkan.
Divergensi
Vergensi
Insiklovergensi
Eksiklovergensi
13
Fusi adalah unifikasi kortikal objek visual dari kedua mata
menjadi persepsi tunggal.
Fusi sensorik adalah proses yang membuat perbedaan-
perbedaan antara dua bayangan tidak disadari. Di bagian
retina perifer masing-masing mata, terdapat titik-titik
korespondensi yang bila tidak ada fusi akan melokalisasi
rangsangan pada arah yang sama dalam ruang. Setiap titik
di retina pada masing-masing mata mampu memfusikan
rangsangan yang jatuh cukup dekat dengan titik
korespondensi di mata yang lain. Daerah titik-titik yang
dapat difusikan ini disebut daerah Panum.
14
Mencegah
penembakan Input
Strabimus sinkron bayangan abnormal ke
yang berhubungan korteks striae
dari dua fovea
diplopia, supresi,
anomaly
korespondensi retina,
dan fiksasi eksentrik
15
Diplopia Supresi
kedua fovea menerima Adaptasi sensorik.
bayangan yang berbeda. Bayangan yang terlihat di
Objek yang terlihat oleh salah satu mata menjadi
salah satu fovea dicitrakan predominan dan yang
pada daerah retina perifer di terlihat di mata yang lain
mata yang lain. tidak dipersepsikan
(supresi).
Bayangan fovea
terlokalisasi tepat di depan,
sementara bayangan retina-
perifer dari objek yang sama Bermanifestasi sebagai
di mata yang laim skotoma
terlokalisasi di arah yang
lain Diplopia
16
Ambliopia Anomali Fiksasi eksentrik
korespondensi retina
penurunan
ketajaman Anomali korespondensi ambliopia yang cukup
penglihatan tanpa retina adalah adaptasi berat mungkin
sensorik yang timbul digunakan daerah
adanya penyakit retina ekstrafovea
organic pada satu pada strabismus dalam untuk fiksasi dalam
mata yang dapat kondisi penglihatan kondisi penglihatan
dideteksi. binocular. monokular
Pada strabismus,
mata yang biasa
digunakan untuk Heterotropia menimbulkan supresi pada
fiksasi mempunyai mata yang tidak terfiksasi dan pergerseran
ketajaman pada arah penglihatan mata yang
penglihatan yang berdeviasi.
normal dan mata
yang tidak dipaka
sering mengalami
penurunan
penglihatan.
17
18
Menurut American Academy of Ophthalmology
(2014-2015):
Strabismus (Yunani; strabismos) Juling
Strabismus merupakan kelainan posisi bola
mata (ocular misalignment)
19
Terminologi
Anomali kontrol
Abnormalitas Neuromuskular Ocular
Penglihatan terhadap
Pergerakan misalignment
Binokuler
Mata
AAO, 2014-2015
20
Orthoporia
Prefix:
Eso-
Exo-
Hiper-
Hipo-
Suffix:
__phoria
__tropia
21
Prevalensi strabismus 2-5%.
Esotropia >> eksotropia
Anak-anak esotropia >>; strabismus
nonparalitik
Dewasa eksotropia >> (tipe intermitten, );
strabismus paralitik
Strabismus ~ kelainan genetik & riwayat keluarga
AOA, 2011 22
Usia onset Fiksasi Variasi ukuran deviasi
- Infantil - Alternating - Comitant (concomitant)
- Didapat - Incomitant (noncomitant)
- Monocular
23
Posisi gerakan
bola mata
abnormal
Diplopia
Confusion
Astenopia
Fotofobia
24
Anamnesis
Mata yang sering juling?
Arah strabismus?
Usia onset?
Strabismus terjadi konstan atau intermiten?
Aktivitas seperti apa yang dapat menimbulkan strabismus?
Kelainan lain yang dapat dihubungkan dengan
strabismus?
Tatalaksana pada mata sebelumnya?
Riwayat keluarga
Riwayat kelahiran dan perkembangan pada anak
Pekerjaan dan hobi
25
26
AAO, 2014-2015
27
28
29
RETINOSKOPI VEP
30
9 POSISI NORMAL
BOLA MATA
POSISI PRIMER
POSISI SEKUNDER
POSISI TERTIER
FOTO DOKUMENTASI!!!
31
COVER TESTS
SUBJECTIVE TESTS
AAO, 2014-2015
32
Syarat Cover tests
Membutuhkan Fokus dan
Koordinasi Pasien !!!
33
Untuk membedakan heterotropia dan
heterophori
34
AAO, 2014-2015 35
36
Mengukur deviasi total , laten dan manifest.
37
Untuk menentukan heterotropia saat penglihatan
binokuler.
Pemeriksaan menutup mata yang berfiksasi,
saat yang bersamaan prisma diletakkan didepan
mata yang berdeviasi.
Kekuatan prima ditingkatkan hingga deviasi (-)
Besarnya deviasi ~ kekuatan prisma
(AAO, 2014-2015)
38
Rangsangan
cahaya
(penlight),
berjarak 33 cm
Esotropia
Eksotropia
39
Rangsangan
cahaya
(penlight),
berjarak 33 cm
& Prisma
40
Oftalmoskop direct (ruangan redup)
menilai red reflex mata saat bersamaan
Pastikan pasien melihat ke cahaya selama
pemeriksaan.
Strabismus Refleks mata tidaka sama.
Mata yang berdeviasi reflek yang lebih
bercahaya dan lebih cerah
Pemeriksaan ini tidak dapat mengukur besarnya
deviasi.
41
42
1. Maddox Rod
2. Double Maddox
Rod
43
44
Siklodeviasi
Trial frame +
Maddox rod
disusun vertikal
bayangan
garis horizontal
Putar sumbu
garis paralel
45
1. Red-glass test
2. Lensa Bagolini
3. 4 Base-Out prism test
4. Afterimage test
5. Worth 4-Dot Test
6. Stereoacuity testing
46
Deteksi
diplopia,
supresi,
korespondensi
retina
47
Tidak memiliki
kekuatan dioptri
Menentukan tipe
deviasi strabismus
48
Menentukan apakah pasien memiliki fusi bifoveal
atau skotoma supresi kecil pada kondisi binokular.
49
50
51
TNO test
Stereo fly test
52
1. Rotasi okular 9 posisi pandangan diagnostik
2. Konvergensi
3. Rasio accommodative
convergence/accommodation (AC/A)
4. Vergensi fusional
5. Forced-duction
6. Active force generation
7. Pengukuran kecepatan saccadic
8. 3-step test
53
Tahap 1 menilai
mata yang
hipertropia
Tahap 2 deviasi
vertikal lebih besar
dengan pandangan
ke kiri atau kanan
Tahap 3
(Bielschowsky head-
tilt test) dengan
cara memiringkan
(tilt) kepala ke arah
bahu kiri dan kanan
54
55