Anda di halaman 1dari 67

MANAJEMEN

TUBERKULOSIS (TB)
DI FKRTL
TIM PELATIH P2TB PROVINSI
DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT
SISTEMATIKA

1. Deskripsi singkat
2. Tujuan Pembelajaran
3. Pokok bahasan dan Sub pokok
bahasan
4. Uraian Materi
5. Referensi

MANAJEMEN P2TB 2
DISKRIPSI SINGKAT
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi yang menular,
disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis.
Penularan melalui udara, sumber penularan adalah
pasien TB yang dahaknya mengandung kuman TB.
Materi Program Penanggulangan TB berisi target dan
strategi nasional penanggulangan TB terutama
elimanasi TB tahun 2035 dan Indonesia bebas TB tahun
2050.
Perlu penguatan manajemen program TB, dengan
peningkatan akses yang bermutu,

MANAJEMEN P2TB 3
TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU):
Setelah menyelesaikan materi ini, peserta latih mampu
melakukan manajemen penanggulangan TB di Fasilitas
Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut (FKRTL).
B. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)
1. Setelah menyelesaikan materi ini, peserta latih mampu:
2. Menjelaskan pemetaan wilayah;
3. Melakukan perencanaan program Penanggulangan TB;
4. Melakukan sistem informasi;
5. Melakukan pemantauan dan penilaian program
Penanggulangan TB;
6. Menjelaskan Jejaring penanggulangan TB;
7. Melakukan kegiatan Pencegahan dan Penanggulangan
Infeksi TB di Fasyankes.

MANAJEMEN P2TB 4
POKOK BAHASAN DAN
SUB POKOK BAHASAN
A. Pemetaan wilayah :
1. Peta wilayah
2. Data demografi
3. Jumlah kasus TB
4. Jumlah kader TB
5. Jarak tempuh dari fasyankes ke wilayah berisiko TB
B. Perencanaan program Penanggulangan TB:
1. Target
2. Logistik
3. Sarana dan Prasarana
4. Sumber Daya Manusia (SDM)
5. Rencana Kerja (POA)
MANAJEMEN P2TB 5
POKOK BAHASAN DAN
SUB POKOK BAHASAN (LANJUTAN)
C. Sistem informasi
1. Surveilans
2. Pencatatan
3. Pelaporan
D. Pemantauan dan penilaian program
Penanggulangan TB
1. Jenis dan kegunaan Indikator P2TB
2. Pemantauan
3. Penilaian
4. Tindak lanjut hasil pemantauan dan penilaian
5. Pemantapan Mutu Laboratorium Mikroskopis TB

MANAJEMEN P2TB 6
POKOK BAHASAN DAN
SUB POKOK BAHASAN (LANJUTAN)

E. Jejaring program penanggulangan TB meliputi


1. Jejaring penyedia layanan
2. Jejaring layanan

F. PPI TB di fasyankes
A. Pilar-pilar PPI
B. Pelaksanaan PPI

MANAJEMEN P2TB 7
Pokok Bahasan 1:
Pemetaan Wilayah
1. Peta wilayah
Peta wilayah adalah gambaran situasi
epidemiologi TB di suatu area tertentu.
Bisa wilayah kerja puskesmas atau wilayah
kerja kabupaten/kota.
Dapat dilakukan oleh fasyankes tingkat
pertama (Puskesmas) sedangkan klinik
pratama dan fasyankes tingkat lanjut tidak
mempunyai wilayah kerja.

MANAJEMEN P2TB 8
Peta wilayah

MANAJEMEN P2TB 9
Pokok Bahasan 1:

2. Data Demografi
Informasi yang bersifat dinamis berupa
konfigurasi kependudukan di suatu wilayah
kerja, memuat karakteristik:
jumlah penduduk,
jenis kelamin,
usia,
pendidikan, dan
pekerjaan.

MANAJEMEN P2TB 10
Pokok Bahasan 1:

3. Jumlah Kasus TB
Hasil kegiatan satu tahun, terdiri dari pasien TB
dewasa dan anak, berisi:
a. Pasien TB terkonfirmasi bakteriologis,
b. Pasien TB terdiagnosis secara klinis,
c. Kasus TB dengan HIV positif,
d. Kasus TB dengan komorbid DM/
penyandang DM,
e. Pasien TB ekstraparu.

MANAJEMEN P2TB 11
Jumlah kasus TB

MANAJEMEN P2TB 12
Pokok Bahasan 1:
4. Jumlah Kader TB
Kader TB adalah komunitas yang berasal dari
masyarakat dalam wilayah kerja tertentu.
Diberdayakan mendapat pelatihan tentang, penyakit
TB, dilakukan baik oleh Puskemas, UKBM, LSM
(Aisyiyah, PPTI, LKNU, dan lain-lain).
Tugas kader: perpanjangan tangan petugas
puskesmas dalam menemukan terduga TB, dan
menjadi Pengawas Menelan Obat (PMO).

MANAJEMEN P2TB 13
Pokok Bahasan 1:
5. Jarak Tempuh FKTP ke Wilayah Berisiko TB
Jarak tempuh: jarak yang akan ditempuh dan
dapat dilakukan dalam kegiatan active case finding
dalam suatu wilayah tertentu .
Dapat berupa active case finding masif untuk
komunitas yang kontak dengan pasien TB
terkonfirmasi bakteriologis, komunitas penyandang
DM, HIV, dan atau gizi buruk.

MANAJEMEN P2TB 14
Pokok Bahasan 1
5. Jarak Tempuh FKTP ke Wilayah
Berisiko TB

MANAJEMEN P2TB 15
Pokok Bahasan 2:
Perencanaan Program
Penanggulangan TB
1. Target
Keberhasilan program penanggulangan TB ditandai
dengan tercapainya sasaran yang telah
direncanakan berdasarkan evidence based data
(data epidemiologi).
Target, ditentukan dengan metode modeling secara
nasional, dan dijabarkan sampai ke kabupaten/ kota.
Target Fasyankes yang punya wilayah kerja
(Puskesmas) diberi oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/ Kota.

MANAJEMEN P2TB 16
Pokok Bahasan 2
2. Logistik
Logistik sebagai bahan pendukung
dalam tatalaksana pasien TB di
fasyankes.
Terjaminnya ketersediaan logistik mulai
dari pencegahan, penemuan,
pengobatan, dan pemantauan setelah
selesai pengobatan.

MANAJEMEN P2TB 17
Logistik (2)
Logistik yang diperlukan dalam pelaksanaan
Penanggulangan TB di fasyankes adalah:
1. Obat Anti Tuberkulosis (OAT) termasuk alat suntik
dan aquabides untuk injeksi untuk pengobatan TB.
2. Logistik non OAT antara lain reagen ZN, kaca
sediaan, mikroskop, pot dahak, minyak imersi, ether
alkohol, tisu, ose/aplikator bambu, lampu
spiritus/bunsen, rak pengering, lysol, kertas lensa,
dan lain-lain.
3. Pengobatan Pencegahan dengan INH.
4. Larutan tuberkulin untuk tuberkulin tes.
5. Formulir, kartu dan buku register.

MANAJEMEN P2TB 18
Pokok Bahasan 2
Logistik
Program Nasional Penanggulangan TB menyediakan
Logistik OAT dan Logistik non OAT yang digunakan
untuk TB sensitif obat dan TB resistan obat.
OAT untuk TB sensitif obat disediakan dalam
bentuk paket Kombinasi Dosis Tetap (KDT).
Pada awal pengobatan, setiap pasien disiapkan
satu paket OAT. Pada kondisi dimana berat pasien
berubah, paduan obat boleh dikemas ulang.
OAT untuk TB resistan obat disediakan dalam
bentuk obat lepas.

MANAJEMEN P2TB 19
Obat TB RO

MANAJEMEN P2TB 20
Perhitungan Kebutuhan Obat TB
Sensitif
Menggunakan rumus sebagai berikut:

OAT yang dibutuhkan = (Kb x Pp) + Bs (Ss + Sp)


Keterangan:
Kb = Perkiraan kebutuhan OAT perbulan (dalam satuan
paket). Menghitung Kb adalah rata rata konsumsi perbulan
tahun lalu, atau target yang akan dicapai pada tahun
perencanaan.
Pp = Periode perencanaan (dalam satuan bulan), mulai
saatperencanaan sampai OAT diterima
Bs = Buffer stok (dalam satuan paket) = ...% x (Kb x Pp)
Ss = Stok sekarang (dalam satuan paket)
Sp = Stok dalam pesanan yang sudah pasti (dalam Paket)

MANAJEMEN P2TB 21
Perhitungan Kebutuhan Obat PP INH
1. Perhitungan Kebutuhan Obat Pencegahan TB PP
INH untuk Anak
Jumlah pasien TB yang akan diobati x proporsi BTA
positif baru (62%) x jumlah pasien TB BTA positif baru
yang memiliki anak (30%) x jumlah anak <5 tahun (1
orang) x jumlah anak <5 tahun yang tidak sakit TB
(90%).

2. Perhitungan Kebutuhan Obat PP INH bagi


ODHA:
Jumlah pasien HIV/ AIDS x 300 mg INH (1 tablet) x
180 hari (6 bulan).

MANAJEMEN P2TB 22
Pokok Bahasan 2 :
Sarana dan Prasarana

Dalam memberikan tatalaksana TB yang baik diperlukan:

1.Sistem ventilasi/ ruangan sesuai standar PPI


2.Sistem pembuangan limbah
3.Tempat mendahak (sputum booth)
4.Cuci tangan (hands rub) dengan antiseptik.

MANAJEMEN P2TB 23
Pokok Bahasan 2:
Sumber Daya Manusia (SDM)
Setiap FKTP yang melakukan tatalaksana TB harus
mempunyai tenaga terlatih TB sbb:
Dokter
Paramedis (perawat/ bidan)
Petugas laboratorium
Tenaga non kesehatan
Kualitas pelayanan tatalaksana TB ditingkatkan tingkatkan
kompetensi pelaksananya: pelatihan, on the job training (OJT),
workshop, studi banding, dan lain-lain.
Penentuan petugas yang perlu ditingkatkan kompetensinya
perencanaan SDM. swadana/ koordinasi dengan
puskesmas setempat/ dinas kesehatan kabupaten/kota.
MANAJEMEN P2TB 24
Pokok Bahasan 2
Rencana Kerja (Plan of Action)
A. Jenis kegiatan:
1. Active case finding masif dilakukan pada:
a. Kontak dengan pasien TB terkonfirmasi
bakteriologis
b. Orang dengan HIV/AIDS (ODHA)
c. Penyandang DM
d. Gizi buruk
e. Daerah kumuh
f. Populasi padat (pengungsi, imigran, lapas)
g. Daerah perbatasan

MANAJEMEN P2TB 25
Rencana Kerja (POA) 2
2. Passive case finding, promotif
aktif, program TB terintegrasi
dengan HIV, PTM, PAL, MTBS yang
sifatnya rutin.

3. Membuat jadwal kegiatan:


a. Di dalam gedung
b. Di luar gedung (kunjungan ke desa)

MANAJEMEN P2TB 26
Rencana Kerja (POA) 3
B. Penanggung jawab

C. Sumber dana

D. Evaluasi dengan menggunakan indikator program

E. Rencana Tindak Lanjut* (lihat Modul)

MANAJEMEN P2TB 27
Pokok Bahasan 3
2. Pencatatan dan Pelaporan

a. TB Sensitif Obat
Formulir baku berupa: TB.06, TB.05, TB.04, TB.01,
TB.02, TB.09, TB.10, TB.03 Faskes, TB.12 Faskes,
TB.14 Faskes, TB.15 , TB.16
b. TB RO
1) Di Faskes satelit
Formulir baku berupa: TB.06, Buku Rujukan Pasien
Terduga RO, formulir Rujukan pasien terduga RO, TB.01
MDR, TB.02 MDR, TB.13A MDR,

MANAJEMEN P2TB 28
Pokok Bahasan 3
Pencatatan dan Pelaporan

2) Di fasyankes TB RO
Formulir baku berupa: TB.06, Formulir data dasar,
TB.05, TB.01 MDR, TB.02 MDR, TB.03 MDR,
Formulir rujukan/pindah pasien TB MDR.

3) Pencatatan di Laboratorium rujukan TB RO


Register laboratorium untuk Rujukan TCM (TB.04
Rujukan)

MANAJEMEN P2TB 29
Pokok bahasan 4:
Pemantauan dan Penilaian
Program Penanggulangan TB

1. Jenis dan Kegunaan Indikator P2TB


Untuk mempermudah analisis data diperlukan
indikator sebagai alat ukur kinerja dan kemajuan
program (marker of progress).
Menilai kemajuan atau keberhasilan program
berdasarkan Permenkes no 67 tahun 2016
digunakan indikator dampak, indikator utama,
dan indikator operasional, baik di ditingkat pusat,
provinsi dan kabupaten/kota..

MANAJEMEN P2TB 30
Pokok bahasan 4:
Pemantauan dan Penilaian Program
Penanggulangan TB

Beberapa indikator yang dapat


dimanfaatkan di FKTP dapat dilihat
pada Tabel dalam
Modul manajemen TB.

MANAJEMEN P2TB 31
Pokok bahasan 4:
Pemantauan dan Penilaian Program
Penanggulangan TB

2. Monitoring dan Evaluasi


Merupakan salah satu fungsi
manajemen untuk menilai keberhasilan
pelaksanaan program TB.
Dilakukan secara rutin dan berkala.
Mendeteksi awal bila aada masalah dalam
pelaksanaan kegiatan, sehingga dapat segera
dilakukan tindakan perbaikan.

MANAJEMEN P2TB 32
Pokok bahasan 4:
Pemantauan dan Penilaian Program
Penanggulangan TB

Monitoring juga dapat dilakukan dengan


membaca dan menilai laporan rutin dan tidak rutin,
kunjungan lapangan.

Evaluasi, untuk menilai sejauh mana


pencapaian tujuan, indikator, dan target yang telah
ditetapkan;, biasanya setiap 6
bulan s/d 1 tahun.

MANAJEMEN P2TB 33
Pokok bahasan 4:
Pemantauan dan Penilaian Program
Penanggulangan TB

3. Analisis Indikator
Indikator yang dapat dianalisa oleh FKTP secara
rutin (triwulan dan tahunan) berupa:
Contoh:
a) Cakupan pengobatan semua kasus TB
(case detection rate/CDR) yang diobati.
Adalah jumlah semua kasus TB yang diobati dan
dilaporkan di antara perkiraan jumlah semua
kasus TB (insiden).

MANAJEMEN P2TB 34
Pokok bahasan 4:
Pemantauan dan Penilaian Program
Penanggulangan TB
Rumus:
Jumlah semua kasus TB
yang diobati dan dilaporkan
____________________________ x 100%
Perkiraan jumlah semua kasus TB
Misalnya: perkiraan insiden di suatu wilayah
adalah 300 per 100.000 penduduk.
Kalau Jumlah penduduk 20.000 orang, maka
perkiraan jumlah semua kasus TB adalah
(300:100.000) x 20.000 = 60 kasus.
Analisis indikator lain pelajari dalam Modul manajemen.

MANAJEMEN P2TB 35
Pokok bahasan 4:
Pemantauan dan Penilaian Program
Penanggulangan TB

4. Pemantapan Mutu Laboratorium Mikroskopis

Untuk menjamin kualitas pemeriksaan


mikroskopis TB, semua FKTP-RM dan
Rumah Sakit harus dilakukan Pemantapan
Mutu Eksternal (PME), berupa uji silang rutin
4 kali setahun.

MANAJEMEN P2TB 36
Pokok Bahasan 4:
Pemantapan Mutu Laboratorium
Mikroskopis

Jejaring laboratorium mikroskopis TB terdiri dari:


a. Laboratorium mikroskopis TB di faskes
b. Laboratorium Rujukan Uji Silang Pertama/
RUS tingkat kabupaten/ kota (lab
intermediate)
c. Laboratorium Rujukan Uji Silang Kedua /
RUS tingkat provinsi (LRP)
d. Laboratorium Rujukan TB nasional untuk
pemeriksaan mikroskopis.

MANAJEMEN P2TB 37
ALUR JEJARING UJI SILANG
MIKROSKOPIS TB

MANAJEMEN P2TB 38
Pokok bahasan 5:
Jejaring Penanggulangan TB
Untuk Penanggulangan TB yang baik dan berkualitas
perlu dibangun dan dikembangkan koordinasi,
jejaring kerja, serta kemitraan antara instansi
pemerintah dan pemangku kepentingan, baik di
pusat, provinsi maupun kabupaten/kota serta di
tingkat fasyankes.

MANAJEMEN P2TB 39
Pokok bahasan 5:
Jejaring Penanggulangan TB
Kegiatan jejaring penanggulangan TB di tingkat FKRTL
adalah:
1. Penemuan kasus TB;
2. Tatalaksana pasien TB;
3. Pengendalian faktor risiko TB;
4. Meningkatkan kemampuan sumber daya manusia
usul SDM yang harus dilatih;
5. KIE dengan melibatkan PKMRS;
6. Integrasikan P2TB disemua lini;
7. Rujukan antar SMF maupun antar Faskes.
8. Manajemen uji silang sediaan.

MANAJEMEN P2TB 40
Pokok bahasan 5:
Jejaring Penanggulangan TB
Jenis jejaring dalam program TB terdiri dari:
1. Jejaring Penyedia Layanan
Penyedia layanan adalah semua institusi atau fasilitas
kesehatan yang bisa memberikan pelayanan
penanggulangan penyakit TB.
Jejaring penyedia layanan menuju Akses Universal dan
TOSS TB, meliputi:
a. Jejaring kasus;
1) Penemuan dan diagnosis terduga TB, investigasi
kontak.
2) Kesinambungan pengobatan pasien TB:
rujukan/pindah, pelacakan pasien TB yang mangkir.
MANAJEMEN P2TB 41
ALUR PENATALAKSANAAN PASIEN TB DI FKRTL
JEJARING INTERNAL

Poli Umum Lab.Mikrobiologi


Lab. Mikrobiologi
Pasien
Poli Spes Radiologi
Radiologi
Umum
IGD
UGD Pat. Anatomi
PA/kultur

Rawat
Rawat Inap
Inap

Unit DOTS
puskesmas

Faskes Farmasi
Lain
Rekam Medis

PKMRS
PHN & PHN

MANAJEMEN P2TB 42
Pokok bahasan 5:
Jejaring Penanggulangan TB

b. Jejaring Laboratorium
Jejaring laboratorium dengan fasyankes yaitu
contoh uji dahak. Jejaring laboratorium itu terdiri
dari jejaring rujukan diagnosis maupun rujukan
teknis (pemantapan mutu)
c. Jejaring Logistik,
1) Dinas kesehatan kabupaten/kota melakukan
distribusi OAT/ non OAT ke puskesmas dan
RS.
2) Puskesmas mendistribusikan OAT, formulir
pencatatan ke DPM/ Klinik Pratama, dll PPM.

MANAJEMEN P2TB 43
Pokok bahasan 5:
Jejaring Penanggulangan TB

d. Jejaring Pencatatan dan Pelaporan TB


dilakukan secara manual/elektronik dalam SITT
TB dan e-TB Manager dengan penanggung
jawab kepala puskesmas.
e. Jejaring Pembinaan
Dinas kesehatan kab/ kota membina seluruh
fasyankes, sedangkan puskesmas melakukan
pembinaan ke penyedia pelayanan di wilayah
kerjanya DPM, LSM, klinik pratama (swasta
dan pemerintah).

MANAJEMEN P2TB 44
Alur Penemuan Pasien TB dengan
Jejaring Penyedia Layanan TB

MANAJEMEN P2TB 45
Pokok bahasan 5:
Jejaring Penanggulangan TB

2. Jejaring Layanan
Jejaring layanan adalah hubungan kerja timbal balik baik
di dalam maupun di luar fasyankes untuk mendapatkan
kemudahan akses pelayanan dengan strategi DOTS yang
berkualitas.
a. Penemuan pasien TB
Diawali dengan anamnesa, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan bakteriologis (mikroskopis, TCM atau
biakan) dan foto toraks melalui rujukan.
Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya
berdasarkan pemeriksaan foto toraks saja.
Tidak dibenarkan mendiagnosis TB dengan
pemeriksaan serologis.
MANAJEMEN P2TB 46
Pokok bahasan 5: Jejaring Layanan

1) Faskes yang mempunyai Alat TCM:


Diagnosis TB dilakukan dengan pemeriksaan TCM.
TCM tidak memungkinkan (misalnya alat TCM
melampaui kapasitas pemeriksaan, alat TCM
mengalami kerusakan, dll), diagnosis ditegakkan
dengan mikroskop.
Jika terduga TB RO dan terduga TB dengan HIV
positif, tetap diupayakan dilakukan penegakan
diagnosis TB dengan TCMTB.

MANAJEMEN P2TB 47
Pokok bahasan 5:
Jejaring Layanan
Diperlukan sebanyak 2 buah contoh uji untuk
TCM.
Kalau hasil TCM M.TB negatif, rujuk untuk
pemeriksaan foto toraks.

MANAJEMEN P2TB 48
Pokok bahasan 5: Jejaring Layanan

2) Faskes yang tidak mempunyai alat TCM


Faskes tidak punya alat TCM dan
kesulitan akses TCM, diagnosis
ditegakkan menggunakan mikroskop
binokuler.
Contoh uji dahak 2 buah specimen
dengan kualitas yang bagus. Contoh uji
Sewaktu-Pagi (SP) atau Sewaktu-
Sewaktu (SS).

MANAJEMEN P2TB 49
Pokok bahasan 5: Jejaring
Layanan
Kalau hasil pemeriksaan bakteriologis negatif:
o Lakukan foto toraks.
o tidak memilki akses rujukan TCM/ biakan,
antibiotika spektrum luas (Non OAT dan Non
kuinolon) selama 1-2 minggu.
o setelah pemberian antibiotik tidak ada
perbaikan klinis, kaji faktor risiko TB:
Kontak dengan pasien TB
Ada komorbid: HIV, DM
Tinggal di wilayah berisiko TB:
Lapas/Rutan, tempat penampungan
pengungsi, daerah kumuh, dll.

MANAJEMEN P2TB 50
Pokok bahasan 5: Jejaring Layanan
b. Pengobatan pasien TB
pasien yang telah terbukti TB sensitif
maupun TB RO segera mulai pengobatan
sesuai standar.
Persiapan awal termasuk beberapa
pemeriksaan penunjang sebelum memulai
pengobatan.
TB RR/TB MDR mulai pengobatan dan
perubahan dosis serta frekuensi pemberian
OAT ditetapkan oleh TAK atau dokter yang
sudah dilatih.
Inisiasi pengobatan TB RO di FKRTL yang
telah terlatih.

MANAJEMEN P2TB 51
Pokok bahasan 5:
Jejaring Layanan

Untuk menjamin keberlangsungan pengobatan


diperlukan PMO, sebaiknya petugas kesehatan
baik untuk TB sensitif maupun TB RO.

Proses desentralisasi (perpindahan) pasien yaitu


menerima pasien TB RO dari FKRTL ke
Puskesmas/ fasyankes setelah dilakukan
persiapan sebelumnya bersama dinas kesehatan.

MANAJEMEN P2TB 52
Pokok bahasan 6:
Kegiatan Pencegahan dan
Penanggulangan Infeksi (PPI) TB di FKRTL

Kegiatan ini untuk mencegah penularan TB


pada petugas pemberi pelayanan pasien TB.
Semua fasyankes yang memberi layanan TB
harus menerapkan PPI TB untuk memastikan
berlangsungnya deteksi segera, tindakan
pencegahan dan pengobatan seseorang
yang dicurigai atau dipastikan menderita TB.

MANAJEMEN P2TB 53
Pokok bahasan 6:
Kegiatan PPI TB di FKRTL
1. Pilar-pilar PPI
Di dalam melaksanakan terdapat 4 pilar PPI yaitu:
a) Pilar pertama: Pengendalian Manajerial
Komitmen, kepemimpinan dan dukungan
manajemen yang efektif berupa penguatan upaya
manajerial bagi program PPI TB.
a) Pilar kedua: Pengendalian administratif
Pengendalian secara administratif adalah upaya
yang dilakukan untuk mencegah/mengurangi
pajanan kuman M.tuberculosis kepada petugas
kesehatan, pasien, pengunjung dan lingkungan
dengan menyediakan, menyebarluaskan dan
memantau pelaksanaan prosedur baku serta
alur pelayanan.

MANAJEMEN P2TB 54
MANAJEMEN P2TB 56
Pokok bahasan 6:
Kegiatan PPI TB di FKRTL

c) Pilar ketiga: Pengendalian lingkungan


Adalah upaya meningkatkan dan mengatur aliran
udara/ventilasi dengan menggunakan teknologi
sederhana untuk mencegah penyebaran kuman dan
mengurangi/ menurunkan kadar percikan dahak di
udara.
Sistem ventilasi ada 3 jenis, yaitu:
1) Ventilasi Alamiah
2) Ventilasi Mekanik
3) Ventilasi campuran

MANAJEMEN P2TB 57
Pokok bahasan 6:
Kegiatan PPI TB di FKRTL

d) Pilar keempat: Pemanfaatan Alat Pelindung Diri


(APD)
Penggunaan alat pelindung diri bagi petugas
kesehatan yang sedang melayani (Respirator
partikulat = health care particular respirator).
Biasa digunakan adalah N95, masker khusus dengan
efisiensi tinggi untuk melindungiseseorang dari
partikelberukuran <5 mikron.
Sebelum memakai respirator ini, petugas kesehatan
perlu melakukan fit test.
.
MANAJEMEN P2TB 58
PILLAR 4
ALAT PERLINDUNGAN DIRI (APD)

MANAJEMEN P2TB 59
Pokok bahasan 6:
Kegiatan PPI TB di FKRTL
2. Pelaksanaan PPI
Strategi penerapan PPI:
a. Pelaksanaan kebijakan pelaksanaan PPI TB.
b. Tersedianya Standar Prosedur Operasional (SPO)
tentang alur semua pasien batuk, alur pelaporan,
dan surveilans.
c. Berfungsinya tim DOTS sebagai tim PPI.
d. Aplikasi program PPI secara komprehensif berupa
menyediakan dan memberikan tisu dan masker
bedah kepada terduga dan pasien TB, masker
N95 untuk petugas kesehatan yang melayani
pasien TB RO, serta pembuangan limbah yang
sesuai PPI.
MANAJEMEN P2TB 60
Pokok bahasan 6: Pelaksanaan PPI TB di
Fasyankes

e. Mengusulkan perbaikan dan menyempurnakan


desain dan pemanfaatan bangunan sesuai PPI TB
kepada instansi terkait.
f. Pemeliharaan sarana dan prasarana terkait PPI
TB.
g. Diseminasi informasi bagi semua tenaga terkait
pelayanan pasien TB.
h. Melakukan kajian di unit terkait penularan TB.
i. Melaksanakan promosi pelibatan masyarakat dan
staf FKRTL terkait PPI TB dalam bentuk poster,
spanduk, dan bahan untuk KIE.

MANAJEMEN P2TB 61
Pokok bahasan 6: Pelaksanaan PPI TB
di Fasyankes

j. Melaksanakan Strategi Temukan pasien


secepatnya, Pisahkan secara aman, Obati secara
tepat (TemPO) di semua ruangan pelayanan.

MANAJEMEN P2TB 62
Pokok bahasan 6: Pelaksanaan PPI
TB di Fasyankes

j. Memberikan penyuluhan pasien mengenai etika


batuk serta melakukan demonstrasi
menggunakan APD.
k. Menyediakan tempat mendahak (sputum
booth).
l. Melakukan skrining bagi petugas yang kontak
dengan pasien TB dengan pemeriksaan contoh
uji dahak dan foto toraks secara berkala.

MANAJEMEN P2TB 63
RANGKUMAN DAN
KESIMPULAN
1. Pemetaan wilayah;

2. Perencanaan Program Penanggulangan TB;

3. Sistem informasi;

4. Pemantauan dan penilaian program


penanggulangan TB;

5. Jejaring penanggulangan TB;

6. Kegiatan pencegahan dan penanggulangan


infeksi TB di fasyankes

MANAJEMEN P2TB 64
SELAMAT BERDISKUSI DAN
MENGERJAKAN TUGAS DI
KELOMPOK

MANAJEMEN P2TB 65
REFERENSI
1. Permenkes nomor 67, tahun 2016 ttg P2TB

2. Strategi Nasional Penanggulangan TB,


tahun 2016-2019

3. RAN Sistem Informasi TB, tahun 2016-2019

4. Manual SIT (Sistem Informasi TB)

5. Manual eTB Manager.

MANAJEMEN P2TB 66
MANAJEMEN P2TB 67

Anda mungkin juga menyukai