Anda di halaman 1dari 33

UJIAN KASUS

TINEA KORPORIS ET KRURIS

Disusun Oleh :
Inez Ann Marie
G4A015145

Penguji :
dr. Amelia Budi Rahardjo, Sp.KK

SMF ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN


RSUD PROF. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO
2017
PENDAHULUAN
Dermatofitosis penyakit jamur kulit superfisial
yang menyerang jaringan berkeratin melibatkan
epidermis kulit, rambut, dan kuku, yang disebabkan
oleh jamur golongan dermatofita. Dermatofitosis
dikenal dengan nama tinea dan dibagi berdasarkan
lokasi infeksinya (Hayette & Sacheli, 2015).
EPIDEMIOLOGI
Iklim tropis di Indonesia dengan suhu dan
kelembaban tinggi membuat suasana yang baik
untuk pertumbuhan jamur sehingga diperkirakan
insidensi penyakit ini cukup tinggi di masyarakat.
Di Indonesia, dermatofitosis merupakan 52% dari
seluruh dermatomikosis (Yosella, 2015;
Teklebirhan & Bitew, 2015; Bertus et al., 2015).
Etiologi 1,2,3,4,5
ETIOLOGI

Trichophyton Epidermophyton
rubrum floccosum

TINEA KRURIS

(Behzadi et al., 2014)


ETIOLOGI
Trichophyton
verrucosum

Trichophyton Trichophyton
rubrum mentagrophytes

TINEA
KORPORIS

(Behzadi et al., 2014)


FAKTOR PREDISPOSISI
Internal Eksternal
pengetahuan & perilaku iklim yang panas
higienitas yang kurang lingkungan yang lembab
produksi keringat yang pemakaian bahan pakaian
berlebihan yang tidak menyerap
obesitas (BMI 25) keringat
diabetes melitus, suka bertukar handuk,
imunodefisiensi pakaian dan celana dalam
riwayat penggunaan obat- dengan teman atau anggota
obatan imunosupresan. keluarga yang menderita
tinea.
(Behzadi et al., 2014)
PATOGENESIS
Jamur

Perlekatan ke keratinosit

Penetrasi stratum
korneum

Perkembangan respons
host
(Brasch, 2010; Tainwala & Sharma, 2010)
MANIFESTASI KLINIS
Gatal pada badan dan daerah lipat paha,
intergluteal sampai ke gluteus, dan genitalia
Gatal semakin parah saat berkeringat
Makula eritematosa berbatas tegas, tepi aktif
dengan central healing dan skuama halus di
atasnya
(Schieke & Garg, 2012; Menaldi, 2016).
IDENTITAS
Nama : Ny. T
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 34 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Ajibarang
No RM : 008764351
ANAMNESIS (AUTOANAMNESIS)
19 JULI 2017

Keluhan Utama : Gatal di daerah


selangkangan dan kedua tungkai
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang ke poliklinik kulit dan kelamin
RSMS dengan keluhan gatal pada daerah
selangkangan dan kedua tungkai. Gatal dirasakan
sudah sejak 3 minggu yang lalu. Gatal dirasakan
semakin hebat terutama ketika berkeringat.
Pasien juga mengeluhkan timbul bercak-becak
kemerahan pada daerah yang gatal. Bercak
tersebut semakin meluas.
ANAMNESIS (AUTOANAMNESIS)
19 JULI 2017

Sejak 2 bulan yang lalu pasien mengeluhkan sering


berkeringat walaupun berada dalam ruangan yang
dingin. Pasien juga mengeluhkan dada terasa
berdebar dan sering merasa lapar. Berat badan
menurun drastis.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Pasien menyangkal adanya :
Keluhan yang serupa sebelumnya
Penyakit kulit lainnya
Hipertensi
Diabetes melitus
Alergi
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Pasien menyangkal adanya :
Keluhan yang serupa sebelumnya
Penyakit kulit lainnya
Hipertensi
Diabetes melitus
Alergi
RIWAYAT SOSIAL EKONOMI
Pasien mengaku sering menggunakan pakaian
berwarna gelap dan tebal. Pasien sering
berkeringat walaupun berada dalam ruangan yang
dingin.
PEMERIKSAAN FISIK
STATUS GENERALIS
Keadaaan umum : Sedang
Kesadaran : Compos mentis
Keadaan gizi : Baik, BB: 52 kg, TB: 147 cm
Vital Sign :
Tekanan Darah : 120/90 mmHg
Nadi : 72 x/menit
Pernafasan : 16 x/menit
Suhu : 36.7 C
PEMERIKSAAN FISIK
Kepala : Mesochepal, rambut hitam, distribusi
merata
Mata : Exoftalmus (+/+), konjungtiva anemis
(-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung : Simetris, deviasi septum (-), sekret (-)
Telinga : Bentuk daun telinga normal, sekret (-)
Mulut : Mukosa bibir dan mulut lembab,
sianosis (-)
Tenggorokan : T1 T1 tenang , tidak hiperemis
Leher : teraba pembesaran kelenjar tiroid
PEMERIKSAAN FISIK
Thorax : Simetris, retraksi (-)
Jantung : BJ I II reguler, murmur (-), Gallop (-)
Paru : SD vesikuler (+/+), ronki (-/-), wheezing (-)
Abdomen : Supel, datar, BU (+) normal
Kelenjar Getah Bening : Tidak teraba
Ekstremitas : Akral hangat (+), edema (-), sianosis (-)
PEMERIKSAAN FISIK

Pembesaran kelenjar tiroid


Exophtalmus
STATUS DERMATOLOGIS
Lokasi : Regio inguinalis dextra et
sinistra, regio femoralis sinistra, regio cruris
dextra et sinistra
Efloresensi : Makula eritematosa berbatas
tegas, tepi aktif dengan central healing dan
skuama halus di atasnya.
STATUS DERMATOLOGIS

Regio cruris dextra


STATUS DERMATOLOGIS

Regio femoralis sinistra

Regio cruris sinistra


DIAGNOSIS KERJA

TINEA KORPORIS ET KRURIS


DIAGNOSIS BANDING

Psoriasis

Eritrasma

Candidiasis kutis
intertriginosa
DIAGNOSIS BANDING
Pada psoriasis terdapat makula eritematosa dengan
skuama tebal berlapis seperti mika tanpa adanya
central healing, serta terdapat auspitz sign positif, candle
sign positif. Pemeriksaan KOH pada psoriasis
menunjukkan hasil negatif.
Sedangkan pada pasien ini terdapat central healing,
tidak ditemukan skuama yang berlapis seperti mika,
pemeriksaan lampu wood hasilnya (+), pada
pemeriksaan laboratorium dengan KOH ditemukan hifa
bersepta.
Sehingga diagnosis banding psoriasis dapat
disingkirkan.
DIAGNOSIS BANDING
Pada eritrasma terdapat makula eritematosa, tidak
ditemukan central healing, pada pemeriksaan lampu
wood didapatkan warna coral red, pada pemeriksaan
KOH tidak ditemukan hifa bersepta dan pewarnaan
Gram adanya bakteri gram positif, yakni
Corynebacterium minitussimum.
Sedangkan pada pasien ini terdapat makula eritematosa
dengan central healing, pada pemeriksaan lampu wood
didapatkan warna kuning kehijauan, serta ditemukan
hifa bersepta pada pemeriksaan KOH dan pada
pewarnaan gram tidak ditemukan bakteri.
Sehingga diagnosis banding eritrasma dapat
disingkirkan.
DIAGNOSIS BANDING
Pada kandidiasis kutis intertriginosa terdapat makula
eritematosa dengan lesi satelit tanpa adanya central
healing, pada pemeriksaan KOH tidak ditemukan hifa
bersepta namun ditemukan spora, yeast, pseudohifa.
Sedangkan pada pasien ini terdapat central healing dan
tidak terdapat lesi satelit, serta ditemukan hifa bersepta
pada pemeriksaan KOH.
Sehingga diagnosis banding kandidosis kutis
intertriginosa dapat disingkirkan.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Kerokan kulit + KOH 10%: hifa yang bersepta
atau bercabang, terdapat artrospora pada kelainan
kulit yang lama
Lampu Wood : warna kuning kehijauan

PEMERIKSAAN ANJURAN
Kultur media agar Sabouraud : didapatkan
kolonisasi jamur.
Tes fungsi tiroid (konsul penyakit dalam)
PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
Sistemik
Antimikotik sistemik: Itrakonazole 100 mg 1x1
tab selama 15 hari
Antihistamin: Cetirizine 10 mg 1x1 tab malam
hari
Topikal :
Mikonazole krim 2% dioles 2x sehari (pagi dan
malam)
PENATALAKSANAAN
Edukasi
Memperbaiki ventilasi
Meningkatkan higienitas diri dengan cara :
Mandi 2x sehari menggunakan sabun dan air
Tidak menggunakan pakaian, handuk, dan peralatan
mandi secara bersama-sama dengan orang lain
Menghindari pemakaian baju dalam yang terbuat
dari bahan yang tidak menyerap keringat.
Bila berkeringat keringkan dan mengganti pakaian
yang lembab
PENATALAKSANAAN
Edukasi penyebab penyakit, pemakaian obat yang
tepat sesuai program
Edukasi pasien supaya tidak menggaruk lesi karena
dapat menyebabkan infeksi sekunder.
Edukasi untuk cek lab fungsi tiroid konsul
penyakit dalam.
PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
Quo ad cosmeticum : ad bonam
DAFTAR PUSTAKA
Behzadi, P., Behzadi, E. & Ranjbar, R., 2014. Dermatophyte fungi: Infections,
Diagnosis and Treatment. Sikkim Manipal University Medical Journal. 1(2): 50-
62.
Bertus, N. V. P., Pandaleke, H. E. J. & Kapantow, G. M., 2015. Profil
Dermatofitosis di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado Periode Januari Desember 2012. Jurnal e-Clinic, 3(2): 731-4.
Brasch, J., 2010. Pathogenesis of tinea. Journal der Deutschen Dermatologischen
Gesellschaft, 8(10): 780-6.
Hayette, M. P. & Sacheli, R., 2015. Dermatophytosis, Trends in Epidemiology and
Diagnostic Approach. Current Fungal Infection Reports, 9 (3): 164-79.
Lesher, J. L., 2017. 2017. Tinea Corporis Treatment & Management. Available at :
http://emedicine.medscape.com/article/1091473-treatment. (Accessed 23 July
2017)
Menaldi, S. L., Bramono, K., Indriatmi W., 2016. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.
Jakarta: FK UI.
Nenoff, P., Kruger, C., Schaller, J., Hanselmayer, G. G., Beerbuhl, R. S. & Tietz, H.
J., 2014. Mycology-an update Part 2: Dermatomycoses : Clinical picture and
diagnostics. Journal of the German Society of Dermatology, 12 (9): 749-77.
DAFTAR PUSTAKA
Nigam, P. K., 2015. Antifungal drugs and resistance: Current concepts. Our
Dermatology Online Journal, 6(2): 212-21.
Qadim, H. H., Golforoushan, F., Azimi, H. & Goldust, M., 2013. Factors leading to
dermatophytosis, Annals of Parasitology, 59(2), 99-102.
Schieke, S. M. & Garg, A. 2012. Fungal Disease: Superficial Fungal Infection. In:
Goldsmith, L. A., Katz, S. I., Gilchrest, B. A., Paller, A. S., Leffell, D. J., Wolff,
K., eds. Fitzpatricks Dermatology in General Medicine. 8th Edition Volume 2.
New York: McGraw-Hill. p.2277-97.
Sharma, V., Kumawat, T. K., Sharma, A., Seth, R. & Chandra, S., 2015.
Dermatophytes: Diagnosis of dermatophytosis and its treatment. African Journal
of Microbiology Research, 9(19): 1286-93.
Tainwala, R. & Sharma, Y. K., 2010. Pathogenesis of Dermatophytoses. Indian
Journal of Dermatology, 56 (3): 259-61.
Teklebirhan, G. & Bitew, A., 2015. Profile of Dermatophyte and Non Dermatophyte
Fungi in Patients Suspected of Dermatophytosis. American Journal of Life
Sciences, 3 (5): 352-7.
Yosella, T. 2015. Diagnosis and Treatment of Tinea Cruris. Journal Majority,
4(2):122-8.

Anda mungkin juga menyukai