Anda di halaman 1dari 24

BRONKOPNEUMONIA

Agus Haerani
030.12.007
Pembimbing: dr. Magdalena, Sp.A

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK


RS TNI AL MINTOHARDJO
PERIODE 2 OKTOBER 2017 9 DESEMBER 2017
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
DEFINISI
Bronkopneumonia atau pneumoni lobularis,
yaitu infeksi saluran pernafasan bawah akut
dari parenkim paru yang melibatkan bronkus
atau bronkiolus dengan gambaran radiologi
berupa bercak infiltrat yang disebabkan oleh
infeksi mikroorganisme, terutama bakteri.
EPIDEMIOLOGI
Penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak balita

Statistik dunia memperkirakan 150 juta kasus baru pneumonia dengan


angka rawat rumah sakit sekitar 10-20%.

10 kali lipat lebih tinggi di negara berkembang termasuk Indonesia

Di Indonesia, survei kesehatan nasional (SKN) 2001, 27,6% kematian


bayi dan 22,8% kematian balita terutama disebabkan oleh pneumonia
Usia Etiologi yang sering Etiologi yang jarang
Bakteri Bakteri
E.coli Bakteri anaerob
Streptococcus group B Streptococcus group D
Listeria monocytogenes Haemophilus influenza

Lahir 20 hari Streptococcus pneumoniae

Ureaplasma urealyticum
Virus

ETIOLOGI Virus sitomegalo


Virus herpes simpleks
Bakteri Bakteri
Chlamidia trachomatis Bordetella pertusis
Streptococcus pneumoniae Haemophilus influenza tipe B

Virus Moraxella catharalis


3 minggu 3 bulan
Virus adeno Staphylococcus aureus
Virus influenza Ureaplasma urealyticum
Virus parainfluenza Virus
Respiratory syncytial virus Virus sitomegalo
ETIOLOGI
Bakteri Bakteri Bakteri Bakteri
Chlamidia Haemophilus Chlamidia pneumonia Haemophilus influenza
pneumoniae influenza tipe B Mycoplasma Legionella sp
Mycoplasma Moraxella catharalis pneumoniae
pneumoniae Streptococcus Staphylococcus aureus
Streptococcus Neisseria pneumonia
pneumonia meningitidis Virus
4 bulan 5 tahun Virus Staphylococcus 5 tahun - remaja Virus adeno
aureus Virus Epstein-barr
Virus adeno Virus Virus influenza
Virus influenza Virus varicella-zoster Virus parainfluenza
Virus parainfluenza Virus rino
Virus rino Respiratory Syncytial
Respiratory Syncytial Virus
Virus Virus varicella-zoster
FAKTOR RISIKO 3, Status ekonomi Sosioekonomi rendah dikaitkan
dengan edukasi maternal yang tidak adekuat.
Lingkungan tempat tinggal padat dan adanya saudara
1. Paparan asap rokok Perokok pasif
serumah yang menderita batuk juga meningkatkan
menyebabkan supresi fungsi fagosit dan aktivitas
risiko infeksi.
sel silia, meningkatkan adhesi bakteri pada epitel
dan menyebabkan koloni bakteri. 4. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Pada bayi BBLR
rentan terjadi defek pada fungsi paru dan belum
2. Malnutrisi Malnutrisi terutama protein dan
adekuatnya imunitas.
energi, sangat erat kaitannya dengan rendahnya
imunitas sehingga anak menjadi rentan terkena 5. ASI Dapat meningkatkan imunitas sehingga

infeksi menurunkan risiko infeksi


KLASIFIKASI
MIKROORGANISME PENYEBAB KARAKTERISTIK PENYAKIT

1. Pneumonia bakteri 1. Pneumonia tipikal

2. Pneumonia virus 2. Pneumonia atipikal


3. Pneumonia jamur (sering merupakan
infeksi sekunder dengan predileksi pada
penderita immunocompromised)
KLASIFIKASI
PREDILEKSI INFEKSI LAMA PENYAKIT
1. Pneumonia lobaris 1. Pneumonia akut

2. Pneumonia interstitialis 2. Pneumonia persisten

3. Bronkopneumonia
KLASIFIKASI
klinis dan epidemiologi
Penumonia komuniti : didapat di masyarakat, bersifat sporadik atau endemis dan
dapat mengenai orang muda atau dewasa (sering disebabkan oleh kokus gram positif)
Pneumonia nosokomial : didahului oleh perawatan di RS selama 72 jam (lebih sering
disebabkan oleh bakteri gram negatif)
Pneumonia rekurens : terdapat dasar penyakit paru kronik
Pneumonia aspirasi : biasanya terjadi pada alkoholik dan usia tua
Pneumonia pada penderita immunocompramised : pada pasien transplantasi,
onkologi, AIDS
PATOFISIOLOGI
Mekanisme pertahanan terganggu virulensi organisme me

bakteri Invasi mikroorganisme ke saluran virus


napas bawah (inhalasi atau aspirasi
floral komensal)
Me integritas struktural
Stadium hiperemi : sel alveolar tipe II dan
peningkatan aliran darah Respon inflamasi migrasi leukosit ke produksi surfaktan
dan permeabilitas kapiler fokus infeksi, pelepasan substansi toksik,
di tempat infeksi aktivasi kaskade komplemen
eksudasi cairan intra- terbentuk membrane
alveolar ke ruang hialin dan edema
interstisial edema pulmoner
terganggunya proses
difusi pe saturasi
Oksi-Hb takipnea dan Dispnea
dispnea
hepatisasi merah: alveolus
terisi oleh sel darah merah,
eksudat dan fibrin Lobus
yang terkena menjadi padat
(warna merah) penurunan
ventilasi (ventilation perfusion
mismatch) kompensasi
tubuh usaha nafas ekstra hepatisasi kelabu: fagositosis
dispneu gagal napas sisa-sisa sel resorbsi
eritrosit di alveoli, lobus
masih tetap padat karena
berisi fibrin dan leukosit, dan Resolusi: respon imun dan
kapiler darah tidak lagi inflamasi mereda sel
mengalami kongesti mengalami degenerasi, fibrin
menipis, kuman, dan debris
direabsorbsi oleh makrofag
dikeluarkan melalui batuk.
Manifestasi klinis
GAMBARAN INFEKSI UMUM GAMBARAN GANGGUAN RESPIRASI
Didahului infeksi saluran napas atas Dispneu
Suhu: 390-400C Pernafasan cuping hidung
Gelisah Sianosis di sekitar hidung dan mulut
Sakit kepala Batuk
Malaise Retraksi dada (interkostal, subkostal,
Penurunan nafsu makan dan suprasternal)
Gangguan gastrointestinal Takipnea
Nyeri dada Takikardi
KRITERIA DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan bila ditemukan 3 dari 5 gejala berikut :
1. sesak nafas disertai dengan pernafasan cuping hidung dan tarikan dinding
dada
2. panas badan
3. Ronkhi basah sedang nyaring (crackles)
4. Foto thorax meninjikkan gambaran infiltrat difus
5. Leukositosis (pada infeksi virus tidak melebihi 20.000/mm3 dengan limfosit
predominan, dan bakteri 15.000-40.000/mm3 neutrofil yang predominan)
DIAGNOSIS
Anamnesis6,13
Bergantung pada berat ringannya infeksi. Secara umum dapat ditemukan:
Gejala infeksi umum: demam, sakit kepala, gelisah, malaise, penurunan nafsu
makan, dan keluhan gastrointestinal (mual, muntah, diare).
Gangguan respiratorik: batuk, sesak napas, retraksi dada, takipnea, napas
cuping hidung, air hunger, merintih, dan sianosis.
Pemeriksaan fisik
Penilaian keadaan umum anak, frekuensi napas, dan nadi harus dilakukan pada saat awal
pemeriksaan sebelum pemeriksaan lain yang dapat menyebabkan anak gelisah atau rewel.
Penilaian keadaan umum antara lain meliputi kesadaran dan kemampuan makan/minum.
Gejala distres pernapasan seperti takipnea, retraksi subkostal, batuk, krepitasi, dan penurunan
suara napas.
Takipnea adalah tanda klinis yang paling signifikan. Agar akurat, frekuensi pernapasan harus
dihitung 1 menit penuh ketika anak sedang diam. Pada anak yang demam, tidak adanya takipnea
dapat menyingkirkan pneumonia. (97,4%). Tetapi adanya takipnea pada anak demam memiliki
nilai prediktif positif yang rendah (20,1%) karena demam sendiri dapat meningkatkan frekuensi
napas 10x/menit/oC. Pada anak dengan takipnea yang disertai dengan retraksi, dengkur, napas
cuping hidung, dan krepitasi mensugestikan pneumonia.
Dapat ditemukan pekak perkusi, ronki.
Demam dan sianosis.
Anak di bawah 5 tahun mungkin tidak menunjukkan gejala pneumonia yang klasik. Pada anak
yang demam dan sakit akut, terdapat gejala nyeri yang diproyeksikan ke abdomen. Pada bayi
muda terdapat gejala pernapasan tak teratur dan hipopnea.
Gejala distres pernapasan seperti takipnea, retraksi subkostal, batuk, krepitasi, dan penurunan suara napas.
Takipnea adalah tanda klinis yang paling signifikan. Agar akurat, frekuensi pernapasan harus dihitung 1 menit penuh ket
Tabel 2. Batas takipnea menurut WHO untuk diagnosis pneumonia yang disertai batuk.8,12
Dapat ditemukan pekak perkusi, ronki.
Demam dan sianosis.
Anak di bawah 5 tahun mungkin tidak menunjukkan gejala pneumonia yang klasik. Pada anak yang demam dan sakit ak

Usia Frekuensi napas Batas takipnea


normal
2-12 bulan 25-40 x/menit 50x/menit

1-5 tahun 20-30x/menit 40x/menit


PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan jumlah leukosit dan hitung jenis leukosit perlu
dilakukan untuk menentukan terapi antibiotik pilihan. Pada
pneumonia virus, nilai leukosit dapat normal/ sedikit meningkat
tetapi tidak lebih dari 20.000/mm3 dengan dominasi limfosit,
sedangkan pada pneumonia bakterial, nilai leukosit meningkat
(leukositosis), berkisar antara 15.000 40.000/mm3, didominasi
oleh PMN. Pada infeksi Chlamydia kadang ditemukan eusinofilia.16
TATALAKSANA
Penatalaksaan umum
Pemberian oksigen lembab 2-4 L/menit sampai sesak nafas hilang atau PaO2 pada analisis gas darah 60 torr
Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi elektrolit.
Asidosis diatasi dengan pemberian bikarbonat intravena.

Khusus
Mukolitik
Antibiotik
Neonatus dan bayi muda (< 2 bulan) :
ampicillin + aminoglikosid
amoksisillin-asam klavulanat
amoksisillin + aminoglikosid
sefalosporin generasi ke-3
Bayi dan anak usia pra sekolah (2 bl-5 thn)
beta laktam amoksisillin
amoksisillin-amoksisillin klavulanat
golongan sefalosporin
kotrimoksazol
makrolid (eritromisin)
Anak usia sekolah (> 5 thn)
amoksisillin/makrolid (eritromisin, klaritromisin, azitromisin)
tetrasiklin (pada anak usia > 8 tahun)

Karena dasar antibiotik awal di atas adalah coba-coba (trial and error) maka harus
dilaksanakan dengan pemantauan yang ketat, minimal tiap 24 jam sekali sampai hari ketiga.
KOMPLIKASI
PENYEBARAN INFEKSI PENYEBARAN INFEKSI
DI RONGGA THORAX HEMATOLOGI
Efusi pleura
Meningitis
Empiema
Artritis supuratif
Pneumothorax
Osteomielitis
Abses paru
Perikarditis purulenta
Otitis media akut (OMA) terjadi jika tidak diobati maka Abses paru, pada pneumonia yang memberat
sputum yang berlebihan akan masuk kedalam tuba
eusthacii sehingga menghalangi masulnya udara akan menjadi abses paru dan seringnya pada
ketelinga tengah dan mengakibatkan hampa udara pneumonia aspirasi yang disebabkan oleh
kemudian gendang telinga akan tertarik kedalam
timfus efusi (Asih, 2006). mikoroorganisme anaerob (Prijanto, 2009).
Atelectasis terjadi akibat penyumbatan saluran udara Gagal nafas terjadi karena berkurangnya
pada bronkus atau bronkiolus sehingga menyebabkan
alveolus kurang berkembang atau bahkan tidak valume paru secara fungsional karena proses
berkembang dan akhirnya kolaps (Asih, 2006). inflamasi akan mengganggu proses difusi dan
Meningitis disebabkan oleh baakteri yang sama dengan akan menyebabkan gangguan pertukaran gas
pneumonia. Pada pneumonia bakteri masuk kesaluran yang akan menyebabkan
nafas bagian bawah dan dapat menyerang pembuluh
darah dan masuk keotak sehingga menyebabkan
radang selaput otak (Prijanto, 2009).
PENCEGAHAN
cara hidup sehat Konsumsi makanan bergizi, menjaga kebersihan,
istirahat cukup, dan rutin aktivitas fisik

Vaksinasi vaksinasi Pneumococcus, H. influenza, Varisela yang


dianjurkan pada anak dengan daya tahan tubuh rendah

Menghindari kontak dengan penderita

Mengobati penyakit secara dini


PROGNOSIS
Bronkopneumonia tanpa komplikasi dapat menunjukkan respon
terapi yang baik sejak dimulainya terapi dini antibiotik yang tepat
dan adekuat

Anda mungkin juga menyukai