Shield Metal Arc Welding (SMAW) merupakan suatu teknik pengelasan
dengan menggunakan arus listrik yang Membentuk busur arus dan elektroda berselaput. Di dalam pengelasan SMAW ini terjadi gas pelindung ketika elektroda terselaput itu mencair, sehingga dalam proses ini tidak diperlukan tekanan/pressure gas inert untuk menghilangkan pengaruh oksigen atau udara yang dapat menyebabkan korosi atau gelembung-gelembung di dalam hasil pengelasan. Berikut contoh mesin SMAW dan rangkaiannya.
Mesin Las SMAW Rangkaian Mesin Las SMAW
Proses pengelasan terjadi karena arus listrik yang mengalir di antara elektroda dan bahan las membentuk panas sehingga dapat mencapai 3000 C, sehingga membuat elektroda dan bahan yang akan dilas mencair. Berdasarkan jenis arus- nya, pengelasan ini dibagi atas arus AC dan DC, dimana arus DC dibedakan atas Straight polarity- polaritas langsung dan Reverse polarity - polaritas terbalik. Sedang mesin lasnya terbagi atas dua jenis yaitu constant current - arus tetap dan constant voltage - tegangan tetap, dimana pada setiap pengelasan busur arus listrik jika terjadi busur yang membesar akan menurunkan arus dan menaikkan tegangan serta pada busur yang memendek akan meningkatkan arus dan menurunkan tegangan. Dalam proses pengelasan SMAW tenaga listrik yang di peroleh dari mesin menurut jenis arus yang dikeluarkan terbagi menjadi 3 jenis mesin 1. Mesin dengan arus searah (DC) 2. Mesin dengan arus bolak balik (AC) 3. Mesin dengan kombinasi arus searah (DC) dan arus bolak balik (AC) Pada mesin arus (DC) dilengkapi dengan komponen yang merubah sifat arus bolak balik (AC) menjadi arus searah yaitu dengan generator listrik. Mesin arus bolak balik tidak perlu dilengkapi dengan generator tetapi cukup dengan transformator. Karakteristik electric effeciensinya 80-85%. Pada mesi kombinasi antara AC dan DC dilengkapi dengan transformator dan rectifier,diman rectifier ini mempunyai fungsi untuk meratakan arus. Perlengkapan yang diperlukan untuk proses pengelasan SMAW adalah peralatan yang paling sederhana dibandingkan dengan proses pengelasan listrik yang lainnya. Adapun perlengkapan las SMAW adalah : 1. Sumber Tegangan (power source) 2. Kabel masa dan kabel elektoda (ground cable and electrode cable) 3. Pemegang elektroda dan klem masa (holder and claim masa) 4. Palu las dan sikat kawat (chipping hammer and wire brush) 5. Elektroda 1. Penyetelan Perangkaian yang baik diperlukan untuk mempermudah penyetelan kampuh terutama untuk benda-benda yang ukurannya besar. Selain itu kemungkinan perubahan bentuk yang terjadi akibat panas selama pengelasan berlangsung dapat dihindarkan / dikurangi. 2. Mengatur Tegangan Pada mesin las modern, tegangan pengelasan dapat diatur sesuai dengan kebutuhan. Mesin las umumnya mempunyai tegangan 60 80 Volt sebelum terjadi busur nyala. Tegangan ini disebut tegangan terbuka atau tegangan atau tegangan pembakar. Bila busur nyala telah terjadi (sedang mengelas) maka tegangan turun menjadi 20 40 Volt. Ini dinamakan tegangan kerja. 3. Mengatur Ampere Arus pengelasan ditentukan oleh diameter elektroda, tebal bahan, jenis elektroda dan posisi pengelasan. Pengaturan arus dilakukan dengan memutar handel atau knop. Arus pengelasan yang dipakai dapat dilihat/ dibaca pada skala arus, yang terdapat pada mesin las. 4. Menebalkan Permukaan Menebalkan benda kerja yang telah aus (poros, bidang-bidang luncur dsb) dapat dilakukan dengan las. Untuk mencapai ukuran yang diperlukan, rigi-rigi las selanjutnya dikerjakan dengan menyekrap atau membubut. 5. Posisi-posisi Pengelasan Posisi pengelasan ada empat macam: a. posisi dibawah tangan (lihat w, h) b. posisi mendatar / horizontal (lihat q) c. posisi vertical (lihat s) d. posisi diatas kepala (lihat u) 6. Membuat Rigi - Rigi Sambungan terisi dengan rata, maka pada permukaan penyambungan diadakan pengayunan elektroda. Batas pemunduran elektroda dan kecepatan pengisian kawah normal. Batas pemunduran elektroda terlalu jauh, atau kecepatan pengisian terlalu lama, sehingga terjadi sambungan rigi-rigi yang tinggi. Batas pemunduran elektroda terlalu pendek atau waktu pengisian terlalu singkat, sehingga terjadi sambungan rigi- rigi yang rendah. 7. Menyambung Rigi - Rigi Apabila elektroda habis sebelum sampai pada batas pengelasan, maka untuk menyambung kembali, diperlukan cara tertentu. Busur nyala dimulai 5 10 mm dari kanan kemudian elektroda digerakkan kekiri sampai mendekati rigi-rigi yang akan disambung. Kemudian teruskan pengelasan menurut arah yang diperlukan. 8. Mematikan Busur Nyala Agar ujung akhir rigi-rigi las tidak keropos dan tidak terlalu rendah, maka untuk memutuskan atau melepaskan busur nyala dari benda kerja dibutuhkan teknik tertentu, seperti : a. elektroda diangkat, lalu sedikit diturunkan, baru diayun keluar. b. elektroda diangkat sedikit lalu diturunkan kembali sambil dilepas dengan mengayunkan kekiri atas. c. diperlihatkan cara pelepasan elektroda yang salah. 9. Hasil Rigi-rigi Dengan melihat hasil rigi-rigi las dapat diketahui kesalahan-kesalahan pengelasan. 10. Ayunan Elektroda Untuk mendapatkan rigi-rigi yang lebih besar dan memperdalam penembusan, perlu mengayun elektroda. 11. Tinggi Awal Busur Bila pengelasan dimulai dipinggir sekali, maka penembusan awal rigi-rigi sering kurang baik. Untuk mengisi hal ini, maka titik awal pengalaan dimulai kira- kira 10 20 mm dari tepi kampuh yang akan dilas. Elektroda dimundurkan mencapai tepi, lalu dikembalikan kearah lintasan yang diperlukan.
12. Menyalakan Elektroda
Dengan melihat hasil rigi-rigi las dapat diketahui kesalahan-kesalahan pengelasan. 10. Ayunan Elektroda Untuk mendapatkan rigi-rigi yang lebih besar dan memperdalam penembusan, perlu mengayun elektroda.