Anda di halaman 1dari 37

Kelompok 3 :

1. Winahyu Dwi Hapsari


2. Renny Mey Maghfiroh
3. Putri Yunida Riza
4. Meriana Fitri Anggraeni
5. Stefani Amanda R.
6. Nungky Dwita Sari
7. Nur Amilia
8. Lukman Handoyo
Trauma Kepala adalah trauma langsung
terhadap kepala disebabkan oleh benturan
fisik dari luar.

1. Mempengaruhi kesadaran
2. menimbulkan kerusakan kemampuan
kognitif dan fungsi fisik
Cedera
Kepala

Cedera Kepala Terjadi pada otak segera


setelah trauma
Primer

Cedera Kepala Berkembang kemudian


menjadi komplikasi
Sekunder
Berdasarkan kedaan patologis :
1. Cedera Kepala Primer
2. Cedera Kepala sekunder

Berdasarkan beratnya :
1. Cedera kepala ringan (GCS 14-15)
2. Cedera kepala sedang (GCS 9 13)
3. Cedera kepala berat (GCS < 8)
1. Kecelakaan industri
2. Kecelakaan olahraga
3. Kecelakaan karena terkena tembakan dan
bom
4. Kecelakaan karena kejatuhan benda tumpul
5. Kecelakaan karena terjatuh maupun
membentur benda keras
Secara garis besar mekanisme :

1. Tipe beban statik (statik loading)

2. Tipe beban dinamik (dinamik loading)

a. Beban guncangan (impulse loading)

b. Beban benturan (impact loading)


Fraktur tengkorak, ada laserasi, memar
Fraktur pada tengkorak dapat melukai
pembuluh darah dan saraf-saraf yang ada di
otak, merobek durameter yang dapat
mengakibatkan perebesan serebrospinal.
Kemungkinan tanda dan gejala yang muncul,
antara lain:
Keluarnya cairan serebrospinalis atau cairan lain
dari hidung (rhinorrhoe) dan telinga (otorrhoe).
Kerusakan saraf kranial
Perdarahan di belakang membran timpani
Ekimosis periorbital
Jika terjadi fraktur basiler, kemungkinan terjadi
gangguan pada saraf kranial dan kerusakan pada bagian
dalam telinga. Kemungkinan tanda dan gejala yang muncul,
antara lain:

1. Perubahan tajam penglihatan


2. Kehilangan pendengaran
3. Dilatasi pupil dan hilangnya kemampuan pergerakan
beberapa otot mata
4. Paresis wajah
5. Vertigo
6. Nistagmus
7. Warna kebiruan atau hematoma pada periorbital, dan di
belakang telinga di atas mastoid (battle sign)
Riwayat kejadian trauma kepala
Tingkat kesadaran
Hal ini tergantung dari berat ringannya
cedera kepala, ada atau tidaknya amnesia
retrogat, mual, dan muntah.
Kerusakan jaringan otak
Untuk melihat ada tidaknya cedera kepala
perlu dilakukan pemeriksaan CT scan atau
MRI.
Battle sign: warna biru atau ekimosis
dibelakang telinga di atas os.mastoid
Hemotipanum: perdarahan di daerah
gendang telinga
Periorbital Ekimosis: mata warna hitam tanpa
trauma langsung
Rhinorrhoe: liquor keluar dari hidung
Otorrhoe: liquor keluar dari telinga
Menurut Reissner (2009), gejala klinis trauma
kepala berat adalah sebagai berikut :

Simptom atau tanda-tanda cardinal yang


menunjukkan peningkatan di otak menurun
atau meningkat.
Perubahan ukuran pupil (anisokoria).
Triad Cushing (denyut jantung menurun,
hipertensi, depresi pernafasan).
Apabila meningkatnya tekanan intrakranial,
terdapat pergerakan atau posisi abnormal
ekstrimitas.
Terjadi 48 jam setelah trauma, nilai GCS < 9
1. Memar
Kemampuan
Cedera kepala 2. Laserasi cedera
autoregulasi
akibat benturan robekan
cerebral <
3. hemoragi

Lesi menggeser dan Tidak ada aliran


Peningkatan tekanan
mendorong cairan otak dan
otak
jaringan otak sirkulasi otak

Tekanan pada ruang


Aliran darah otak Perfusi tidak
kranium
menurun adekuat
meningkat

Edema menekan Vasodilatasi dan


PTIK edema otak
jaringan saraf
CT Scan
MRI
Angiografi serebral
EEG (Elektroensefalogram)
Foto rontgen
Analiss Gas Darah (AGD)
Pemeriksaan Neurologis
Primary Survey
Harus melindungi vertebra servikal
Chin lift atau jaw thrust
Airway

Maksimalkan oksigenasi dan ventilasi


Menghitung laju napas, dada simetris, dll.
Breathing

Tingkat kesadaran
Warna kulit
Circulation Nadi
Tingkat kesadaran (GCS)
Ukuran dan reaksi pupil
Disability

Penderita harus dibuka keseluruhan


pakaian luka dapat terlihat
Exposure Pemberian cairan intravena
Secondary Survey
A = Allergies, dengan menanyakan kepada
klien atau keluarga, serta bisa dengan
menggunukan tes alergi
M = Medications, atau obat yang sedang
dikonsumsi atau diminum klien untuk
mengatasi masalah
P = Past illness (RPD)
L = Last meal, makanan atau minuman
terakhir; apa dan kapan
E = Event / environment, pencetus atau
kejadian penyebab keluhan
Berdasarkan beratnya :

1. Terapi Cedera Kepala Ringan (GCS =1315 )


Obat anti nyeri non narkotik
Toksoid pada luka terbuka
Penderita dapat diobservasi selama 12
24 jam di Rumah Sakit
2. Terapi Cedera Kepala Sedang (GCS = 9-12)
Anamnese singkat
Stabilisasi kardiopulmoner dengan segera
sebelum pemeriksaan neulorogis
Pemeriksaan CT. scan
Penderita harus dirawat untuk diobservasi
Penderita dapat dipulangkan setelah dirawat
bila :Status neulologis membaik, CT scan
berikutnya tidak ditemukan adanya lesi masa
yang memerlukan pembedahan
Penderita jatuh pada keadaan koma,
penatalaksanaanya sama dengan CK. Berat.
Airway harus tetap diperhatikan dan dijaga
kelancarannya
3. Cedera Kepala Berat ( GCS 8 )
Kondisi penderita tidak mampu
melakukan perintah sederhana walaupun
status kardiopulmonernya telah
distabilkan
CK. Berat mempunyai resiko morbiditas
sangat tinggi
Diagnosa dan therapy sangat penting dan
perlu dengan segara penanganan
Tindakan stabilisasi kardiopulmoner pada
penderita CK. Berat harus dilakukan
secepatnya.
TERAPI FARMAKOLOGIS
1. Cairan Intravena
2. Hyperventilasi
3. Manitol
4. Furosemid
5. Steroid
6. Barbiturat
7. Anticonvulsan
TERAPI OPERATIF

1. Trauma kranioserebral tertutup


Fraktur impresi (depressed fracture)
Perdarahan epidural (hematoma epidural /
EDH)
Perdarahan subdural (hematoma subdural
/ SDH
Perdarahan intraserebral

2. Trauma kranioserebral terbuka


Perlukaan kranioserebral
Liqquorrhea yang tidak berhenti
Pneumoencephali
Corpus alienum
Luka tembak
Lesi saraf kranial
Fistula cerebrospinal fluid
Pneumoencephalus
Fistula caroticocavernous
Cedera vaskuler dan trombosis
Infeksi
Tekanan intrakranial (TIK) adalah tekanan
atau hubungan volume di antara kranium dan
isi kubah kranium yang normalnya bekisar
antara 10-15 mmHg atau setara dengan
136-204mmH2O. Volume kranium terdiri
atas darah, jaringan otak, dan cairan
serebrospinal (CSS)
ICP dipengaruhi oleh 3 faktor :
1. Otak (80% dari volume total)
2. Cairan serebrospinal (10%)
3. Darah (10%)

Salah satu hal yang penting dalam TIK


adalah tekanan perfusi serebral/cerebral
perfusion pressure (CPP).
CPP adalah jumlah aliran darah dari sirkulasi
sistemik yang diperlukan untuk memberi
oksigen dan glukosa yang adekuat untuk
metabolisme otak.

CPP = MAP - ICP

Nilai normal :
MAP = (tekanan sistolik + 2x >100 mmHg = ICP
tekanan diastolik) / 3 <60 mmHg = aliran
darah tidak adekuat
Monitoring TIK paling sering dilakukan
pada trauma kepala dengan situasi
(Thamburaj, Vincent, 2006):

GCS kurang dari 8


Mengantuk/drowsy dengan hasil temuan CT
scan
Post op evakuasi hematoma
Klien risiko tinggi seperti usia diatas 40
tahun, tekanan darah rendah, klien dengan
bantuan ventilasi.
Indikasi Kriteria dan rasio
Trauma - GCS kurang dari atau sama dengan 8
- Tidak mampu mengikuti pemeriksaan neurologis atau
memerlukan sedasi atau anestesi
Perdara - Ketika terjadi ekspansi perdarahan akan menyebabkan
han intervensi pembedahan, monitoring dapat menyedian
intracra informasi segera.
nial - Manajemen TIK secara umum
Neiplas Pasien yang terjadi edema otak selama operasi reseksi atau
ma penutupan, monitoring dapat berguna pada periode
intracra perioperatif.
nial
Pasca Reseksi AVM menyebabkan redistribusi aliran darah dan
operasi sering edema paska operasi membutuhkan pemulihan yang
AVM bertahan dan sering sedasi paska operasi
Koagulopati dapat meningkatkan risiko
perdarahan pada pemasangab pemantauan
TIK
Trombosit < 100.000/mm c
Imunosupresan baik iatrogenik maupun
patologis
1. Untuk mengidentifikasi tekanan intrakranial
2. Evaluasi terapi intervensi untuk
meminimalkan cedera iskemik pada pasien
cedera kepala
Bentuk gelombang TIK digolongkan menjadu
P1, P2, P3.
P1 = gelombang arterial
P2 = rebound
P3 = outflow vena
Gelombang Lundberg A (gelombang
plateau) menunjukkan peningkatan TIK tiba-
tiba dari 20 ke 100 mmHg yang bertahan dari
menit ke jam, menyebabkan penurunan
CBF/CPP dan iskemik otak. Gelombang
Lundberg B sedikit meningkat, biasanya 5-20
mmHg, bertahan 1-5 menit, berhubungan
dengan variasi respirasi, dan digolongkan
dengan ketajaman gelombang. Gelombang
Lundberg ini merupakan penanda untuk
compliance intrakranial rendah kritis dan
mungkin mengakibatkan hipoperfusi
jaringan, pembesaran arteriolar yang
progresif, dan peningkatan CBV.
1. Mengkaji ulang secara berkala perfusi serebral untuk menghindari
secondary injury
2. Melakukan kalibrasi sistem EVD (External Ventriculo Drainage) jika
dibutuhkan
3. Jika bedside monitor tidak dapat secara otomatis menghitung CPP
(Cerebral Perfusion Pressure) maka perawat wajib dapat
menghitung dengan rumus : MAP ICP = CPP
4. Melakukan pengaturan untuk memperoleh data yang akurat, semua
sensor dan monitor harus dalam posisi zero setting sebelum
bekerja
5. Perawat harus memastikan bahwa tidak ada kerusakan pada mesin
serta kebocoran cairan dan udara
6. Melakukan pemantauan selama 24 jam yang meliputi tanda-tanda
vital, kesadaran, pupil, dan kekuatan pergerakan ekstremitas
7. Perawat harus selalu memastikan posisi pasien yang di monitor
dalam posisi supinasi atau high head position setinggi 10-15

Anda mungkin juga menyukai