Anda di halaman 1dari 31

NORMA

PERHITUNGAN
PAJAK
UU No. 36 / 2008
WP ORANG PRIBADI

NORMA PERHITUNGAN
PEMBUKUAN

PENGHASILAN BRUTO PENGHASILAN BRUTO


DIKURANGI DIKALIKAN PERSENTASI
PENGURANG (=) NORMA

PENGHASILAN NETO PENGHASILAN NETO

DIKURANGI PTKP
(Pasal. 7)

PKP x TARIF Pasal. 17


(Pasal 14)
(1) Norma Penghitungan Penghasilan Neto (NPPN)
utk menentukan penghasilan neto, dibuat & disem-
purnakan terus menerus serta diterbitkan oleh DJP

PENJELASAN ayat (1) :


Norma Penghitungan adalah PEDOMAN
Dilakukan dalam hal :
a. Tidak terdapat dasar penghitungan yg lebih baik
yaitu pembukuan yang lengkap, atau
b. Pembukuan atau catatan peredaran bruto WP
ternyata diselenggarakan secara tidak benar
(Pasal 14)

(2) WP OP yg melakukan kegiatan usaha /


pekerjaan bebas yg peredaran bruto-
nya dalam 1 tahun KURANG DARI
Rp 4.800.000.000 BOLEH menghitung
penghasilan neto dengan menggunakan
NORMA PENGHITUNGAN PENGHASI-
LAN NETO sbgmn dimaksud pd ayat (1),
DENGAN SYARAT memberitahukan kpd
DJP dlm jangka waktu 3 bulan pertama
dari tahun pajak ybs.
(3) WP sbgmn dimaksud pd ayat (2) yg menghi-
tung penghasilan netonya dgn mengguna-
kan NPPN WAJIB menyelenggarakan
PENCATATAN sbgmn dimaksud dalam UU
yg mengatur mengenai KUP. (lihat KUP Psl 28)

(4) WP sbgmn dimaksud pd ayat (2), yg TIDAK


memberitahukan kpd DJP utk menghitung
penghasilan neto dgn menggunakan Norma
Penghitungan Penghasialan Neto DIANGGAP
memilih menyelenggarakan pembukuan.
(5) WP yg wajib menyelenggarakan pembukuan
atau PENCATATAN, termasuk WP sbgmn di
maksud pd ayat (3) & (4), yg ternyata TIDAK /
TIDAK SEPENUHNYA menyelenggagarakan
pencatatan / pembukuan / tdk memperlihatkan
pencatatan / bukti-bukti pendukungnya maka
penghasilan netonya dihitung berdasarkan
Norma Penghitungan Penghasialan Neto dan
peredaran brutonya dihitung dgn cara lain yg di
atur dgn atau berdasarkan PMK

(7) Besarnya peredaran bruto sbgmn dimaksud pd


ayat (2) dapat diubah dgn PMK
NORMA PERHITUNGAN
PENGHASILAN NETO

PEREDARAN USAHA BRUTO


X
% NORMA PENGHITUNGAN
KETENTUAN PENGGUNAAN
NORMA PERHITUNGAN

1. WPOP PEREDARAN BRUTONYA DLM SATU


TAHUN KURANG DARI Rp 4.800.000.000
2. MEMBERITAHUKAN KEPADA DJP DALAM
JANGKA WAKTU 3 BULAN PERTAMA DARI
TAHUN PAJAK YANG BERSANGKUTAN
3. WP TETAP DIWAJIBKAN MENYELENGGA-
RAKAN PENCATATAN
CONTOH KASUS :
Bp. BUDIMAN, WPOP (STATUS K/3)
MENGGUNAKAN PEMBUKUAN. TAHUN 2009
MEMPUNYAI DATA SBB :
PEREDARAN USAHA Rp 2.000.000.000
BIAYA USAHA Rp 1.550.000.000
PENGHASILAN DARI LUAR USAHA SEBESAR
Rp 50.000.000 DENGAN BIAYA Rp 30.000.000.
KERUGIAN TAHUN LALU YANG MASIH DAPAT
DIKOMPENSASIKAN Rp 200.000.0000.
JIKA MENGGUNAKAN NORMA 20%
JAWABAN : PEMBUKUAN
PENGHASILAN BRUTO Rp 2.000.000.000
BIAYA Rp 1.550.000.000
PENGHASILAN NETTO Rp 450.000.000
PENGHASILAN DR LUAR (NETTO) Rp 20.000.000
PENGHASILAN NETTO SELURUHNYA Rp 470.000.000
KOMPENSASI KERUGIAN Rp 200.000.000
PENGHASILAN STLH KOMPENSASI Rp 270.000.000
PTKP (K/3) Rp 21.120.000
PENGHASILAN KENA PAJAK Rp 248.880.000
PAJAK TERHUTANG: Rp 32.332.000
5% X Rp 50.000.000 Rp 2.500.000
15% X Rp 198.880.000 Rp 29.832.000
JAWABAN : NORMA PERHITUNGAN
PENGHASILAN BRUTO Rp 2.000.000.000
PENGHASILAN NETTO
(20% X Rp 2.000.000.000) Rp 400.000.000
PENGHASILAN LAINNYA (NETTO) Rp 20.000.000
PENGHASILAN SELURUHNYA Rp 420.000.000
KOMPENSASI KERUGIAN Rp 0
PENGHASILAN STLH KOMPENSASI Rp 420.000.000
PTKP (K/3) Rp 21.120.000
PENGHASILAN KENA PAJAK Rp 398.880.000
PAJAK TERHUTANG Rp 69.720.000
5% X Rp 50.000.000 Rp 2.500.000
15% X Rp 200.000.000 Rp 30.000.000
25% X Rp 148.880.000 Rp 37.220.000
(Pasal 15)

NORMA PENGHITUNGAN
KHUSUS utk menghitung peng-
hasilan neto dari WP tertentu
yg tdk dpt dihitung berdasarkan
ketentuan pasal 16 ayat (1) atau
ayat (3) ditetapkan Menteri
Keuangan.
(Pasal 15)

Perusahaan yang masuk WP tertentu:


- Pelayaran / Penerbangan Internasional
- Asuransi Luar Negeri
- Pengeboran Minyak, Gas & Panas Bumi
- Dagang Asing (Kantor Perwakilan Dagang)
- Investasi dalam bentuk Bangun Guna Serah
(BOT = Build, Operate & Transfer)
(Pasal 15)

Untuk menghindari kesukaran


dlm menghitung besarnya PKP
bagi golongan WP Tertentu tsb,
berdasarkan pertimbangan
praktis atau sesuai kelaziman
pengenaan dalam bidang-bidang
usaha tsb.
SURAT PEMBERITAHUAN

UU No. 28 Tahun 2007


Tentang
Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan
(KUP)
Pengertian ..

Pasal 1 Angka 11:


Surat Pemberitahuan (SPT)
surat yang oleh WP digunakan untuk
melaporkan penghitungan dan / atau
pembayaran pajak, objek pajak dan /
atau bukan objek pajak, dan / atau
harta dan kewajiban sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan.
Pembagian SPT

SPT MASA

Pasal 1 ayat (12) KUP

adalah Surat
Pemberitahuan untuk
suatu Masa Pajak
Pembagian SPT

SPT TAHUNAN

Pasal 1 ayat (13) KUP :

adalah Surat Pemberitahuan


untuk suatu Tahun Pajak atau
Bagian Tahun Pajak.
FUNGSI SPT

Utk melaporkan penghitungan dan/atau


pembayaran pajak yg telah dilaksanakan
dalam suatu masa pajak atau 1 tahun pajak,
baik PPh maupun PPN dan PPn BM
Laporan mengenai pemenuhan pengha-
silan yang merupakan obyek pajak dan
atau bukan obyek pajak
Melaporkan tentang Harta dan kewajiban
JENIS SPT

SPT MASA

PPh Pasal 21 dan Pasal 26


PPh Pasal 22
PPh Pasal 23 dan Pasal 26
PPh Pasal 4 ayat 2
PPN dan PPn BM
JENIS SPT

SPT TAHUNAN

SPT Tahunan PPh WP Badan

SPT Tahunan PPh WP Orang Pribadi


INGAT!!!

SPT YANG DICETAK DAN


DIFOTOKOPI SENDIRI OLEH WAJIB
PAJAK MEMILIKI KEKUATAN
HUKUM YANG SAMA DENGAN SPT
YANG DI AMBIL DARI MANA SAJA
(isi dan format sama)
PENGISIAN SPT.

Pasal 3 ayat (1) KUP


Setiap WP wajib mengisi SPT dgn benar,
lengkap, dan jelas, dlm bahasa Indonesia
dgn menggunakan huruf latin, angka arab,
satuan mata uang Rupiah, dan menanda-
tangani serta menyampaikan ke kantor
DJP tempat WP terdaftar atau dikukuhkan
atau tempat lain yang ditetapkan oleh DJP
Pasal 3 ayat (1a) KUP

WP yg telah mendapat izin MenKeu utk


menyelenggarakan pembukuan dgn
menggunakan bahasa asing dan mata
uang selain Rupiah, wajib menyampaikan
SPT dlm bahasa Indonesia dgn menggu-
nakan satuan mata uang selain Rupiah yg
diizinkan, yg pelaksanaannya diatur dgn
atau berdasarkan PMK
Pasal 3 ayat (1b) KUP

Penandatanganan sbgmn dimaksud pd


ayat (1) dapat dilakukan secara biasa,
dgn tanda tangan stempel, atau tanda
tangan elektronik atau digital, yang
semuanya mempunyai kekuatan
hukum yang sama, yang tata cara
pelaksanaannya diatur dengan atau
berdasarkan PMK
Penyampaian SPT (Pasal 3 ayat (3) KUP

Batas waktu penyampaian SPT adalah :


a.Utk SPT Masa, paling lambat 20 hari
setelah akhir Masa Pajak
b.Utk SPT Tahunan PPh WP OP, paling
lama 3 bulan setelah akhir tahun pajak
c.Utk SPT Tahunan PPh badan, paling
lama 4 bulan setelah akhir tahun pajak
Penyampaian SPT

Pasal 3 ayat (3a) KUP


WP dgn kriteria tertentu dapat
melaporkan beberapa Masa Pajak
dlm 1 SPT Masa
(diatur dgn atau berdasarkan PMK)
Perpajangan jangka waktu SPT..
Pasal 3 ayat (4) dan ayat (5) KUP
1.Paling Lama 2 bulan
2.Menyampaikan pemberitahuan secara
tertulis, dgn melampiri :
a. Surat Setoran Pajak
b. Perhitungan sementara pajak yang
terhutang dalam 1 tahun pajak
SPT Dianggap tidak disampaikan:

Pasal 3 ayat (7) KUP :


SPT tdk ditdtangani sbgmn dimaksud pd ayat (1)
SPT tidak sepenuhnya dilampiri keterangan
dan/atau dokumen sbgmn dimaksud pd ayat (6);
SPT yg menyatakan lebih bayar disampaikan
setelah 3 (tiga) tahun sesudah berakhirnya Masa
Pajak, bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak,
dan WP telah ditegur secara tertulis; atau
SPT disampaikan setelah DJP melakukan peme-
riksaan atau menerbitkan surat ketetapan pajak.
Sanksi Keterlambatan Pasal 7 ayat (1) KUP

SPT MASA SPT PPN


Rp 500.000,-
(Lima Ratus Ribu Rupiah)

Selain SPT PPN


Rp 100.000,-
(Seratus Ribu Rupiah)
Sanksi Keterlambatan Pasal 7 ayat (1) KUP

SPT TAHUNAN PPh Wajib Pajak Badan


Rp 1.000.000,-
(Satu Juta Rupiah)

PPh Wajib Pajak Orang Pribadi


Rp 100.000,-
(Seratus Ribu Rupiah)

Anda mungkin juga menyukai