0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
12 tayangan24 halaman
Permendagri Nomor 84 Tahun 2015 tentang SOTK Pemerintah Desa
Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 84 Tahun 2015 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja (SOTK Pemerintah Desa terda!at "e"era!a !er"edaan dengan SOTK Pemerintah Desa terdahulu#
PEMERINTAH DESA (Pasal 2)
Dalam Pasal 2 a$at (1 men$ata%an "ah&a Pemerintah Desa adalah Ke!ala Desa di"antu oleh Perang%at Desa' %emudian dija"ar%an dalam Pasal 2 a$at (2 "ah&a Perang%at Desa terdiri atas Se%retariat Desa' Pela%sana Ke&ila$ahan' dan Pela%sana Te%nis#
SEKRETARIAT DESA (Pasal 3)
Se%retariat Desa di!im!in oleh Se%retaris Desa dan di"antu oleh unsur sta) se%retariat# Se%retariat Desa !aling "an$a% terdiri atas * (tiga urusan $aitu urusan tata usaha dan umum' urusan %euangan' dan urusan !eren+anaan' dan !aling sedi%it 2 (dua urusan $aitu urusan umum dan !eren+anaan' dan urusan %euangan# Masing,masing urusan di!im!in oleh Ke!ala -rusan (Kaur#
PELAKSANA KEWILAYAHAN (Pasal 4)
Pela%sana Ke&ila$ahan meru!a%an unsur !em"antu Ke!ala Desa se"agai satuan tugas %e&ila$ahan# .umlah unsur Pela%sana %e&ila$ahan ditentu%an se+ara !ro!orsional antara !ela%sana %e&ila$ahan $ang di"utuh%an dengan %emam!uan %euangan desa serta mem!erhati%an luas &ila$ah %erja' %ara%teristi%' geogra)is' jumlah %e!adatan !endudu%' serta sarana !rasarana !enunjang tugas# Pela%sana Ke&ila$ahan dila%sana%an oleh Ke!ala Dusun atau se"utan lain#
PELAKSANA TEKNIS (Pasal 5)
Pela%sana Te%nis meru!a%an unsur !em"antu Ke!ala Desa se"agai !ela%sana tugas o!erasional# Pela%sana Te%nis !aling "an$a% terdiri atas * (tiga se%si $aitu se%si !emerintahan' se%si %esejahteraan dan se%si !ela$anan' !aling sedi%it 2 (dua se%si $aitu se%si !emerintahan' serta se%si %esejahteraan dan !ela$anan# Masing,masing se%si di!im!in oleh Ke!ala Se%si (Kasi#
KEDUDUKAN, TUGAS POKOK DAN FUNGSI
Tugas !o%o% dan )ungsi Ke!ala Desa' masing,masing -rusan dan Se%si serta Pela%sana Ke&ila$ahan (Ke!ala Dusun' silah%an "a+a dan unduh
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 84 Tahun 2015 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja (SOTK Pemerintah Desa
#
Permendagri Nomor 84 Tahun 2015 tentang SOTK Pemerintah Desa
Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 84 Tahun 2015 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja (SOTK Pemerintah Desa terda!at "e"era!a !er"edaan dengan SOTK Pemerintah Desa terdahulu#
PEMERINTAH DESA (Pasal 2)
Dalam Pasal 2 a$at (1 men$ata%an "ah&a Pemerintah Desa adalah Ke!ala Desa di"antu oleh Perang%at Desa' %emudian dija"ar%an dalam Pasal 2 a$at (2 "ah&a Perang%at Desa terdiri atas Se%retariat Desa' Pela%sana Ke&ila$ahan' dan Pela%sana Te%nis#
SEKRETARIAT DESA (Pasal 3)
Se%retariat Desa di!im!in oleh Se%retaris Desa dan di"antu oleh unsur sta) se%retariat# Se%retariat Desa !aling "an$a% terdiri atas * (tiga urusan $aitu urusan tata usaha dan umum' urusan %euangan' dan urusan !eren+anaan' dan !aling sedi%it 2 (dua urusan $aitu urusan umum dan !eren+anaan' dan urusan %euangan# Masing,masing urusan di!im!in oleh Ke!ala -rusan (Kaur#
PELAKSANA KEWILAYAHAN (Pasal 4)
Pela%sana Ke&ila$ahan meru!a%an unsur !em"antu Ke!ala Desa se"agai satuan tugas %e&ila$ahan# .umlah unsur Pela%sana %e&ila$ahan ditentu%an se+ara !ro!orsional antara !ela%sana %e&ila$ahan $ang di"utuh%an dengan %emam!uan %euangan desa serta mem!erhati%an luas &ila$ah %erja' %ara%teristi%' geogra)is' jumlah %e!adatan !endudu%' serta sarana !rasarana !enunjang tugas# Pela%sana Ke&ila$ahan dila%sana%an oleh Ke!ala Dusun atau se"utan lain#
PELAKSANA TEKNIS (Pasal 5)
Pela%sana Te%nis meru!a%an unsur !em"antu Ke!ala Desa se"agai !ela%sana tugas o!erasional# Pela%sana Te%nis !aling "an$a% terdiri atas * (tiga se%si $aitu se%si !emerintahan' se%si %esejahteraan dan se%si !ela$anan' !aling sedi%it 2 (dua se%si $aitu se%si !emerintahan' serta se%si %esejahteraan dan !ela$anan# Masing,masing se%si di!im!in oleh Ke!ala Se%si (Kasi#
KEDUDUKAN, TUGAS POKOK DAN FUNGSI
Tugas !o%o% dan )ungsi Ke!ala Desa' masing,masing -rusan dan Se%si serta Pela%sana Ke&ila$ahan (Ke!ala Dusun' silah%an "a+a dan unduh
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 84 Tahun 2015 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja (SOTK Pemerintah Desa
#
Permendagri Nomor 84 Tahun 2015 tentang SOTK Pemerintah Desa
Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 84 Tahun 2015 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja (SOTK Pemerintah Desa terda!at "e"era!a !er"edaan dengan SOTK Pemerintah Desa terdahulu#
PEMERINTAH DESA (Pasal 2)
Dalam Pasal 2 a$at (1 men$ata%an "ah&a Pemerintah Desa adalah Ke!ala Desa di"antu oleh Perang%at Desa' %emudian dija"ar%an dalam Pasal 2 a$at (2 "ah&a Perang%at Desa terdiri atas Se%retariat Desa' Pela%sana Ke&ila$ahan' dan Pela%sana Te%nis#
SEKRETARIAT DESA (Pasal 3)
Se%retariat Desa di!im!in oleh Se%retaris Desa dan di"antu oleh unsur sta) se%retariat# Se%retariat Desa !aling "an$a% terdiri atas * (tiga urusan $aitu urusan tata usaha dan umum' urusan %euangan' dan urusan !eren+anaan' dan !aling sedi%it 2 (dua urusan $aitu urusan umum dan !eren+anaan' dan urusan %euangan# Masing,masing urusan di!im!in oleh Ke!ala -rusan (Kaur#
PELAKSANA KEWILAYAHAN (Pasal 4)
Pela%sana Ke&ila$ahan meru!a%an unsur !em"antu Ke!ala Desa se"agai satuan tugas %e&ila$ahan# .umlah unsur Pela%sana %e&ila$ahan ditentu%an se+ara !ro!orsional antara !ela%sana %e&ila$ahan $ang di"utuh%an dengan %emam!uan %euangan desa serta mem!erhati%an luas &ila$ah %erja' %ara%teristi%' geogra)is' jumlah %e!adatan !endudu%' serta sarana !rasarana !enunjang tugas# Pela%sana Ke&ila$ahan dila%sana%an oleh Ke!ala Dusun atau se"utan lain#
PELAKSANA TEKNIS (Pasal 5)
Pela%sana Te%nis meru!a%an unsur !em"antu Ke!ala Desa se"agai !ela%sana tugas o!erasional# Pela%sana Te%nis !aling "an$a% terdiri atas * (tiga se%si $aitu se%si !emerintahan' se%si %esejahteraan dan se%si !ela$anan' !aling sedi%it 2 (dua se%si $aitu se%si !emerintahan' serta se%si %esejahteraan dan !ela$anan# Masing,masing se%si di!im!in oleh Ke!ala Se%si (Kasi#
KEDUDUKAN, TUGAS POKOK DAN FUNGSI
Tugas !o%o% dan )ungsi Ke!ala Desa' masing,masing -rusan dan Se%si serta Pela%sana Ke&ila$ahan (Ke!ala Dusun' silah%an "a+a dan unduh
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 84 Tahun 2015 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja (SOTK Pemerintah Desa
#
sebagai ciptaan Tuhan. 2. Mampu memberi contoh implikasinya dalam kehidupan sehari-hari bahwa: Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Manusia sebagai makhluk religius. Manusia sebagai makhluk sosial. Manusia sebagai makhluk etis/moral. Manusia sebagai makhluk rasional. Manusia sebagai orang berdosa. Makhluk: menunjuk kepada kenyataan bahwa manusia adalah ciptaan bukan Pencipta. Imago Dei: secara harafiah berarti gambar/rupa Allah yang mempunyai arti dasar, potensi relasional manusia dengan Tuhan atau yang dianggap Tuhan. Makhluk Religius: manusia mempunyai kesadaran religius yakni mengakui akan adanya kodrat Ilahi di atas manusia, serta selalu berorientasi terhadap yang dianggap Ilahi. Makhluk Sosial: suatu kecenderungan tetap untuk berorientasi terhadap sesama yang mengambil bentuk dalam menciptakan pranata sosial. Makhluk Rasional: manusia diciptakan dengan potensi rasional yang memungkinkannya mengembangkan kebudayaan. Makhluk Etis: manusia mempunyai kesadaran etis untuk membedak yang baik dan tidak serta-merta mempunyai kebebasan memilih d dua alternatif, dan karenanya mempunyai tanggung jawab atas pilihannya. Pembicaraan tentang manusia adalah hal yang sangat pokok dan sentral dalam kekristenan karena manusia adalah di pusat kehidupan beragama dan ada pada pusat pengambilan keputusan etis. Pernbahasan tentang manusia dari perspektif Kristen dapat menolong kita untuk memahami berbagai aspek lain dalam kehidupan beragama, bermasyarakat maupun dalam pengembangan ilmu dan teknologi modern, termasuk berbagai permasalahan yang muncul dalam kehidupan manusia. Pertama-tama harus diakui bahwa pertanyaan "siapakah manusia?, dalam arti apa hakikatnya "menantang setiap masa atau abad". Berbagai pihak apakah itu filsuf, teolog, biolog, rnaupun sosiolog telah mencoba menjawab pertanyaan itu dan masing-masing memberikan jawaban yang berbeda. Hal itu sah-sah saja, karena memang setiap pihak berusaha memberikan jawaban dari perspektifnya masing-masing. Pada dasarnya jawaban terhadap pertanyaan siapakah manusia akan membawa dampak atau konsekuensi serius bagi berbagai aspek penting terutama yang berkaitan dengan sikap dan perlakuan kita terhadap sesama maupun diri sendiri Misalnya, kalau manusia dianggap tak lebih dari "makhluk ekonomis" yang menghasilkan barang dan jasa, maka nilai manusia tergantung pada produktivitasnya. Begitu pula, kalau manusia tak lebih dari makhluk biologis maka perhatian utamanya adalah bagaimana memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang bersifat biologis dan kebutuhan-kebutuhan lain dianggap tak ada atau tak penting. Agama Kristen pun melalui para teolognya sepanjang abad telah juga memberikan jawaban terhadap pertanyaan tentang hakikat manusia. Ini tak berarti bahwa pandangan para teolog Kristen bersifat seragam atau monolitik. Ada perbedaan-perbedaan misalnya saja tentang arti sesungguhnya dari ungkapan Alkitab, bahwa manusia menurut pandangan Kristen. 1. Manusia Adalah Makhluk Ciptaan Allah (Band Kej. 1 dan 2) Fakta yang pertama dari kesaksian Alkitab tentang manusia adalah bahwa ia makhluk ciptaan Allah. Hal ini perlu ditegaskan untuk menolak anggapan bahwa semua hal termasuk manusia terjadi dalam proses evolusi, dan karenanya sulit untuk memberi landasan mengapa manusia adalah makhluk pencari makna. Sebagai makhluk ia tetap makhluk dan tak pernah menajdi sama dengna khaliknya. Apa implikasi kemakhlukan manusia? Sebagai makhluk, pertama-tama, ia tergantung kepada Allah khaliknya dan sumber kehidupannya. Namun sebagai makhluk ciptaan Allah, maka Allah berdaulat atas hidup dan tujuan hidup manusia, karena itu manusia yang menerima kemakhlukkannya, akan menerima pula kedaulatan Allah atas hidup dan tujuan hidupnya. Itulah sebabnya secara hakiki, manusia selalu mendambakan relasi dengan-Nya. Sebagai makhluk ia bukan saja tergantung kepada Allah sebagai sumber hidup, tetapi bahwa Allah berdaulat atas hidup dan tujuan hidup manusia. Alkitab menggambarkan hubungan manusia dengan Allah pencipta-Nya, sebagai tanah liat di tangan penjunan. Allah berhak dan berdaulat untuk tujuan apa benda-benda atau peralatan tanah liat dibuat-Nya. Demikianlah manusia ditangan Allah pencipta, tujuan hidup-Nya ditentukan oleh khalik-Nya. Agustinnus, seorang teolog terkenal mengatakan bahwa jiwaku gelisah sampai aku menemukan kedamaian dalam Tuhan. Ketika manusia menolak kemakhlukkannya dan penciptaannya oleh Allah maka tak ada alasan apapun untuk mencari makna hidup di luar diri sendiri atau masyarakatnya. Tradisi Kristen yang mendasarkan dirinya pada cerit Alkitab dalam Kejadian 1, telah menafsirkan makna kesegambaran manusia dengan Allah dengan bermacam-macam arti. Bisa juga diartikan secara salah, seolah-olah manusia mirip dengan Allah, padahal sebagai makhluk, manusia akan tetap makhluk dan berbeda dengan Allah. Sudah ada banyak arti dinerikan kepada konsep ini, antara lain sebagai wakil Allah di dunia, dalam arti pelaksana atau mandataris Allah untuk tugas kebudayaan. Akan tetapi tugas mandataris menunjuk kepada relasi manusia dengan ciptaan yang lain serta alam semesta ini. Pada zaman bapa-bapa gereja ide ini ditafsirkan sebagai kemampuan rasional manusia yang membedakannya dengan makhluk-makhiuk yang lain. Ada juga yang mengartikan kesegambaran itu sebagai kemiripan dalam sifat- sifat Allah. Dari berbagai arti yang ditawarkan oleh para ahli, kebanyakan cenderung memilih arti yang menurut hemat penulis paling mendasar yakni: potensi/kemampuan manusia untuk berhubungan atau merespons Allah, dan dalam arti ini manusia adalah makhluk religius. Manusia diciptakan sebagai gambar Ailah berarti bahwa manusia. diciptakan sedemikian rupa untuk menjadi pihak lain dengan siapa Allah berkomunikasi (menyatakan diri dan kehendaknya serta menuntut responsnya). Kenyataan bahwa Alkitab menyatakan bahwa Allah berfirman/memberi perintah kepada manusia adalah bukti bahwa manusia dengan satu dan lain cara dapat menyatakarn hubungannya dengan Allah. Penciptaan manusia sebagai gambar Allah memungkinkan terjadinya sesuatu antara Allah dan manusia, yaitu makhlu'kk dengan siapa Allah berhubungan dan kepada siapa la berfirman (band. Kej. 1:27). Implikasinya bagi tanggung jawab manusia adalah bahwa manusia selalu mendambakan reiasinya dengan Allah atau yang dianggapnya Allah. Inilah yang kiia sebut orientasi religius manusia yang memungkinkan fenomena agama scialu hadir dalam sejarah umat manusia: fenomena agama selalu hadir dalam kehidupan manusia dari dulu hingga sekarang. Fenomena agama bisa mengalami kemerosotan, namun kesadaran religius manusia daiam arti kesadaran akan adanya suatu kodrat Ilahi di atas manusia yang penuh dengan misteri yang tak dapat secara tuntas diselidiki dan dipahami oleh manusia. Kesadaran akan adanya kodrat Ilahi di atas manusia, dan yang tak terbatas ini, mendorong manusia untb ik selalu kagum, takjub, dan rendah hati, yang mendorongnya untuk beribadah kepada-Nya. Potensi ini dapat mengarah kepada yang positif yakni merespons dengan percaya kepada Allah atau yang dianggap Allah, namun juga bisa mengarah yang negatif yakni penolakan dan penyangkalan akan eksistensi Allah dengan segala konsekuensinya. Potensi ini sebagaimana potensi yang lain perlu dipupuk, diarahkan serta dikembangkan agar dimanifestasikah secara bertanggung jawab dan menuju kepada pertumbuhan yang sehat. Manusia sebagai makhluk sosial menunjuk kepada 'kenyataan bahwa manusia adalah tidak sendirian dan selalu dalam keterhubungan dengan orang lain dan berorientasi kepada sesarna (Kej. 2:18). Perdebatan mengenai hakikat manusia dalam dimensi individual dan kolektif telah berjalan lama yang menghasilkan dua ideologi besar yang mempengaiuhi sistem kemasyarakatan, politik, dan ekonomi dari penganutnya. Misalnya saja, negara-negara dunia pertama yang sangat mengagungkan dimensi individual dengan memperjuangkan kemerdekaan dan kebebasan individu telah melahirkan sistem masyarakat dan elsonomi yang kapitalis dengan ideologi pasar bebasnya. Demikian pun pihak yang sangat meng- agungkan darn menomorsatukan dimensi sosial dari kemanusiaan telah melahirkan sistem kemasyarakatan yang kita kenal dengan sosialisme. Pada sistem ini hak-hak dan kebebasan individu harus tunduk kepada kepentingan kelompok atau masyarakat. Persaingan ideologis seperti ini telah terjadi dalam apa yang kita kenal dengan perang dingin. Meskipun perang dingin itu kini telah berakhir dan sepertinya sistem kemasyarakatan dan ekonomi kapitalis yang nampaknya unggul, tak berarti bahwa pemutlakan dimensi individual manusia adalah suatu kebenaran yang didukung oleh kekristenan. Bagaimanakah sesungguhnya sikap Kristen yang bertanggung jawab dalam hal ini? Teologi Kristen yang banyak berkembang di Barat dimana dimensi individu itu sangat diunggulkan maka kita hams mulai dengan kritik terhadap segala bentuk privatisasi ajaran Kristen yang fundamental seperti: privatisasi dosa dan keselamatan maupun pehamanan dari diri yang sangat individualistic. Pada Kitab Kejadian 2 dinyatakan bahwa tak baik kalau manusia itu sendiri, oleh karena itu Allah menciptakan penolong yang sepadan. Hal ini tak hanya terbatas pada manusia jenis kelamin yang lain, tetapi juga bahwa manusia sendirian adalah tidak baik. Allah menghendaki manusia hidup dengan sesamanya. Ada ahli teologi bahkan yang mengatakan bahwa hanya dalam hubungan dengan orang lain kita memahami dan menernukan hakikat kita sebagai manusia. Hal ini membawa implikasi bahwa manusia selamanya dan selalu berorientasi kepada sesamanya. Manusia tak tahan dalani kesendirian. Orientasi kepada sesama juga menyebabkan lahirnya berbagai pranata dan lembaga sosial (misalnya keluarga, komunitas dari lokal sampai internasional, maupun pranata politik, ekonomi, dan lain-lain). Dengan kata lain, lahirnya berbagai peranata sosial merupakan konsekuensi logis dari penciptaan manusia sebagai makhluk sosial. Orientasi kepada sesarna manusia juga turut berperan dalam berbagai tindakan religius dan pertimbangan serta pengambilan keputusan etis. ltulah sebabnya orang tak bisa beragama sendiri. Agama selalu merupakan fenomena sosial, walaupun hubungan seseorang dengan Tuhan, atau yang dianggap Tuhan sangat bersifat pribadi. Namun kita harus berhati-hati dengan pandangar. yang memutlakkan dan mengunggulkan dimensi sosial serta meremehkan dimensi individu, dan karenanya jatuh ke dalam kolektivisme. Sebaliknya ada juga pendapat yang begitu mengutamakan dimensi individu di atas dimensi sosial, dan karenanya jatuh ke dalam individualisme. Sikap yang lebih bertanggung jawab adalah bahwa kita adalah individu dalam kolektivitas, ada keseimbangan antara dimensi individu dan kolektivitas manusia. Individu tak boleh dikorbankan demi kolektivitas, sebaliknya kolektivitas tak bisa diabaikan demi individualitas. Kita dipanggil untuk percaya secara individu, namun kita juga terpanggil untuk menjadi orang percava'dalam kolektivitas yang kita sebut gereja. Klta perlu tnempcrhatikan pertumbuhan dan kepentingan individu, sebaliknya kiYa juga bertanggung jawab untuk perturnbuhan bersama-sama (band. Ef. 4:11-16). Kenyataan bahwa Allah (menurut Alkitab) rnemberi perintah kepada manusia untuk memerintah, menakhlukkan alam semesta serta memeliharanya, menunjukkan adanya hubungan yang tak terpisahkan antara manusia dengan alam semesta ini. lnilah yang biasanya disebut sebagai tugas kemandatarisan manusia (manusia sebagai mandataris Allah) dalam arti ,pelaksana dan wakil Allah dalam memerintah dan memelihara alam semesta ini. Jadi, berbudaya adalah perintah atau mandat yang kita sebut dengan mandat kebudayaan. Tetapi mandat itu hanya bisa dilaksanakan karena Tuhan memperlengkapi manusia dengan potensi rasional (kemampuan rasional) yang menjadi salah satu ciri khas manusia dibandingkan dengan makhluk ciptaan yang lain, bahkan dengan binatang paling cerdas sekalipun. Konsisten dengan tugas sebagai mandataris Allah, maka manusia diperlengkapi oleh Allah dengan potensi rasional dan karena itu dapat berbudaya. lnilah pula salah satu keunikan manusia yang membedakannya dengan ciptaan yang lain. Bahwa rasionalitas adalah keunikan manusia temyata dalam fakta bahwa kebudayaan manusia (dalam arti yang sempit) sebagai buah rasionalitasnya mengalami perkernbangan maju, dan perkembangan itu telah membawa kita pada apa yang dikenal dengan zaman ilmu dan teknologi modern (band. Kej. 1:16-18; Kej. 2:15). Dengan kata lain bahwa kemajuan manusia yang membawa manusia kepada abad ilmu dan teknologi modern adalah konsekuensi logis dari rasionalitas manusia (Penciptaan manusia sebagai makhluk rasional), dan dalam arti itu sesuai dengan kehendak Tuhan. Hanya saja perlu dipertanyakan, untuk apa dan untuk siapa kemajuan kita dalam bidang ilmu dan teknologi modern. Di sinilah berbagai macam isu etis modern muncul yang membutuhkan pernikiran dan pergumulan yang serius. Potensi rasional ini sangat mengagumkan sehingga manusia bukan saja dapat menciptakan teknologi modern, tetapi bahkan dapat memecahkan rahasia yang selama ini belum terpecahkan termasuk bepergian ke planet yang lain. Tetapi potensi rasional ini sangat mengerikan, dan kita telah menyaksikan bahwa potensi rasional manusia yang luar biasa dalam menciptakan persenjataarn modem dan canggih yang cukup untuk menghancurkan planet bumi kita. Dalam kekristenan, kita mengenal "Hukum Kasih" yakni yang kita sebut "Hukum Utama" Dalam hukum utama Tuhan Yesus menuntut agar kita "mengasihi Allah dengan segenap hati, dan dengan segenap jiwa, dan dengan segenap akal budi" (band. Mat. 22:37-38). Jadi, di sini potensi rasional manusia dengan segala produk dan hasilnya perlu dipakai untuk mengasihi Allah juga. Tanpa itu maka kita akan berulang kali menyaksikan pemusnahan umat manusia dan peradabannya seperti apa yang terlihat dalam pemboman Hiroshima dan Nagasaki pada waktu yang lalu. Secara klasik. Alkitab menggambarkan bahwa manusia diberi "hukum" (nomos) oleh AlIah dalam bentuk larangan memakan buah pohon pengetahuan hat yang baik dan jahat (band. Kej. 2:17). Nomos ini menempatkan manusia pada persimpanqan ialan dimana ia dapat memilih di antara dua aiternatif. Dua alternatif itu adalah ketaatan atau pelanggaran terhadap nomos (dapat juga berarti berbuat yang baik dan jahat). Kesempatan untuk memilih ini menunjukkan bahwa manusia mempunyai kebebasan untuk memilih dari dua alternatif yang diperhadapkan kepadanya. Dengan kata lain manusia tak secara determinatif harus memilih salah satunya. Memang ada pandangan yang mengatakan bahwa manusia tak bisa berbuat (air: kecuali mengikuti nalurinya. Ajaran Kristen mengedepankan adanya pilihan yang bebas, dan hanya karena adanya pilihan bebas itulah maka triariusla tidak saja bertanggung jawab atas pilihannya tetapi juga diminta mempertar.gungjawabkan pilihannya itu. Sebab tanpa pilihan bebas, maka manusia tak dapat dituntut untuk bertanggung jawab. Kesadaran untuk mernbedakan yang baik dan yang jahat menunjuk kepada hakikat manusia sebagai makhluk etis. Bahwa ntanusia diciptakan sebagai makhluk etis berarti manusia mempunyai kesadaran etis: kesadaran untuk membedakan mana yang baik dari yang tidak baik, yang benar dari yang salah, dan yang bertanggung jawab dari yang sebaliknya. Namun manusia tak hanya dilengkapi dengan kesadaran etis, tetapi juga kebebasan untuk mernilih dari alternatif baik dan buruk, benar dan salah, bertanggung jawab dan tidak. Hanya apabila manusia mempunyai kebebasan etis (memilih secara etis), maka manusia dapat dituniut pertanggungjawaban etis. Dengan dernikian, kita dapat mengatakan bahwa manusia adalah makhluk etis dalam arti: Pertama, manusia mempunyai kesadararn etis yakni kesadaran untuk membedakan mana yang baik dan buruk, benar dan salah, bertanggung jawab dan tidak. Kedua, manusia rnempunyai kebebasan etis yakni memilih secara bebas dari a!ternatif di atas. Ketiga, manusia metnpunyai pertanggungjawaban etis, yakni bertanggung jawab atas pilihannya. Untuk sementara kita dapat menarik beberapa kesimpulan dari uraian tersebut. Dar deskripsi tentang hakikat manusia di atas, maka kita dapat rnemahami mengapa Kitab Kejadian 1:31 mer.gatakan "Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik.... " Dan dari desksripsi tersebut kita juga dapat menarik kesimpulan bahwa pada dasarnya manusia ditempatkan oleh Allah dalam hubungan multidimensional (hubungan yang berdimensi banyak): yaitu dengan Allah, dengan sesama manusia, dan diri sendiri, dan dengan alam se:nesta. Karena manusia juga adalah makhluk etis maka setiap dimensi hubungan ihu mempunyai konsekuensi dan tanggung jawab etis. Ada tuntutan dan tanggung jawab etis manusia dalam hubungannya dengan Allah, den an sesama dan diri sendiri, dan dalam hubungannya den an alam semesta. Dari sini kita coba menarik suatu "ultimate principle" yang berhubungan juga dengan apa yang dilakukan oleh Tuhan Yesus dalam merangkumkan berbagai hukum dan virtues dalam suatu prinsip pokok: ... "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu ... Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri" (Mat. 22:37, 39b). Dengan memperhatikan ajaran Tuhan Yesus seperti tertulis dalam kitab-kitab Injil dan ajaran para rasul, maka kita dapat juga merumuskan kedua hukum kasih dengan satu hukum saja : kasih kepada Allah melalui kasih kita kepada sesama dan alam ciptaan Tuhan. Ingatlah bahwa Tuhan Yesus sendiri mengidentifikasikan dirinya derigan mereka yang menderita, telanjang, sakit, dan dalam penjara. (band. Mat. 25:31-46). Rasul Yohanes malah mengatakan bahwa mereka yang mengatakan mengasihi Allah tetapi membenci saudaranya (sesamanya) adalah sualu kebohongan. (band. 1 Yoh. 4:20). Dan dalam Perjanjian Lama, Natii Mikha misalnya mengecam ibadah kepada Tuhan yang tak disertai dengan berlaku adil terhadap sesama manusia. (band. Mi. 6:1-8). Namun kita hidup dalam suatu dunia yang penuh dengari kontradiksi. Bagaimana mungkin dunia dan manusia yang digambarkan begitu luar biasa di atas, ternyata dalam kenyataan hidup kini penulr dengan peperangan, kekerasan, yang dimotivasi oleh keserakahan, pementingan diri, dan kebencian? Hal ini membawa kita kepada pokok antropologi lain yakni bahwa manusia, menurut kesaksian Alkitab adalah makhluk berdosa. ' Dari uraian terdahulu tentang manusia sebagai makhluk etis kita dapat menyimpulkan bahwa hakikat manusia sebagai makhluk etis, yaitu kesadaran untuk membedakan yang baik dari yang jahat, benar dari yang salah, serta kebebasan untuk memilih melakukan yarig baik atau yang jahat. Hal-hal ini adalah kernampuan-kemampuan yarn bersifat netral dan terdapat pada pengalaman manusia. Semua yang diuraikan di atas menunjuklcan bahwa manusia adalah makhluk yang mulia dan baik. Lebih dari itu manusia juga mempunya kemajuan yang mengagumkan dalam bidang ilmu pengetahuan dai teknologi yang dapat mempermudah hidup manusia, dan menjadikan hidupnya lebih manusiawi. Anehnya pada sisi lain, manusia juga, diperhadapkan pada berbagai pemlasalahan akibat berbagai ulahnya sendiri yang tak bertanggung jawab. Paradoks ini membawa kita kepada pertanyaan mengapa? Banyak jawaban diberikan oleh berbagai disipli ilmu pengetahuan, maupun filsafat, termasuk juga agama. Dalam kekristenan dipercayai bahwa paradoks ini disebabkan karena manusia telah jatuh ke dalam dosa (band. Kej. 3). Dosa dipahami bukan sekedar pelanggaran moral, tetapi sikap memberontak kepada Allah, yakni menolak otoritas Allah yang menentukan tujuan hidup manusia. Dosa karenanya dapat dikatakan sebagai pelanggaran terhadap kehendak Allah seperti tercermin dalam hrikum utama-Nya. Dosa memang mengandung konsekuensi-konsekuensi etis dan moral daiam berbagai dimensi hubungan manusia: sesama dan diri sendiri, dan hubungan dengan alam semesta. Inilah yang sering kali kita sebut sebagai persoalan-persoalan etis yang rumit dan menentukan, kelangsungan hidup planet bumi dan masyarakat kita. Karena hakikat rnanusia sebagai makhluk sosial, maka dosa tidak dapat dibatasi hanya sebagai dosa pribadi/individu, tetapi juga harus dipahami sebagai dosa sosial. Gregory Baum dalam Religion and Alienation, mengartikan dosa sosial dalam kaitan dengan pelakunya: yakni kolektivitas suatu kelompok, suatu kornunitas, suatu umat. Jadi, yang dia maksudkan dosa sosial ialah bahwa ia dihasilkan tanpa sengaja atau pilihan . Ia menghasilkan konsekuensi yang jahat tetapi pelakunya tak merasa bersalah dalam pengertian yang biasa. Jadi dosa sosial dilakukan karena kebutaan/ketidaksadaran. Orang terlibat dalam tindakan destruktif tanpa menyadarinya. Dalam kaitan itu, Baum juga mencoba mendeskripsikan dosa sosial dalam berbagai level atau tingkatan. Tingkatan pertama dari dosa sosial terdiri dari kecenderungan-kecenderungan yang tak adil dan tak manusiawi (dehumanizing) yang terbangun dalam berbagai institusi - sosial, politis, ekonomi, agamawi, yang merupakan perwujudan dari kehidupan kolektif manusia. Pada saat kita melakukan pekerjaan harian kita dan memenuhi kewajiban-kewajiban kita, kecenderungan yang destruktif yang terbangun dalam institusi mereka, maka akan merusak semakin banyak orang dan akhirnya menghancurkan kemanusiaan mereka. Kejahatan sosial ini bisa saja berjalan terus tanpa benar-ben disadari. Konsekuensi butuh waktu yang lama untuk disadari. Tingkatan kedua dari dosa sosial mengambil bentuk dalam symbol-simbol kultural dan agamawi, yang hidup dalam imajinasi dan didukung oleh masyarakat, yang membenarkan serta memperkuat (reinforce) lembaga- lembaga (institutions) yang tak adil, dan karena itu memperburuk kerugian/kerusakan yang ditimbulkan terhadap semakin banyak orang. Lagi-lagi dalam hal ini pun kita tak menyadari akibatnya. Dosa dapat mengambil bentuk secara sosial dan struktural, misalnya dengan berbagai ketidakadilan yang ada dalam berbagai tatanan sosial kemasyarakatan dalam bidang ekonomi, politik, kebudayaan, hubunq antaragama, dan lain- lain. Aikitab tak mengakhiri kesaksiannya dan meninggalkan manusia kegelapan yang tak berpengharapan. Alkitab juga menyaksikan bahwa ada pengharapan akan kemungkinan restorasi hubungan- hubungan yang telah rusak oleh dosa. Konsisten dengan kepercayaan akan Allah sebagai penyelamat dan pembaharu, maka kekristenan percaya akan penyelamatan dan pembaharuan Allah melalui Kristus dan Roh-Nya Tetapi keselamatan pun tak boleh dipahami hanya bersifat individual dan di seberang sana tetapi juga dipahami secara sosial, dan berlaku kini dan di sini. Orang Kristen terpanggil untuk menolak berbagai ketidakadilan dalam tatanan sosial (sosial, ekonomi, politik) dan memperjuangkan adanya keadilan di dalamnya sehingga ada perdamaian. Diskusi dalam kelompok keci! untuk menemukan berbagai contoh konkrit implikasi dari pemahamannya akan harkat dan martabat manusia demikian juga implikasi keberdosaan manusia dalam hubungan manusia - yang multidimensional. Sesi diskusi diakhiri dengan konklusi tentang apa artinya tugas rekonsiliasi manusia di dunia ini dalam hubungan manusia yang multidimensional tersebut. Hakikat menjadi manusia yang sesungguhnya terefleksikan melalui kehidupan dan perjuangan Martin Luther King. Menjadi berguna dan mengasihi wesamanya dalam menegakkan keadilan dan menghapuskan praktek rasialis dalam kehidupan manusia. Adakah seseorang tokoh di Ingkungan anda (gereja. BekOlah, RT, RW, dan sebagainya) yang juga telah mengabdikan hidupnya sedemikian rupa bagi sesamanya. Qerjuang tanpa pamrih mewujudkan kesadarannya sebagai manusia yang mengasihi sesama nya? Pengabdian mereka bisa saja tidak diekspose sebagai publik figur, karena mereka adalah orang biasa saja. Bukankah era reformasi merupakarn buah manis bagi seluruh bangsa? Suatu perjuangan manusia yang disemai dengan air mata dan dipupuk dengan darah putra terbaik bangsa Indonesia? Evaluasi difokuskan pada kemampuan mahasiswa untuk menghubungkan makna kepercayaan dengan kehidupan konkrit sebagai orang Kristen di dunia ini. Model/sistem evaluasi rnanakah yang cocok dengan model pengajaran inquiry? Biasanya digunakan sistem evaluasi atau assesment yang berkesinambungan. Assesment dapat diartikan sebagai s:!atu proses yang berkelarijutan dengan tujuan rnemperoleh gambaran tentang pemahaman serta kemajuan belajar peserta didik. Assesment adalah sernua proses baik obyektif maupun subyektif yang mengevaluasi pencapaian tujuan-tujuan dan strategi. Untuk itu, disarankan memakai sistem evaluasi portofolio. Baum, Gregory, 1975. Religion and Alienation: A Theological Reading of Sociology. New York: Paulist Books. Boland, BJ., D.S. dan Niftrik, Dr. 1980. Dogmatika Masa Kini. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Choo Lak, Yeow. 1981. To God Be The Glory. Singapore: Trinity Theological College. McDonald, F ID, 1981. The Christian View of Man. Westchester: Crossway Books. _____________. 1984. Saluation. Westchester: Crossway Books. Sproul, RC. 1995. Sifat Allah: mencari dan Menemukan Allah. Jakarta: BPK Gunung Mulia.