USIA ANEMIA
PARITAS
Penanganan Umum
Abortus
Abortus tingkat
permulaan,
terjadi
perdarahan per
vaginam,
sedangkan jalan
lahir masih
tertutup dan hasil
konsepsi masih
baik di dalam
rahim.
Abortus
Imminen
Penegakan Diagnosa
Anamnesis :
Tanyakan pada ibu apakah ibu Pemeriksaan Fisik :
hamil? Jika iya, tanyakan HPHT Periksa TFU
nya apakah sesuai
Tanyakan pada ibu apakah dengan usia
terdapat perdarahan yang banyak
kehamilan
atau sedikit? Jika iya, tanyakan
Periksa apakah
sudah berapa lama
Tanyakan apakah ibu merasa ada ada pembukaan
nyeri dan kram perut atau nyeri Ostium Uteri
punggung bawah disertai Internum (OUI)
perasaan tertekan di pinggul?
Abortus Imminen
Penatalaksanaan
Istirahat baring, tidur berbaring merupakan unsur penting dalam
pengobatan karena cara ini mengurangi rangsangan mekanis dan
menambah aliran darah ke rahim. Ditambahkan obat penenang
bila pasien gelisah.
Jangan melakukan aktivitas fisik berlebihan atau hubungan
seksual.
Bila Perdarahan berhenti, lakukan asuhan antenatal terjadwal.
Lakukan penilaian jika perdarahan terjadi lagi.
Jika Perdarahan terus berlangsung : Lakukan konfirmasi
kemungkinan adanya penyebab lain. Perdarahan berlanjut,
khususnya jika ditemui uterus yang lebih besar dari yang
diharapkan, mungkin menunjukkan kehamilan ganda atau mola.
Rujuk pasien ke fasilitas kesehatan yang lebih memadai setelah
distabilisasi.
Abortus Insipient
Terjadi perdarahan
dari uterus disertai
dilatasi serviks yang
meningkat, rasa
mules menjadi lebih
sering dan kuat,
perdarahan
bertambah tetapi
hasil konsepsi masih
berada dalam uterus.
Abortus Insipient
Penegakan Diagnosa
Anamnesis :
Tanyakan pada ibu apakah
ibu hamil? Jika iya, tanyakan Pemeriksaan Fisik :
HPHT nya (dilakukan jika tidak
Tanyakan pada ibu ada syok)
Periksa TFU apakah
bagaimana bentuk sesuai dengan usia
perdarahannya? kehamilan
Tanyakan pada ibu apakah Periksa apakah
ibu merasa mules/nyeri yang terdapat
sering dan kuat? pembukaan servik
atau tidak
Namun jika ibu datang
dengan tanda-tanda syok,
segera atasi
Abortus Insipient
Penatalaksanaan
Lakukan penilaian awal (Tanda-tanda Vital),
bila terdapat tanda-tanda syok maka harus
segera distabilisasi dengan memberikan
tetesan cepat (500 ml dalam 2 jam pertama)
larutan garam fisiologis atau Ringer Laktat..
Lakukan konseling terhadap kehamilan yang
tidak dapat dipertahankan
Lakukan rujukan ibu ketempat layanan
sekunder
Informasi mengenai kontrasepsi pasca
keguguran
Abortus Inkomplit
Abortus inkomplit
adalah perdarahan pada
kehamilan muda
dimana sebagian dari
hasil konsepsi telah
keluar dari kavum uteri
melalui servikalis
Tanda dan Gejala
Pengeluaran sebagian hasil
konsepsi
Terdapat pembukaan ostiumuteri
internum (OUI)
Perdarahan tidak berhenti jika
hasil konsepsi belum keluar
semua
Pemeriksaan dijumpai gambaran
kanalis servikalis terbuka
Penegakan Diagnosa
Anamnesis :
Tanyakan pada ibu apakah ibu hamil?
Jika iya, tanyakan HPHT nya Pemeriksaan Fisik :
Tanyakan pada ibu bagaimana bentuk (dilakukan jika
perdarahan, dan sudah berapa lama tidak terdapat
berlangsung syok)
Namun bila perdarahan sangat Periksa apakah
banyak dan terdapat tanda-tanda ada pembukaan
syok, segera atasi Ostium Uteri
Internum
Penatalaksanaan
Lakukan penilaian awal (Tanda-tanda Vital), bila terdapat tanda-tanda
syok maka harus segera distabilisasi dengan memberikan tetesan cepat
(500 ml dalam 2 jam pertama) larutan garam fisiologis atau Ringer
Laktat.
Lakukan konseling kemungkinan adanya sisa kehamilan,
sehingga pasien harus dirujuk setelah keadaannya stabil
Jika perdarahan ringan atau sedang dan usia kehamilan < 16 mg,
gunakan forsep cincin untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang
mencuat dari serviks.
Jika perdarahan berat dan usia kehamilan < 16 mg, dilakukan
evakuasi isi uterus.
Kehamilan > 16 mg, berikan infus 20 IU oksitosin dalam 500 ml NaCl 0,9%
atau RL 40 tetes per menit untuk pengeluaran hasil konsepsi.
Lakukan evaluasi tanda vital, perdarahan pervaginam, tanda akut
abdomen, dan produksi urin setiap 6 jam selama 24 jam. Periksa
kadar hemoglobin setelah 24 jam.
Abortus Komplit
perdarahan sedikit
Penyebab
Pemeriksaan Laboratorium
Radiologik
Uji Sonde
Histopatologik
Penatalaksanaan
Tatalaksana Umum
Kehamilan Ektopik
Oleh : Gusti Ayu Putu Kriswedhani, Novita
Carolia
Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung
Sebagian besar wanita mengalami kehamilan
ektopik berumur 20-40 tahun dengan umur
rata-rata 30 tahun. Berdasarkan bebrapa
penelitian menyatakan bahwa semakin
bertambahnya usia maka semakin tinggi angka
kejadian KET yaitu 4 kali lebih besar diatas
usia35 tahun.
Kehamilan ektopik lebih sering di temukan
pada wanita kulit hitam dari pada wanita kulit
putih.Perbedaan ini diperkirakan karena
peradangan pelvis lebih banyak ditemukan
pada golongan wanita kulit hitam.
Ibu dengan pendidikan lebih tinggi cenderung
lebih memperhatikan kesehatannya selama
kehamilan bila dibanding dengan ibu yang
tingkat pendidikannya lebih rendah.
Derajat sosio ekonomi masyarakat akan
menunjukkan tingkat kesejahteraan dan
kesempatannya dalam menggunakan dan
menerima pelayanan kesehatan.
Riwayatpenyakit yang berhubungan dengan
resiko kehamilan ektopik adalah infeksi, tumor
yang mengganggu keutuhan saluran telur, dan
keadaan infertil.
Pada kasus-kasus kegagalan kontrasepsi pada
wanita yang menggunakan kontrasepsi oral
atau dengan alat kontrasepsi dalam rahim
(AKDR), rasio kehamilan ektopik dibandingkan
dengan kehamilan intrauterin adalah lebih
besar daripada wanita-wanita yang tidak
menggunakan metode kontrasepsi.
Jurnal Tentang Molahidatidosa
Profil penderita mola hidatidosa di RSUP Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado
Oleh :
1Tiara V. Paputungan
2Freddy W.Wagey
2Rudy A. Lengkong
Dalam penelitian yang telah dilakukan pada
Desember 2015 di bagian Obstetri dan
Ginekologi RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado ditemukan 35 kasus mola hidatidosa
selama periode Januari Desember 2014. Dari
35 kasus mola hidatidosa, hanya 18 kasus
yang mempunyai data lengkap di catatan
medik.
Pada tahun 2014 di bagian Obstetri dan
Ginekologi RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado
ditemukan kasus mola hidatidosa terbanyak pada
kelompok umur 35 tahun yaitu sebanyak 6
kasus. Pada kelompok umur 16-20 tahun
sebanyak 4 kasus dan pada kelompok umur 30-34
tahun dengan angka kejadian yang sama. Pada
kelompok umur 21-24 tahun dan 25-29 tahun
juga mempunyai angka kejadian yang sama yaitu
sebanyak 2 kasus. Pada kelompok umur 15
tahun tidak terdapat kejadian mola hidatidosa.
Dari hasil penelitian dan bahasan dapat
disimpulkan bahwa dari 35 kasus mola
hidatidosa, distribusi terbanyak terdapat pada
kelompok umur 35 tahun, pendidikan terakhir
tingkat SMA, multipara, penderita dengan kadar
hemoglobin 11 gr/dl, besar uterus sesuai usia
kehamilan >20 minggu, penyulit hiperemesis
gravidarum dan tirotoksikosis, tindakan
penanganan yang dilakukan yaitu kuretase hisap,
dan kadar -hCG 5 mIU/ml.
TERIMAKASIH
Pertanyaan
Tania : perlukah kita menanyakan pada saat
perdarahan saat berhubungan apakah sperma
dikeluarkan di dalam atau di luar?
Lilis : bagaimana konseling dan
penatalaksanaan agar kehamilan dengan
abortus iminens dapat dipertahankan?
Tita : apakah perdarahan abortus dapat
menyebabkan syok? Dan kapan syok terjadi?
Dyah: periksa adneksa bagaimana? Nyeri
goyang porsio dilakukan sebelum atau
sesudah penegakan diagnosa?
Selvi : KET shifting dullness? Leukositosis pada
KET Masih ada?
Rivani : hcg yg tinggi mempengaruhi
molahidatidosa?
Zulian : apakah bisa hasil kuretase tidak
bersih ? Apa penyebab dari kuretase yg tdk
bersih ?
Deya : apakah mola parsial dapat di dengar djj
nya ? Apakah harus dikuret secara besih? Apa
pengaruh kulit pada KET?
Mengapa terdapat pemeriksaan amenorea
pada penegakan diagnosa ?