Anda di halaman 1dari 68

PRINSIP INVESTASI & PEMBIAYAAN

BANK SYARIAH

.
Outlines
OVERVIEW
BANK
SYARIAH

PRINSIP JUAL
BELI

PRINSIP
SEWA

PRINSIP BAGI
HASIL

ESE 2
OVERVIEW BANK SYARIAH

Bagian ke-1
Coverage Of Islamic Teaching

ISLAM
SYARIAH (LAW) AKHLAQ
AQIDAH (FAITH) Fiqh : Ulamas interpretations of
syariah (ETHICS)

IBADAH
(regulates
relationship between
man and the Creator)

MUAMALAH
(regulates
relationship among
human beings)

ESE 4
Muamalah : Semua Boleh Dilakukan Kecuali Ada Larangan

Administrative Leasing

Special Rights

Muamalah Interior Affairs Constituency Insurance

Public Rights

Exterior Affairs Economy Finance Mortgage

Venture
Capital

Banking

ESE 5
Tujuan Pembelajaran Perbankan Syariah

AQIDAH
INDIVID AKHLAQ
U SYARIAH

BANKIR SYARIAH MUAMALAH EKONOMI -


KEUANGAN

ESE 6
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008
Bank Konvensional
Adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya secara konvensional dan
berdasarkan jenisnya terdiri atas Bank Umum Konvensional dan Bank Perkreditan
Rakyat.
Bank Syariah
Adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah
dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah.
Unit Usaha Syariah, yang selanjutnya disebut UUS
Adalah unit kerja dari kantor pusat Bank Umum Konvensional yang berfungsi
sebagai kantor induk dari kantor atau unit yang melaksanakan kegiatan usaha
berdasarkan Prinsip Syariah, atau unit kerja di kantor cabang dari suatu Bank yang
berkedudukan di luar negeri yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang pembantu
syariah dan/atau unit syariah.

ESE 7
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008
Prinsip Syariah
Adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang
dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang
syariah.
Penjelasan UU No. 21/2008
Sebagai undang-undang yang khusus mengatur perbankan syariah, dalam Undang-
Undang ini diatur mengenai masalah kepatuhan syariah (syariah compliance) yang
kewenangannya berada pada Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang direpresentasikan
melalui Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang harus dibentuk pada masing-masing Bank
Syariah dan UUS. Untuk menindaklanjuti implementasi fatwa yang dikeluarkan MUI ke
dalam Peraturan Bank Indonesia, di dalam internal Bank Indonesia dibentuk komite
perbankan syariah, yang keanggotaannya terdiri atas perwakilan dari Bank Indonesia,
Departemen Agama, dan unsur masyarakat yang komposisinya berimbang.
Akad
Adalah kesepakatan tertulis antara Bank Syariah atau UUS dan pihak lain yang memuat
adanya hak dan kewajiban bagi masing-masing pihak sesuai dengan Prinsip Syariah.

ESE 8
Penjelasan UU No. 21 Tahun 2008
Kegiatan usaha yang berasaskan Prinsip Syariah, antara lain, adalah
kegiatan usaha yang tidak mengandung unsur:
a. RIBA
Penambahan pendapatan secara tidak sah (batil) antara lain :
i. transaksi pertukaran barang sejenis yang tidak sama kualitas, kuantitas, dan waktu penyerahan
(fadhl), atau
ii. transaksi pinjam-meminjam yang mempersyaratkan Nasabah Penerima Fasilitas mengembalikan
dana yang diterima melebihi pokok pinjaman karena berjalannya waktu (nasi'ah);
b. MAISIR
Transaksi yang digantungkan kepada suatu keadaan yang tidak pasti dan bersifat untung-
untungan;
c. GHARAR
Transaksi yang objeknya tidak jelas, tidak dimiliki, tidak diketahui keberadaannya, atau tidak
dapat diserahkan pada saat transaksi dilakukan kecuali diatur lain dalam syariah;
d. HARAM
Transaksi yang objeknya dilarang dalam syariah; atau
e. ZALIM,
Transaksi yang menimbulkan ketidakadilan bagi pihak lainnya.

ESE 9
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008
Asas
Perbankan Syariah dalam melakukan kegiatan usahanya berasaskan Prinsip
Syariah, demokrasi ekonomi, dan prinsip kehati-hatian.
Tujuan
Perbankan Syariah bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan
nasional dalam rangka meningkatkan keadilan, kebersamaan, dan
pemerataan kesejahteraan rakyat.
Fungsi
1. Bank Syariah dan UUS wajib menjalankan fungsi menghimpun dan menyalurkan dana
masyarakat.
2. Bank Syariah dan UUS dapat menjalankan fungsi sosial dalam bentuk lembaga baitul mal, yaitu
menerima dana yang berasal dari zakat, infak, sedekah, hibah, atau dana sosial lainnya dan
menyalurkannya kepada organisasi pengelola zakat.
3. Bank Syariah dan UUS dapat menghimpun dana sosial yang berasal dari wakaf uang dan
menyalurkannya kepada pengelola wakaf (nazhir) sesuai dengan kehendak pemberi wakaf
(wakif).

ESE 10
Pembakuan Prinsip Syariah pada Bank Syariah
Bank Indonesia menjadikan Fatwa DSN-MUI
sebagai pertimbangan membuat Peraturan
Bank Indonesia (PBI) dan Surat Edaran
Bank Indonesia (SE BI)

www.bi.go.id

BUS/UUS/BPRS
menjalankan usaha dan
membuat produk/jasa
sesuai dengan PBI
www.mui.or.id

DPS
UU tentang Hukum,
PSAK dan PAPSI,
dll. DPS mengawasi kesesuaian dengan
Fatwa DSN-MUI pada transaksi
BUS/UUS/BPRS
ESE 11
Transaksi Bank Syariah

Titipan

Pelengka
p Bagi-hasil

TRANSAKSI

Sewa Jual-beli

ESE 12
Prinsip dan Produk Bank Syariah

Titipan
FUNDING Bagi-hasil

Jual-beli
FINANCIN Sewa
G Bagi-hasil

Pinjaman
Alih-piutang
Gadai
SERVICE Perwakilan
Penjaminan
Pertukaran Valuta

ESE 13
Prinsip dan Produk Bank Syariah

Wadiah Dhamanah
FUNDING Mudharabah

Murabahah, Salam,
FINANCIN Istishna
G Ijarah, IMBT
Mudharabah, Musyarakah

Qardh
Hawalah
Rahn (Qardh dan Ijarah)
SERVICE Wakalah
Kafalah
Sharf

ESE 14
Fatwa DSN
No: 04/DSN-MUI/IV/2000
JUAL BELI MURABAHAH

No: 05/DSN-MUI/IV/2000
JUAL BELI SALAM

No: 06/DSN-MUI/IV/2000
JUAL BELI ISTISHNA

No: 07/DSN-MUI/IV/2000
PEMBIAYAAN MUDHARABAH

No: 08/DSN-MUI/IV/2000
PEMBIAYAAN MUSYARAKAH

No: 09/DSN-MUI/IV/2000
PEMBIAYAAN IJARAH

No: 27/DSN-MUI/III/2002
PEMBIAYAAN IJARAH MUNTAHIYAH BI TAMLIK
ESE 15
16 ESE
HASIL
Mudharabah
Musyarakah
BAGI-
Ijarah SEWA
Ijarah Muntahiyah Bi Tamlik
Murabahah
Salam
JUAL-BELI
Istishna
Penyaluran Dana (Financing)
Bagian ke-2

PRINSIP JUAL-BELI
Rukun Jual-beli

1. Penjual (Bai)
2. Pembeli (Musytari)
3. Barang (Mabi)
4. Harga (Tsaman)
5. Ijab Qabul / serah terima (Shigat)

ESE 18
Jenis Jual-beli

I S H N A
IS T a se
Pur ch der
by Or
or
a n u factu
M
re

SALAM
In-front
Payment
Sale
MURABAHAH
Deferred Payment
Sale

ESE 19
Tentang Jual-beli

SUBJECT TO EXCHANGE
ITEMS OBJECT
BANK NASABAH

MURABAHAH

SALAM

ISTISHNA

ESE 20
SE BI No. 10/ 14 / DPbS Maret 2008
1. Akad Murabahah berlaku persyaratan paling kurang :
a. Bank bertindak sebagai pihak penyedia dana dalam rangka membelikan barang terkait dengan kegiatan transaksi
Murabahah dengan nasabah sebagai pihak pembeli barang;
b. Barang adalah obyek jual beli yang diketahui secara jelas kuantitas, kualitas, harga perolehan dan spesifikasinya;
c. Bank wajib menjelaskan kepada nasabah mengenai karakteristik produk Pembiayaan atas dasar Akad Murabahah,
serta hak dan kewajiban nasabah sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai transparansi
informasi produk Bank dan penggunaan data pribadi nasabah;
d. Bank wajib melakukan analisis atas permohonan Pembiayaan atas dasar Akad Murabahah dari nasabah yang
antara lain meliputi aspek personal berupa analisa atas karakter (Character) dan/atau aspek usaha antara lain
meliputi analisa kapasitas usaha (Capacity), keuangan (Capital), dan/atau prospek usaha (Condition);
e. Bank dapat membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah disepakati kualifikasinya;
f. Bank wajib menyediakan dana untuk merealisasikan penyediaan barang yang dipesan nasabah;
g. Kesepakatan atas marjin ditentukan hanya satu kali pada awal Pembiayaan atas dasar Murabahah dan tidak
berubah selama periode Pembiayaan;
h. Bank dan nasabah wajib menuangkan kesepakatan dalam bentuk perjanjian tertulis berupa Akad Pembiayaan atas
dasar Murabahah; dan
i. Jangka waktu pembayaran harga barang oleh nasabah kepada Bank ditentukan berdasarkan kesepakatan Bank
dan nasabah.
2. Bank dapat memberikan potongan dalam besaran yang wajar dengan tanpa diperjanjikan dimuka.
3. Bank dapat meminta ganti rugi kepada nasabah atas pembatalan pesanan oleh nasabah sebesar
biaya riil.

ESE 21
Murabahah

1. Fatwa No: 04/DSN-MUI/IV/2000 :


Menjual suatu barang (barang sudah ada)
dengan menegaskan harga belinya kepada
Pembeli, dan Pembeli membayarnya dengan
harga yang lebih tinggi sebagai laba

ESE 22
Aplikasi Pembiayaan Murabahah

2. Piutang Murabahah:
Bank sebagai pedagang perantara (intermediary trader)
antara Penjual Barang dan Nasabah sebagai Pembeli Akhir
(end user)
HARGA JUAL adalah HARGA BELI dari Penjual Barang
(pemasok) ditambah dengan BIAYA OPERASI BANK dan
MARJIN KEUNTUNGAN
Kedua belah pihak wajib menyepakati AKAD yang berisikan
HARGA JUAL dan JANGKA WAKTU PEMBAYARAN
Bank diperkenankan mewakilkan kepada Nasabah untuk
membeli barang dari pihak ketiga

ESE 23
Aplikasi Pembiayaan Murabahah

3. Hal-hal lain:
Denda
o Untuk nasabah yang mampu, namun menunda-nunda pembayaran
o Dikenakan atas tarif nominal dan disalurkan untuk kegiatan sosial
Discount
Biasa terjadi dalam transaksi jual-beli
Uang muka
Biasa terjadi dalam transaksi jual-beli
Biaya administrasi
Dikenakan atas biaya riil

ESE 24
Pembiayaan Murabahah - Praktis
Perhitungan Bank :
Harga Mobil = 120,000,000
Uang muka Nasabah = 30,000,000
Biaya Bank = 90,000,000
Marjin Keuntungan Bank = 27,000,000
(90,000,000 x 10% x 3)
Fasilitas Pembiayaan Murabahah :
Harga Beli Mobil = 120,000,000
Marjin Keuntungan Bank = 27,000,000
Harga Jual Bank = 147,000,000
Uang Muka Nasabah = 30,000,000
Sisa Angsuran = 117,000,000
Angsuran per Bulan = 3,250,000
BANK SYARIAH
(117,000,000 : 36)

ESE 25
SE BI No. 10/ 14 / DPbS Maret 2008
1. Akad Salam berlaku persyaratan paling kurang :
a. Bank bertindak baik sebagai pihak penyedia dana maupun sebagai pembeli barang untuk kegiatan transaksi Salam dengan nasabah
yang bertindak sebagai penjual barang;
b. Barang dalam transaksi Salam adalah objek jual beli dengan spesifikasi, kualitas, jumlah, jangka waktu, tempat, dan harga yang jelas,
yang pada umumnya tersedia secara reguler di pasar, serta bukan objek jual beli yang sulit diidentifikasi ciri-cirinya dimana antara lain
nilainya berubah-ubah tergantung penilaian subyektif;
c. Bank wajib menjelaskan kepada nasabah mengenai karakteristik produk Pembiayaan atas dasar Akad Salam, serta hak dan
kewajiban nasabah sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai transparansi informasi produk Bank dan
penggunaan data pribadi nasabah;
d. Bank wajib melakukan analisis atas rencana Pembiayaan atas dasar Salam kepada nasabah yang antara lain meliputi aspek personal
berupa analisa atas karakter (Character) dan/atau aspek usaha antara lain meliputi analisa kapasitas usaha (Capacity), keuangan
(Capital), dan/atau prospek usaha (Condition);
e. Bank dan nasabah wajib menuangkan kesepakatan dalam bentuk perjanjian tertulis berupa Akad Pembiayaan atas dasar Salam;
f. Pembayaran atas barang nasabah oleh Bank harus dilakukan di muka secara penuh yaitu pembayaran segera setelah Pembiayaan
atas dasar Akad Salam disepakati atau paling lambat 7 (tujuh) hari setelah Pembiayaan atas dasar Akad Salam disepakati; dan
g. Pembayaran oleh Bank kepada nasabah tidak boleh dalam bentuk pembebasan utang nasabah kepada Bank atau dalam bentuk
piutang Bank.
2. Dalam hal seluruh atau sebagian barang tidak tersedia sesuai kesepakatan maka Bank dapat :
a. Menolak menerima barang dan meminta pengembalian dana;
b. Meminta kepada nasabah untuk mengganti dengan barang lainnya yang sejenis dan/atau memiliki nilai yang setara; atau
c. Menunggu barang hingga tersedia.
3. Dalam hal Bank menerima barang dengan kualitas lebih tinggi maka Bank tidak wajib membayar tambahan harga,
kecuali terdapat kesepakatan kedua belah pihak.
4. Dalam hal Bank menerima barang dengan kualitas lebih rendah maka Bank tidak diperkenankan untuk meminta
potongan harga (discount), kecuali terdapat kesepakatan kedua belah pihak.

ESE 26
Salam

1. Fatwa No: 05/DSN-MUI/IV/2000:


Jual-beli barang dengan cara pemesanan
dan pembayaran harga lebih dahulu
dengan syarat-syarat tertentu.
Dibolehkan melakukan salam paralel
dengan syarat, akad kedua terpisah dari dan
tidak berkaitan dengan akad pertama.

ESE 27
Aplikasi Pembiayaan Salam

2. Piutang Salam:
Barang yang diperjualbelikan belum ada
Spesifikasi dan kondisi barang disepakati di awal
Barang diserahkan secara tangguh di suatu tanggal
di masa mendatang, dengan tanggal jatuh tempo
yang disepakati
Pembayaran (harga beli) dilakukan secara tunai

ESE 28
Pembiayaan Salam Paralel - Praktis

3. Negosiasi & persyaratan 1. Negosiasi & persyaratan

4. Akad Jual Beli/pemesanan 2. Akad Jual Beli/pemesanan


(Salam sale) (Salam on credit)

Rp. 940.000.000 Rp. 1.000.000.000


Bp. Hamid Bank Syariah Bp. Jamil
(Penjual/pembeli)

6B. Menamam 6B. Panen 7. Kirim barang 8. Kirim barang


jagung & dokumen & dokumen
manis (2 bln stl akad) (2 bln stl akad)

ESE 29
SE BI No. 10/ 14 / DPbS Maret 2008
1. Akad Istishna' berlaku persyaratan paling kurang :
a. Bank bertindak baik sebagai pihak penyedia dana maupun penjual barang untuk kegiatan transaksi Istishna
dengan nasabah sebagai pihak pembeli barang;
b. Barang dalam transaksi Istishna adalah setiap keluaran (output) yang antara lain berasal dari proses
manufacturing atau construction yang melibatkan tenaga kerja, dengan spesifikasi, kualitas, jumlah, jangka
waktu, tempat, dan harga yang jelas serta disepakati oleh kedua belah pihak;
c. Bank wajib menjelaskan kepada nasabah mengenai karakteristik produk Pembiayaan atas dasar Istishna,
serta hak dan kewajiban nasabah sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai
transparansi informasi produk Bank dan penggunaan data pribadi nasabah;
d. Bank wajib melakukan analisis atas permohonan Pembiayaan atas dasar Istishna' dari nasabah yang antara
lain meliputi aspek personal berupa analisa atas karakter (Character) dan/atau aspek usaha antara lain
meliputi analisa kapasitas usaha (Capacity), keuangan (Capital), dan/atau prospek usaha (Condition);
e. Bank dan nasabah wajib menuangkan kesepakatan dalam bentuk perjanjian tertulis berupa Akad
Pembiayaan atas dasar Istishna; dan
f. Pembayaran pembelian barang tidak boleh dalam bentuk pembebasan utang atau dalam bentuk pemberian
piutang.
2. Bank tidak dapat meminta tambahan harga apabila nasabah menerima barang dengan kualitas
yang lebih tinggi, kecuali terdapat kesepakatan kedua belah pihak.
3. Bank tidak harus memberikan potongan harga (discount) apabila nasabah menerima barang
dengan kualitas yang lebih rendah, kecuali terdapat kesepakatan kedua belah pihak.

ESE 30
Aplikasi Pembiayaan Istishna

1. Fatwa No: 06/DSN-MUI/IV/2000:


Akad jual-beli dalam bentuk pemesanan
pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan
persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan
(pembeli) dan penjual (pembuat).
2. Fatwa No: 22/DSN-MUI/III/2002:
Dibolehkan melakukan istishna paralel pada obyek
yg sama dengan syarat, akad kedua terpisah dari
dan tidak berkaitan dengan akad pertama.

ESE 31
Aplikasi Pembiayaan Istishna

2. Piutang Istishna:
Barang yang diperjualbelikan belum jadi (dalam
proses pembuatan atau pembangunan)
Spesifikasi dan kondisi barang disepakati di awal
Barang diserahkan secara tangguh di suatu
tanggal di masa mendatang, dengan tanggal jatuh
tempo yang disepakati
Pembayaran (harga beli) dapat dilakukan dalam
beberapa termin sesuai kesepakatan

ESE 32
Pembiayaan Istishna Paralel - Praktis
3. Negosiasi & persyaratan 1. Negosiasi & persyaratan

4. Akad Jual Beli/pemesanan


(Rp. 250 juta) 2. Akad Jual Beli/pemesanan
(Rp. 300 juta)
Pembayaran : Progress I (25%), ke II (25%),
Pembayaran mencicil
ke III (25%) & sisanya 25% dibayarkan 1 bln
Rp. 12.500.000 per bln PT.
stlh bangunan jadi
selama 2 th*
CV. Bahagia Bank Sejahtera
(Penjual/pembeli)

6. Gudang 7. Serah terima 8. Serah terima gudang


jadi (3 bln gudang & dokumen & dokumen (3 bln stlh akad)
stl akad)
*pembayaran dapat dimulai 1 bulan setelah akad atau sejak gudang selesai dibangun
ESE 33
Bagian ke-3

PRINSIP SEWA
Rukun & Syarat Ijarah

1. Pemberi sewa / jasa


2. Penyewa / pengguna jasa
3. Obyek sewa :
a. Barang
b. Jasa
4. Harga
5. Ijab Qabul / serah terima

ESE 35
Jenis Sewa

IJARAH
MUNTAHIYAH
BI TAMLIK
Lease
Purchase

IJARAH
Operating Lease

ESE 36
Tentang Sewa

OWNERSHIP OF
ITEMS OBJECT TRANSACTION
OBJECT

IJARAH

IJARAH
MUNTAHIYAH BI
TAMLIK (IMBT)

ESE 37
SE BI No. 10/ 14 / DPbS Maret 2008
1. Akad Ijarah :
a. Bank bertindak sebagai pemilik dan/atau pihak yang mempunyai hak penguasaan atas obyek sewa baik berupa barang
atau jasa, yang menyewakan obyek sewa dimaksud kepada nasabah sesuai kesepakatan;
b. Barang dalam transaksi Ijarah adalah barang bergerak atau tidak bergerak yang dapat diambil manfaat sewa;
c. Bank wajib menjelaskan kepada nasabah mengenai karakteristik produk Pembiayaan atas dasar Ijarah, serta hak dan
kewajiban nasabah sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai transparansi informasi produk
Bank dan penggunaan data pribadi nasabah;
d. Bank wajib melakukan analisis atas rencana Pembiayaan atas dasar Ijarah kepada nasabah yang antara lain meliputi
aspek personal berupa analisa atas karakter (Character) dan/atau aspek usaha antara lain meliputi analisa kapasitas
usaha (Capacity), keuangan (Capital), dan/atau prospek usaha (Condition);
e. Obyek sewa harus dapat dinilai dan diidentifikasi secara spesifik dan dinyatakan dengan jelas termasuk besarnya nilai
sewa dan jangka waktunya;
f. Bank sebagai pihak yang menyediakan obyek sewa, wajib menjamin pemenuhan kualitas maupun kuantitas obyek
sewa serta ketepatan waktu penyediaan obyek sewa sesuai kesepakatan;
g. Bank wajib menyediakan dana untuk merealisasikan penyediaan obyek sewa yang dipesan nasabah;
h. Bank dan nasabah wajib menuangkan kesepakatan dalam bentuk perjanjian tertulis berupa Akad Pembiayaan atas
dasar Ijarah;
i. Pembayaran sewa dapat dilakukan baik dengan angsuran maupun sekaligus;
j. Pembayaran sewa tidak dapat dilakukan dalam bentuk piutang maupun dalam bentuk pembebasan utang;
k. Bank dapat meminta nasabah untuk menjaga keutuhan obyek sewa, dan menanggung biaya pemeliharaan obyek sewa
sesuai dengan kesepakatan dimana uraian biaya pemeliharaan yang bersifat material dan struktural harus dituangkan
dalam Akad; dan
l. Bank tidak dapat meminta nasabah untuk bertanggungjawab atas kerusakan obyek sewa yang terjadi bukan karena
pelanggaran Akad atau kelalaian nasabah.
2. Dalam hal Pembiayaan Multijasa dimana pembiayaan diberikan oleh Bank kepada nasabah dalam
memperoleh manfaat atas suatu jasa, menggunakan Akad Ijarah maka :
a. Ketentuan yang berlaku dalam Pembiayaan atas dasar Ijarah sebagaimana dimaksud pada angka 1 kecuali huruf k dan
l, berlaku pula pada Pembiayaan Multijasa dengan menggunakan Akad Ijarah;
b. Bank memperoleh sewa atas transaksi multijasa berupa imbalan ( ujrah);
c. Besarnya imbalan (ujrah) harus disepakati di awal dan dinyatakan dalam bentuk nominal yang tetap.

ESE 38
Aplikasi Pembiayaan Ijarah

1. Fatwa No: 09/DSN-MUI/IV/2000 :


Akad pemindahan hak guna (manfaat) atas
suatu obyek sewa dalam waktu tertentu
dengan pembayaran sewa, tanpa diikuti
dengan pemindahan kepemilikan obyek
sewa itu sendiri

ESE 39
Aplikasi Pembiayaan Ijarah

2. Pembiayaan Ijarah:
Kewajiban Bank :
o Menyediakan barang / jasa yg disewakan /
diberikan
o Menanggung biaya pemeliharaan barang
Kewajiban Nasabah :
o Membayar sewa / upah
o Bertanggungjawab atas keutuhan barang, serta
memanfaatkannya sesuai akad (kontrak)

ESE 40
Pembiayaan Ijarah - Praktis
1. Equipment purchase contract:
The bank: After studying and evaluating the market, the bank purchases the
equipment and pays the seller immediately or defers the payment.
The seller: Agrees on the sale and delivers the equipment to the bank.
2. The first lease contract:
The bank: Looks for a lessee to the equipment exchange of
recompense.
The lessee: Pays the agreed upon rental on the specified periods
and returns the equipment to the bank at the end of the lease
period.
3. The following lease contract:
The bank: Once leased asset is agreed is returned, the bank
looks for new lessee to let the equipment for another lease period.

The new lessee: Pays the agreed upon rental for the specified
period, then returns the asset to the bank at the end of the lease
term.
Note: At the end of each lease period the bank looks for a new
lessee; however at times the bank may choose to scrap or
dispose off the assets finally.

ESE 41
Ijarah Pelayanan Pendidikan
Perhitungan Bank :
Harga Sewa Paket Pendidikan S- = 40,000,000
2
Uang muka Nasabah = 10,000,000
Biaya Sewa Bank = 30,000,000
Fee (Ujroh) Bank = 6,000,000
(30,000,000 x 10% p.a. x 2
th)
Fasilitas Pembiayaan Ijarah Pelayanan Pendidikan :
Harga Sewa Paket Pendidikan S- = 40,000,000
2
Fee (Ujroh) Bank = 6,000,000
Harga Sewa Bank = 46,000,000
Uang Muka Nasabah = 10,000,000
Sisa Angsuran = 36,000,000
Angsuran per Bulan = 1,500,000
(36,000,000 : 24)
ESE 42
SE BI No. 10/ 14 / DPbS Maret 2008
Disamping ketentuan Akad Ijarah untuk kegiatan penyaluran dana dalam
bentuk Pembiayaan atas dasar Ijarah Muntahiya Bittamlik berlaku :
a. Bank sebagai pemilik obyek sewa juga bertindak sebagai pemberi janji (waad) untuk
memberikan opsi pengalihan kepemilikan dan/atau hak penguasaan obyek sewa
kepada nasabah penyewa sesuai kesepakatan;
b. Bank hanya dapat memberikan janji (waad) untuk mengalihkan kepemilikan dan/atau
hak penguasaan obyek sewa setelah obyek sewa secara prinsip dimiliki oleh Bank;
c. Bank dan nasabah harus menuangkan kesepakatan adanya opsi pengalihan
kepemilikan dan/atau hak penguasaan obyek sewa dalam bentuk tertulis;
d. Pelaksanaan pengalihan kepemilikan dan/atau hak penguasaan obyek sewa dapat
dilakukan setelah masa sewa disepakati selesai oleh Bank dan nasabah penyewa; dan
e. Dalam hal nasabah penyewa mengambil opsi pengalihan kepemilikan dan/atau hak
penguasaan objek sewa, maka Bank wajib mengalihkan kepemilikan dan/atau hak
penguasaan obyek sewa kepada nasabah yang dilakukan pada saat tertentu dalam
periode atau pada akhir periode Pembiayaan atas dasar Akad Ijarah Muntahiya
Bittamlik.

ESE 43
Aplikasi Pembiayaan IMBT

1. Fatwa No: 27/DSN-MUI/III/2002 :


Perjanjian sewa-menyewa yang disertai
dengan opsi pemindahan hak milik atas
benda yg disewa kepada penyewa, setelah
selesai masa sewa

ESE 44
Aplikasi Pembiayaan IMBT

2. Pembiayaan IMBT, selama masa


sewa:
Kewajiban Bank :
o Menyediakan barang yg disewakan
o Menanggung biaya pemeliharaan barang
Kewajiban Nasabah :
o Membayar sewa / upah
o Bertanggungjawab atas keutuhan barang, serta
memanfaatkannya sesuai akad (kontrak)

ESE 45
Ijarah Muntahiyah Bi Tamlik

3. Pembiayaan IMBT, pada akhir masa


sewa:
Kewajiban Bank :
o Menyediakan opsi pemindahan kepemilikan :
hibah vs. jual
Kewajiban Nasabah :
o Memilih eksekusi opsi pemindahan
kepemilikan : hibah vs. beli

ESE 46
Aplikasi Pembiayaan IMBT

4. Hal-hal lain:
Pihak yg melakukan IMBT harus melaksanakan akad Ijarah
terlebih dahulu.
Akad pemindahan kepemilikan, baik dengan jual-beli atau
pemberian, hanya dapat dilakukan setelah masa Ijarah
selesai
Janji pemindahan kepemilikan yg disepakati di awal akad
Ijarah adalah wad, yg hukumnya tdk mengikat.
Apabila janji itu ingin dilaksanakan, maka harus ada akad
pemindahan kepemilikan yg dilakukan setelah masa Ijarah
selesai

ESE 47
Aplikasi IMBT
1. The purchase contract of assets:
The bank: In pursuance of the customer's desire to draw a contract of lease
ending with ownership, the bank purchases the asset from the seller, pays
the price and gets its possession.
The seller: Agrees on the sale, signs the bill and agrees with the bank
about the place of delivery.
2. Delivery and receipt of the commodity:
The seller: Delivers the asset to the bank directly or to any party designated
by the bank in the contract.
The bank: Authorizes its customer to receive the asset and demands a
notification of arrival and satisfaction of the required specifications.
3. The lease contract:
The bank: Leases the asset to the customer and promises customer the
possession of the asset if he pays all the rental installments (a promise to
grant or a promise to sell for a nominal or actual price).
The lessee: pays the rental installments at the agreed upon periods.
4. Transfer of ownership:
The bank: after the end of the lease period and after the lessee pays all the
installments due, the bank assigns the asset to the benefit of the lessee as
a grant or sale as promised.
The lessee: ownership of the asset transfers to the lessee.

ESE 48
Pembiayaan IMBT - Praktis
Perhitungan Bank :
Harga Beli Object Sewa-Hibah = 500,000,000
Uang muka Nasabah = 0
Biaya Beli Object Sewa-Hibah Bank = 500,000,000
Pendapatan Sewa-Hibah Bank = 500,000,000
(500,000,000 x 10% p.a. x 10 th)

Fasilitas Pembiayaan IMBT :


Harga Beli Object Sewa-Hibah = 500,000,000
Pendapatan Sewa-Hibah Bank = 500,000,000
Harga Sewa-Hibah Bank = 1,000,000,000
Uang Muka Nasabah = 0
Sisa Angsuran Sewa-Hibah = 1,000,000,000
Angsuran Sewa-Hibah per Bulan = 8,334,000
(1,000,000,000 : 120)

ESE 49
Bagian ke-4

PRINSIP BAGI HASIL


Rukun & Syarat Bagi Hasil

1. Investor (penyedia dana)


2. Pengelola
3. Obyek dan Nisbah (porsi) pembagian
hasil
4. Modal dan Nisbah (porsi) modal
5. Ijab Qabul / serah terima
6. Jangka waktu

ESE 51
Jenis Bagi Hasil

MUSYARAKAH
Partial
Financing

MUDHARABA
H
Full Financing

ESE 52
Tentang Bagi Hasil (1)
OBYEK NISBAH PERIODE
ITEMS PORSI MODAL PEMBAGIAN PEMBAGIAN PEMBAGIAN
HASIL HASIL HASIL

MUDHARABAH

MUSYARAKAH

ESE 53
Tentang Bagi Hasil (2)

DALAM HAL RASIO YG DIPERGUNAKAN

UNTUNG

RUGI

ESE 54
SE BI No. 10/ 14 / DPbS Maret 2008
1. Akad Pembiayaan Mudharabah :
a. Bank bertindak sebagai pemilik dana (shahibul maal) yang menyediakan dana dengan fungsi
sebagai modal kerja, dan nasabah bertindak sebagai pengelola dana (mudharib) dalam kegiatan
usahanya;
b. Bank memiliki hak dalam pengawasan dan pembinaan usaha nasabah walaupun tidak ikut serta
dalam pengelolaan usaha nasabah, antara lain Bank dapat melakukan review dan meminta bukti-
bukti dari laporan hasil usaha nasabah berdasarkan bukti pendukung yang dapat
dipertanggungjawabkan;
c. Bank wajib menjelaskan kepada nasabah mengenai karakteristik produk Pembiayaan atas dasar
Akad Mudharabah, serta hak dan kewajiban nasabah sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank
Indonesia mengenai transparansi informasi produk Bank dan penggunaan data pribadi nasabah;
d. Dalam hal Pembiayaan atas dasar Akad Mudharabah Muqayyadah yaitu penyediaan dana
kepada nasabah dimana pemilik dana (shahibul maal) memberikan persyaratan khusus kepada
pengelola dana (mudharib), Bank wajib memenuhi persyaratan khusus dimaksud;
e. Bank wajib melakukan analisis atas permohonan Pembiayaan atas dasar Akad Mudharabah dari
nasabah yang antara lain meliputi aspek personal berupa analisa atas karakter (Character) dan
aspek usaha antara lain meliputi analisa kapasitas usaha (Capacity), keuangan (Capital), dan
prospek usaha (Condition);
f. Pembagian hasil usaha dari pengelolaan dana dinyatakan dalam nisbah yang disepakati;

ESE 55
SE BI No. 10/ 14 / DPbS Maret 2008
1. Akad Pembiayaan Mudharabah :
g. Nisbah bagi hasil yang disepakati tidak dapat diubah sepanjang jangka waktu investasi, kecuali atas
dasar kesepakatan para pihak;
h. Bank dan nasabah wajib menuangkan kesepakatan dalam bentuk perjanjian tertulis berupa Akad
Pembiayaan atas dasar Mudharabah;
i. Jangka waktu Pembiayaan atas dasar Akad Mudharabah, pengembalian dana, dan pembagian hasil
usaha ditentukan berdasarkan kesepakatan Bank dan nasabah;
j. Pembiayaan atas dasar Akad Mudharabah diberikan dalam bentuk uang dan/atau barang, serta bukan
dalam bentuk piutang atau tagihan;
k. Dalam hal Pembiayaan atas dasar Akad Mudharabah diberikan dalam bentuk uang harus dinyatakan
secara jelas jumlahnya;
l. Dalam hal Pembiayaan atas dasar Akad Mudharabah diberikan dalam bentuk barang, maka barang
tersebut harus dinilai atas dasar harga pasar (net realizable value) dan dinyatakan secara jelas
jumlahnya;
m. Pengembalian Pembiayaan atas dasar Mudharabah dilakukan dalam dua cara, yaitu secara angsuran
ataupun sekaligus pada akhir periode Akad, sesuai dengan jangka waktu Pembiayaan atas dasar Akad
Mudharabah;
n. Pembagian hasil usaha dilakukan atas dasar laporan hasil usaha pengelola dana (mudharib) dengan
disertai bukti pendukung yang dapat dipertanggungjawabkan;
o. Kerugian usaha nasabah pengelola dana (mudharib) yang dapat ditanggung oleh Bank selaku pemilik
dana (shahibul maal) adalah maksimal sebesar jumlah pembiayaan yang diberikan (rasul maal).

ESE 56
SE BI No. 10/ 14 / DPbS Maret 2008
2. Dalam hal nasabah ikut menyertakan modal dalam kegiatan
usaha (mitra usaha) yang dibiayai Bank (Mudharabah
Musytarakah), maka berlaku ketentuan :
a. Norma-norma umum dalam pembiayaan atas dasar Akad
Mudharabah
b. Kedudukan nasabah adalah sebagai mitra usaha sekaligus sebagai
pengelola dana (mudharib);
c. Sebagai mitra usaha, nasabah berhak mendapatkan bagian
keuntungan sesuai kesepakatan atau menanggung kerugian sesuai
porsi modalnya; dan
d. Sebagai pengelola dana (mudharib), nasabah berhak mendapatkan
bagian keuntungan berdasarkan nisbah yang disepakati, setelah
dikurangi bagian keuntungan milik nasabah sebagai mitra usaha.
ESE 57
Mudharabah

1. Fatwa No: 07/DSN-MUI/IV/2000 :


Akad kerjasama suatu usaha antara dua
pihak, dimana Bank (malik/shahib al-mal)
menyediakan seluruh modal, sedangkan
Nasabah (amil/mudharib) bertindak sebagai
pengelola, dan keuntungan usaha dibagi
diantara mereka sesuai kesepakatan yg
dituangkan dalam kontrak

ESE 58
Aplikasi Pembiayaan Mudharabah

2. Pembiayaan Mudharabah:
Untuk kegiatan usaha (sektor produktif)
Kontribusi modal 100% dari shahibu al maal dan skill dari
mudharib
Disepakati : jangka waktu, tatacara pengembalian, dan
pembagian keuntungan
Bank tdk ikut serta dalam manajemen perusahaan atau
proyek, tetapi mempunyai hak untuk melakukan pembinaan
dan pengawasan
Jumlah pembiayaan dinyatakan dalam bentuk tunai
(dapat berbentuk uang atau barang yg dinilai), bukannya
piutang

ESE 59
Aplikasi Pembiayaan Mudharabah

3. Hal-hal lain:
Obyek pembagian keuntungan disepakati : Revenue (Hasil)
atau Profit (Untung/Rugi).
Hasil usaha dibagi sesuai kesepakatan (tdk boleh 100/0)
Bank menanggung seluruh kerugian, kecuali Nasabah
melakukan kesalahan disengaja, kelalaian atau menyalahi
perjanjian
Nasabah/pengelola yang wanprestasi dapat dikenakan sanksi
administrasi
Bank dapat meminta jaminan, dan jaminan tsb hanya dapat
dicairkan bila Nasabah melakukan pelanggaran kesepakatan
kontrak

ESE 60
Aplikasi Pembiayaan Mudharabah
1. Establishing a Mudharabah project
The bank: provides the capital as a capital owner.
The Mudharib: provides his effort and expertise for the investment of
capital in exchange for a share in profit agreed upon.

2. The results of Mudharabah


The two parties calculate the earnings and divide profits at the end
of Mudharabah. This can also be done periodically in accordance
with the agreement and legal compliance.

3. Payment of Mudharabah capital


The bank: Recovers the Mudharabah capital it contributed before
dividing the profits between the two parties because profit is
protection to capital. In case of agreement to distribute profits
periodically before the final settlement it must be on account until the
security of capital is assured.

4. Distribution of wealth resulting from Mudharabah


In case of loss, the capital owner (the bank) bears the loss.
Profits are divided between the two parties in accordance with the
agreement between them with observance to the principle "profit is
protection to capital".
ESE 61
SE BI No. 10/ 14 / DPbS Maret 2008
1. Akad Pembiayaan Musyarakah :
a. Bank dan nasabah masing-masing bertindak sebagai mitra usaha dengan bersama-sama
menyediakan dana dan/atau barang untuk membiayai suatu kegiatan usaha tertentu;
b. Nasabah bertindak sebagai pengelola usaha dan Bank sebagai mitra usaha dapat ikut serta
dalam pengelolaan usaha sesuai dengan tugas dan wewenang yang disepakati seperti
melakukan review, meminta bukti-bukti dari laporan hasil usaha yang dibuat oleh nasabah
berdasarkan bukti pendukung yang dapat dipertanggungjawabkan;
c. Bank wajib menjelaskan kepada nasabah mengenai karakteristik produk Pembiayaan atas
dasar Akad Musyarakah serta hak dan kewajiban nasabah sebagaimana diatur dalam
ketentuan Bank Indonesia mengenai transparansi informasi produk Bank dan penggunaan
data pribadi nasabah;
d. Bank wajib melakukan analisis atas permohonan Pembiayaan atas dasar Akad Musyarakah
dari nasabah yang antara lain meliputi aspek personal berupa analisa atas karakter
(Character) dan aspek usaha antara lain meliputi analisa kapasitas usaha (Capacity),
keuangan (Capital), dan prospek usaha (Condition);
e. Pembagian hasil usaha dari pengelolaan dana dinyatakan dalam bentuk nisbah yang
disepakati;
f. Nisbah bagi hasil yang disepakati tidak dapat diubah sepanjang jangka waktu investasi,
kecuali atas dasar kesepakatan para pihak;
ESE 62
SE BI No. 10/ 14 / DPbS Maret 2008
1. Akad Pembiayaan Musyarakah :
g. Pembiayaan atas dasar Akad Musyarakah diberikan dalam bentuk uang dan/atau barang,
serta bukan dalam bentuk piutang atau tagihan;
h. Dalam hal Pembiayaan atas dasar Akad Musyarakah diberikan dalam bentuk uang harus
dinyatakan secara jelas jumlahnya;
i. Dalam hal Pembiayaan atas dasar Akad Musyarakah diberikan dalam bentuk barang, maka
barang tersebut harus dinilai atas dasar harga pasar (net realizable value) dan dinyatakan
secara jelas jumlahnya;
j. Bank dan nasabah wajib menuangkan kesepakatan dalam bentuk perjanjian tertulis berupa
Akad Pembiayaan atas dasar Musyarakah;
k. Jangka waktu Pembiayaan atas dasar Akad Musyarakah,pengembalian dana, dan pembagian
hasil usaha ditentukan berdasarkan kesepakatan antara Bank dan nasabah;
l. Pengembalian Pembiayaan atas dasar Akad Musyarakah dilakukan dalam dua cara, yaitu
secara angsuran ataupun sekaligus pada akhir periode Pembiayaan, sesuai dengan jangka
waktu Pembiayaan atas dasar Akad Musyarakah;
m. Pembagian hasil usaha berdasarkan laporan hasil usaha nasabah berdasarkan bukti
pendukung yang dapat dipertanggungjawabkan; dan
n. Bank dan nasabah menanggung kerugian secara proporsional menurut porsi modal masing-
masing.
ESE 63
Aplikasi Pembiayaan Musyarakah

1. Fatwa No: 08/DSN-MUI/IV/2000 :


Akad kerjasama suatu usaha antara dua
pihak atau lebih, dimana masing-masing
pihak memberikan kontribusi dana dengan
ketentuan bahwa keuntungan dan risiko akan
ditanggung bersama sesuai kesepakatan

ESE 64
Aplikasi Pembiayaan Musyarakah

2. Pembiayaan Musyarakah:
Untuk sektor produktif
Modal masing-masing pihak dituangkan dalam kontrak
Disepakati : jangka waktu, tatacara pengembalian, dan
pembagian keuntungan
Partisipasi para pihak dalam kerja merupakan dasar
pelaksanaan musyarakah
Jumlah pembiayaan dinyatakan dalam bentuk tunai
(dapat berbentuk uang atau barang yg dinilai), bukannya
piutang

ESE 65
Aplikasi Pembiayaan Musyarakah

3. Hal-hal lain:
Obyek pembagian keuntungan disepakati : Revenue (Hasil)
atau Profit (Untung/Rugi).
Hasil usaha dibagi sesuai kesepakatan (tdk boleh 100/0)
Bank menanggung kerugian secara proporsional
menurut rasio modal, kecuali Nasabah melakukan
kesalahan disengaja, kelalaian atau menyalahi perjanjian
Nasabah wanprestasi dapat dikenakan sanksi administrasi
Bank dapat meminta jaminan, dan jaminan tsb hanya dapat
dicairkan bila Nasabah melakukan pelanggaran kesepakatan
kontrak

ESE 66
Aplikasi Pembiayaan Musyarakah

1. Partnership in Capital:
The bank: Tenders part of the capital required in its capacity as a
partner and authorizes the customer / partner to manage the
project.
Partner: Tenders part of the capital required for the project and
becomes the trustee for bank's funds.

2. Results of the project:


The work in the project is for the growth of capital. The project
may achieve positive or negative results.

3. Distribution of wealth accrued from the project:


In case of loss, each partner bears part of the loss proportionate
to its share in capital.
Profit is divided between the two parties (the bank and the
partner) in accordance with the agreement.

ESE 67
Wrapped Up

PEMBIAYAAN

JUAL-BELI SEWA BAGI-HASIL

MUDHARABA
MURABAHAH IJARAH
H

SALAM IMBT MUSYARAKAH

ISTISHNA
ESE 68

Anda mungkin juga menyukai