Anda di halaman 1dari 46

KONSUMEN DAN OBAT

PALSU
MARIUS WIDJAJARTA

YAYASAN PEMBERDAYAAN KONSUMEN


KESEHATAN INDONESIA
DISAMPAIKAN PADA TGL 28 JULI 2007 BPHN DI BANDUNG
HAK KONSUMEN
UU NO.8/1999 TENTANG UU NO.23/1992 TENTANG
PERLINDUNGAN KONSUMEN KESEHATAN
Kenyamanan, keamanan, dan
keselamatan Informasi
Memilih Memberikan persetujuan
Informasi yang benar, jelas, dan Rahasia kedokteran
jujur Pendapat kedua (second opinion
Didengar pendapat dan
keluhannya
Mendapatkan advokasi,
pendidikan & perlindungan
konsumen
Dilayani secara benar, jujur, tidak
diskriminatif
Memperoleh kompensasi, ganti
rugi dan atau penggantian
Hak-hak yang diatur dalam
ketentuan peraturan perundang-
undangan lain
KEWAJIBAN KONSUMEN

Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan


prosedur

Beritikad baik

Membayar sesuai dengan nilai tukar yang


disepakati

Mengikuti upaya penyelesaian sengketa


perlindungan konsumen secara patut
72 HEALTH CONSUMER COMPLAINTS FROM 427
CASES RECEIVED BY YPKKI UP TO JUNI 2007

5.6
16.7

66.7

11.1

DOKTER RS DOKTER & RS OBAT


KOSMETIKA
CONTOH KOSMETIK BERMASALAH
PEMALSUAN REGISTRASI
WAJAH MENJADI KELOID AKIBAT
PROSES PELASERAN
TINJAUAN HUKUM
UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan

Pasal 1 ayat 9 :
Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat
tradisional dan kosmetika (penjelasan lebih
lanjut)

Pasal 40 ayat (2)


Sediaan farmasi yang berupa obat tradisional dan
kosmetika serta alat kesehatan harus memenuhi standar
dan atau persyaratan yang ditentukan. (penjelasan :
Standar untuk kosmetika buku Kodeks Kosmetika
Indonesia)
Pasal 41 ayat (1)
Sediaan farmasi dan alat kesehatan hanya
dapat diedarkan setelah mendapat izin
edar.

Pasal 41 ayat (2)


Penandaan dan informasi sediaan farmasi
dan alat kesehatan harus memenuhi
persyaratan objektivitas dan kelengkapan
serta tidak menyesatkan.
SANKSI
Pasal 82 ayat (2) huruf c :
Barang siapa dengan sengaja memproduksi dan atau
mengedarkan sediaan farmasi berupa kosmetika yang
tidak memenuhi standar dan atau persyaratan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 40 ayat (2)
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima)
tahun dan atau pidana denda paling banyak Rp
100.000.000,00 (seratus juta rupiah)

Pasal 83 :
Ancaman pidana sebagaimana dimaksudkan dalam
pasal 80, pasal 81, dan pasal 82 ditambah seperempat
apabila menimbulkan luka berat atau sepertiga apabila
menimbulkan kematian.
UU No.8 tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen
Pasal 8 ayat (1):

Pelaku usaha dilarang memproduksi dan/ atau memperdagangkan


barang dan/ atau jasa yang :
a. Tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang
dipersyaratkan dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
b. Tidak sesuai dengan kondisi, jaminan, keistimewaan, atau
kemanjuran sebagaimana dinyatakan dalam label, etiket, atau
keterangan barang dan/ atau jasa tersebut.
c. Tidak sesuai dengan mutu, tingkatan, komposisi, proses
pengolahan, gaya, mode, atau penggunaan tertentu sebagaimana
dinyatakan dalam label atau keterangan barang dan/ atau jasa
tersebut.
d. Tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label, etiket,
keterangan, iklan, atau promosi penjualan barang dan/ atau jasa
tersebut.
e. Tidak mencantumkan tanggal kadaluwarsa atau jangka waktu
penggunaan/ pemanfaatan yang paling baik atas barang tertentu.
f. Tidak memasang label atau membuat penjelasan barang yang
memuat nama barang, ukuran, berat/ isi bersih atau netto,
kompisisi, aturan pakai, tanggal pembuatan, akibat sampingan,
nama dan alamat pelaku usaha, serta keterangan lain untuk
penggunaan yang menurut ketentuan harus diipasang/ dibuat..
g. Tidak mencantumkan informasi dan/ atau petunjuk penggunaan
barang dalam bahasa Indonesia sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku.

SANKSI :
Berdasarkan pasal 62 ayat (1) dinyatakan bahwa
pelanggaran terhadap pasal 8 tersebut dipidana
dengan pidana penjara maksimal 5 (lima) tahun atau
pidana denda maksimal dua miliar rupiah.
PP No. 72 tahun 1998 tentang Pengamanan
Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan

Pasal 27 :
Badan usaha yang mengedarkan sediaan farmasi dan
alat kesehatan harus mencantumkan penandaan dan
informasi sediaan farmasi dan alat kesehatan.

Pasal 28 ayat (1) :


Penandaan dan informasi sediaan farmasi dan alat
kesehatan yang harus dicantumkan harus memenuhi
persyaratan berbentuk tulisan yang berisi keterangan
mengenai sediaan farmasi dan alat kesehatan secara
objektif, lengkap serta tidak menyesatkan.
Pasal 28 ayat (2) :
Keterangan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) sekurang-kurangnya berisi :
a. Nama produk dan/ atau merek dagang;
b. Nama badan usaha yang memproduksi atau
memasukkan sediaan farmasi dan alat
kesehatan ke dalam wilayah Indonesia;
c. Komponen pokok sediaan farmasi dan alat
kesehatan;
d. Tata cara penggunaan;
e. Tanda peringatan atau efek samping;
f. Batas waktu kadaluwarsa untuk sediaan
farmasi tertentu;
SANKSI
Pasal 77 :
Barang siapa dengan sengaja mengedarkan sediaan
farmasi dan alat kesehatan yang tidak mencantumkan
penandaan dan informasi sebagaimana dimaksud dalam
pasal 27 dan pasal 28 dipidana dengan pidana penjara
maksimal 5 (lima) tahun dan/ atau pidana denda
maksimal seratus juta rupiah sesuai dengan ketentuan
pasal 82 ayat (2) Undang-Undang No. 23 tahun 1992
tentang Kesehatan.

Pasal 78 :
Berdasarkan ketentuan pasal 83 Undang-undang Nomor
23 tahun 1992 tentang Kesehatan, ancaman pidana
sebagaimana dimaksud dalam pasal 74, 75, 76, dan 77
ditambah seperempat apabila menimbulkan luka berat
atau sepertiga apabila menimbulkan kematian.
OBAT
MACAMNYA :
OBAT BEBAS
OBAT BEBAS TERBATAS
OBAT DAFTAR G ( DENGAN RESEP DOKTER )
OBAT GOLONGAN NARKOTIK & PSIKOTROPIK
OBAT WAJIB APOTIK
ARTI TANDA PADA OBAT :

OBAT BEBAS : LINGKARAN HITAM DASAR HIJAU


OBAT BEBAS TERBATAS : LINGKARAN HITAM
DASAR BIRU
OBAT KERAS ( HARUS DENGAN RESEP DOKTER )
LINGKARAN HITAM DASAR MERAH DENGAN
HURUF K DITENGAHNYA
OBAT GOLONGAN NARKOTIK DAN PSIKOTROPIK
LINGKARAN DASAR HITAM
BAHAN BERACUN BERTANDA TENGKORAK
JENIS OBAT DI INDONESIA
OBAT GENERIK : OBAT YANG DIJUAL BELIKAN SESUAI
NAMA ZAT TERKHASIAT mis : Amoksisilin dijual tetap
namanya Amoksisilin dan harganya ditetapkan oleh Pemerintah
( Depkes )
OBAT BERMEREK : OBAT GENERIK YANG DIBERI MEREK
OLEH PRODUSENNYA mis : Amoksisilin dijual dengan nama
Tonosilin sesuai dengan keinginan produsennya .Saat ini
harganya ditetapkan sesuai keinginan produsennya .Hasil
monitoring YPKKI ada yang sampai 200 kali harga obat generik.
Kalau di luar negeri harga antara 1,2 2 kali harga obat generik
OBAT PATENT : OBAT BARU DITEMUKAN DIPATENTKAN
INTERNATIONAL 20 TAHUN MILIK DARI PRODUSEN
PENEMUNYA . Harga ditetapkan oleh produsennya ( di
Indonesia 7% 8 % )
KEPMENKES 068 DAN 069 TAHUN 2006

PRODUSEN WAJIB MENCANTUMKAN NAMA


GENERIK PADA LABEL DENGAN PERBANDINGAN 1
: 0,8 DAN HARGA ECERAN TERTINGGI SELAMBAT
LAMBATNYA TANGGAL 1 JANUARI 2007 .
LABEL OBAT DI FILIPINA LENGKAP
DENGAN NAMA GENERIKNYA
LABEL OBAT DI FILIPINA LENGKAP
DENGAN NAMA GENERIKNYA
LABEL OBAT DI FILIPINA LENGKAP
DENGAN NAMA GENERIKNYA
Contoh kosmetik dari luarnegeri di
Indonesia
PENCANTUMAN HARGA ECERAN
TERTINGGI ( HET )
PENCANTUMAN HARGA ECERAN
TERTINGGI DI INDONESIA ( HET )
PENCANTUMAN HARGA ECERAN
TERTINGGI ( HET ) DI INDONESIA
OBAT MILIK DEPARTEMEN KESEHATAN
DIPERJUALBELIKAN
OBAT PALSU
OBAT EMERGENCY PALSU
PRODUK BERMASALAH
Contoh kosmetik dari luarnegeri di
Indonesia
Trend Indonesian Pharmaceutical Market

25,000 50%
45%
20,000 40%
35%
15,000
30%
25%
10,000
20%

5,000 15%
10%
0 5%
2000 2001 2002 2003 2004 P 2005

Rp. Milyar 9,944 12,654 15,644 17,756 20,873 23,598


% growth 32.0% 27.3% 23.6% 13.5% 19.6% 13.1%

Source : IMS Health


TANGGAL 12 DESEMBER 2005

BITUNG
JUMLAH KARTU TERDISTRIBUSI 14420 ( 98,30 % )
BANYAK OBAT DILUAR DPHO KARENA OKNUM DOKTER UMUM DIBAYAR OKNUM
FARMASI Rp 500.000,- / PER BULAN
ADA PASIEN JPKMM DIRAWAT DIKELAS 2 TIDAK MAU DILKELAS 3
ADA PASIEN JPKMM PUNYA KARTU ASKES SOSIAL ( PENSIUNAN ABRI )
DUGAAN KOLUSI OKNUM DOKTER DENGAN
PABRIK OBAT
OBAT DILUAR DPHO PROGRAM ASKESKIN DIBUAT PUYER
SEHINGGA SULIT DILACAK DI RS DI RSUP DR SARDJITO JOGYA
( APRIL 2006 )
PASIEN ASKESKIN DM DGN GANGRAIN DISURUH
BELI OBAT OLEH OKNUM PERAWAT DI RS Dr
Wahidin di MAKASAR dgn HARGA Rp 500.000,-/pot
( Tgl 16 Nov 2005 )

APOTEK BAYANGAN
MASIH ADA OBAT YANG DIBELI MASKIN ( REMOPAIN )
DI RS TIDAR MAGELANG
MENGAPA BANYAK OBAT PALSU
TIDAK ADANYA BATASAN HARGA ECERAN
TERTINGGI ( HET ) BAGI OBAT BERMEREK
PENGAWASAN YANG LEMAH DARI BPOM
TIDAK BERJALANNYA PERATURAN
PEMERINTAH
TERLALU TINGGINYA HARGA OBAT
DIINDONESIA SEHINGGA MEMUNGKINKAN
ADANYA DUGAAN KOLUSI ANTARA PABRIK
OBAT DENGAN TENAGA DAN SARANA
KESEHATAN
CARA MEMALSUKANNYA :

MEMALSUKAN LABEL
MEMALSUKAN KEMASAAN
MENGISI BOTOL KOSONG DENGAN ISI YANG
LAIN

OBAT YANG BANYAK DIPALSUKAN :


1. ANTIBIOTIKA
2. OBAT YANG MAHAL HARGANYA
3. OBAT UNTUK PENYAKIT YANG TERGANTUNG KEPADA
OBAT MISALNYA TEKANAN DARAH TINGGI DAN KENCING
MANIS
SARAN :
DEPARTEMEN KESEHATAN SEGERA MEMBUAT
PERATURAN PERBEDAAN HARGA OBAT GENERIK
DENGAN HARGA OBAT BERMEREK MAKSIMAL 3
KALI SEPERTI USULAN DARI GP FARMASI
BPOM MENINGKATKAN PENGAWASAN
TINDAK TEGAS PELANGGARAN PERATURAN
PEMERINTAH
JANGAN MEMBELI OBAT PADA PASAR GELAP
JANGAN MEMBELI OBAT YANG TIDAK TERDAFTAR
JANGAN MEMBELI OBAT YANG SUDAH
KADALUWARSA
BACA ATURAN PAKAI
SEKIAN TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai