Anda di halaman 1dari 37

Laporan Kasus

EFUSI PLEURA BILATERAL ec


MALIGNANCY
Oleh :
Nama : Maulizahayani
Nim : 1507101030081

Pembimbing : dr. Herry Priyanto, Sp. P


(K), FISR
Bagian/ SMF Pulmonologi FK UNSYIAH/ RSUD dr. Zainoel Abidin
Banda Aceh
2017
PENDAHULUAN
Pleura adalah lapisan tisu tipis yang menutupi paru-paru dan melapisi
dinding bagian dalam rongga dada. Melindungi dan membantali paru-paru,
jaringan ini mengeluarkan sejumlah kecil cairan yang bertindak sebagai
pelumas, yang memungkinkan paru-paru untuk bergerak dengan lancar di
rongga dada saat bernapas.
Efusi pleura adalah penimbunan cairan didalam rongga pleura akibat
transudasi atau eksudasi yang berlebihan dari permukaan pleura

Di negara-negara barat, efusi pleura terutama disebabkan oleh gagal


jantung kongestif, sirosis hati, keganasan, dan pneumonia bakteri, sementara
di negara-negara yang sedang berkembang, seperti Indonesia, lazim
diakibatkan oleh infeksi tuberkulosis
Efusi pleura keganasan merupakan salah satu komplikasi yang biasa
ditemukan pada penderita keganasan dan terutama disebabkan oleh kanker
paru dan kanker payudara

Pasien TB yang putus obat dapat berkembang menjadi TB MDR yang


menyebabkan penyakit sulit disembuhkan
Laporan Kasus
Nama (inisial) : SN
Jenis kelamin : Perempuan
Tanggal lahir : 01 Maret 1990
Umur : 26 Tahun
Alamat : Karang Baru, Aceh Tamiang
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
No. CM : 1-12-03-92
Tanggal Masuk : 24/02/2017
Tanggal pemeriksaan : 25/02/2017
ANAMNESIS

1 Keluhan
Utama Sesak Nafas

Nyeri dada, tangan


2 Keluhan
Tambahan bengkak
ANAMNESIS
Pasien rujukan dari Rumah Sakit Tamiang dengan diagnosa efusi
pleura bilateral ec Adenomasarcoma Lung Cancer. Pasien
RPS mengeluhkan sesak nafas 4 bulan yang lalu dan memberat
dalam 1 bulan terakhir. Sesak nafas memberat dengan
beraktivitas ringan, nyeri dada (+) dikedua dada dan menjalar ke
3 belakang. Nyeri dada hilang timbul. Batuk tidak di keluhkan.
Demam tida di keluhkan. Berkeringat malam (+), penurunan
berat badan 10 kg dalam 6 bulan terakhir. Pasien juga
mengeluhkan benjolan di leher sebelah kanan 6 bulan yang
lalu dan sudah di lakukan pemeriksaan sitologi dengan hasil
Adenocarsinoma. Pasien juga mengeluhkan bengkak pada
tangan kanan 6 bulan terakhir.
ANAMNESIS
4 Pasien pernah dirawat di RS Tamiang dan di
diagnosa dengan efusi pleura bilateral ec
RPD Adenomasarcoma Lung Cancer, Asma(-), Hipertensi
(-), DM (-).

5
Tidak ada anggota keluarga yang
RPK diketahui mengalami keluhan sama
seperti pasien. Riwayat hipertensi,
diabetes mellitus, alergi dan asma pada
keluarga pasien disangkal.
ANAMNESIS

6
Pasien seorang ibu rumah tangga dengan dua orang
RKS anak, suami pasien seorang perokok 12 tahun
dengan 1 bungkus per hari.

7
Disangkal
RPO
STATUS INTERNUS
8

Sakit berat
KU

Compos Mentis
Kes

TD
100/70 mmHg

Nadi
86 x/menit

Suhu
36,8 C

RR
28 x/menit
Pemeriksaan fisik
Kulit : sawo matang, ikterik (-), sianosis (-), edema (-),
Kepala : rambut hitam, distribusi merata, sukar cabut
Wajah : simetris, edema (-), deformitas (-)
Mata : anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), sekret (-/-), refleks
cahaya langsung (+/+), refleks cahaya tidak langsung (+/+),
pupil isokor 3 mm/3 mm
Telinga : kesan normotia
Hidung : sekret (-/-), cavum nasi hiperemis (-), napas cuping
hidung (-)
Mulut : mukosa kering (-),sianosis (-), tremor (-), hiperemis
(-), tonsil hiperemis (-/-), T1 T1.
Leher : retraksi suprasternal (-), pembesaran KGB (-), kaku
kuduk (-)
Pemeriksaan Thorax

Inspeksi :Asimetris, kanan tertinggal, Pernafasan


thoracoabdominal, retraksi suprasternal (-), retraksi intercostal (-),
retraksi epigastrium (-)
Palpasi : Sf kanan < Sf kiri
Perkusi : redup/redup pada bagian bawah paru kanan dan kiri
Auskultasi : Vesikuler (+/+), rh (-/-), wh (-/-)
Jantung
BJ I > BJ II, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Simetris, luka memar pada abdomen (-)
Palpasi : Nyeri tekan (+) epigastrium, defans muscular (-)
H/L : Tidak teraba
Ginjal : Ballotement (-)
Perkusi : Timpani, shifting dullness (-), undulasi (-)
Auskultasi : Peristaltik 3x/menit, kesan normal
Ekstremitas atas :
Pucat (-/-), sianosis (-/-)

Ekstremitas bawah :
Pucat (-/-), sianosis (-/-)

Tulang belakang : dalam batas normal


Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Laboratorium 24/02/2017 Nilai normal

Hemoglobin 13,0 12-15 gr/dl


Hematokrit 40 37-47 %
Eritrosit 4,8 x 106 4,2-5,4. 106/mm3
Leukosit 18,9 x 103 4,5-10,5. 103/mm3
Trombosit 485 x 106 150-450. 103/mm3
Eosinofil 0 0-6 %
Basofil 0 0-2%
N. Batang 0 2-6%
N. Segmen 92 50-70%
Limfosit 6 20-40%
Monosit 2 2-8%

GDS 116 < 200 mg/dl


Ureum 21 13-43 mg/dl
Creatinin 0,40 0,51-0,95 mg/dl
Na 145 132-146 mmol/L
K 4,5 3,7 5,4 mmol/L
Cl 106 98 -106 mmol/L
Thorax PA

Cor : bentuk dan ukuran


normal
Pulmo : dalam batas normal

Kesimpulan : Efusi Pleura Bilateral


Diagnosis

Efusi Pleura Bilateral ec


Malignancy (adenocarsinoma)
Sindrome Dispepsia
TATALAKSANA

Diet MB
IVFD Asering 5/5 aminofluid 20 tpm
Injeksi Fosmicin 1gr/ 12 jam
Injeksi Ranitidin 1 amp/ 12 jam
Nebule ventolin 1 resp / 8 jam
Domperidon 3x1
Duragesic patch
Planning

Foto thorax
Ct Scan thorax
PROGNOSIS

BONAM BONAM DUBIA

QUO AD VITAM QUO AD FUNCTIONAM QUO AD SANACTIONAM

19
Tinjauan Pustaka

Definisi

Efusi pleura adalah adanya penumpukan cairan dalam rongga


(kavum) pleura yang melebihi batas normal. Dalam keadaan
normal, jumlah cairan dalam rongga pleura sekitar 10-20 ml.
Epidemiologi

Pada populasi umum secara internasional, diperkirakan tiap 1


juta orang, 3000 orang terdiagnosa efusi pleura.1
WHO memperkirakan jumlah kasus efusi pleura di seluruh
dunia cukup tinggi menduduki urutan ke-3
Kejadian efusi pleura adalah sama antara kedua jenis kelamin
Namun, penyebab tertentu memiliki kecenderungan seks.
Sekitar dua pertiga dari efusi pleura ganas terjadi pada wanita.
Efusi pleura ganas secara signifikan berhubungan dengan
keganasan payudara dan ginekologi.
Klasifikasi Tuberkulosis

Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak (BTA) (1)


1. Tuberkulosis paru BTA (+) :
a. Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak
hasilnya BTA(+)
b. Satu spesimen dahak BTA(+) dan radiologis
menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif
c. Satu spesimen dahak BTA (+) dan biakan (+)
2. Tuberkulosis paru BTA (-)
a. Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan
BTA (-), gambaran klinis dan kelainan radiologis
menunjukkan tuberkulosis aktif
b. Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan
BTA (-) dan biakan M. Tuberculosis (+)
Berdasarkan tipe pasien :
a. Kasus baru

b. Kasus relaps

c. Kasus drop out

d. Kasus gagal pengobatan

e. Kasus kronik

f. Kasus Bekas TB
Patogenesis TUBERKULOSIS
a) Gejala sistemik/umum
GEJALA KLINIS
Penurunan nafsu makan dan berat badan.
Perasaan tidak enak (malaise), lemah.
Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung
lama, biasanya dirasakan malam hari disertai
keringat malam. Kadang- kadang serangan
demam seperti influenza dan bersifat hilang
timbul.

b) Gejala khusus (respiratori)


Batuk > 2 minggu.
Batuk darah.
Sesak nafas.
Nyeri dada.
Diagnosis TB

Anamnesis gejala klinis


P. Fisik Kelainan pada lobus superior(apeks dan
segmen posterior), apeks lobus inferior suara nafas
bronkial, amforik, suara nafas melemah, ronki basah,
tanda tanda penarikan mediastinum.
P. Penunjang
Foto Thorax
Sputum BTA SPS
Kultur
Gene Xpert
PCR
Uji tuberkulin
Tatalaksana
Pengobatan Tuberkulosis
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3
bulan) dan fase lanjutan 6, 9, atau 12 bulan. Paduan obat yang digunakan terdiri dari
paduan obat utama dan tambahan.
Obat yang dipakai:
Jenis obat utama (lini 1) yang digunakan adalah:
INH
Rifampisin
Pirazinamid
Streptomisin
Etambutol
Jenis obat lini kedua :
Kanamisin
Amikasin
Kuinolon
Amoksisilin + asam klavulanat
Derivat rifampisin dan INH
Tabel 1. dosis OAT dosis tunggal

Tabel 2. Dosis Kombinasi Dosis Tetap


TB Paru kasus putus berobat

Berobat > 4 bulan


BTA saat ini Klinis (-) dan radiologi tidak aktif atau ada perbaikan
maka pengobatan OAT dihentikan. Bila gambaran radiologi
aktif, lakukan analisis lebih lanjut untuk memastikan diagnosis TB
dengan mempertimbangkan juga kemungkinan penyakit paru
lain. Bila terbukti TB maka pengobatan dimulai dari awal dengan
paduan obat yang lebih kuat dan jangka waktu pengobatan
yang lebih lama
BTA saat ini positif Pengobatan dimulai dari awal dengan
paduan obat yang lebih kuat dan jangka waktu pengobatan
yang lebih lama
Berobat < 4 bulan
Bila BTA positif, pengobatan dimulai dari
awal dengan paduan obat yang lebih kuat
dan jangka waktu pengobatan yang lebih
lama
Bila BTA negatif, gambaran foto toraks
positif TB aktif pengobatan diteruskan Jika
memungkinkan seharusnya diperiksa
uji resistensi terhadap OAT
Komplikasi
Batuk darah
Pneumotoraks
Luluh paru
Gagal napas
Gagal jantung
Efusi pleura
Prognosis
Jika berobat teratur sembuh total (95%)
Jika dalam 2 tahun penyakit tidak aktif,
hanya sekitar 1 % yang mungkin relaps
Terapi yang cepat dan legeartis akan
sembuh baik
Bila daya tahan baik dapat sembuh
sendiri.4
Kasus Teori
Sesak nafas
AnalisaSejak
Kasus TB Paru (Kronik)

Batuk berdahak 6
hari Gejala respiratorik
Batuk darah
yang
Demam lalu Gejala Sistemik

Batuk berdahak Pneumonia (Akut)


Sejak 2
Keringat malam
tahun Batuk-batuk
Penuruan BB yang bertambah
Demam lalu
Perubahan karakteristik
.
dahak / purulen
+ Riw. OAT tidak tuntas 1 tahun
yg lalu Suhu tubuh >38 C
(aksila) / riwayat
demam
Kasus Teori
Pemeriksaan thorax TB Paru
Analisa
Inspeksi
: simetris
Kasus Kelainan paru pada
umumnya terletak di
Palpasi : Sf meningkat di daerah lobus superior
(apeks dan segmen
paru kiri dan kanan posterior) serta daerah
bagian bawah apeks lobus inferior
Perkusi : redup/redup Pneumonia
pada bagian bawah inspeksi dapat
paru kiri dan kanan terlihatbagian yang sakit
tertinggal waktu bernapas,
Auskultasi : palpasi fremitus dapat
bronkovesikuler (+/+), rh mengeras
perkusi redup
(+/+), wh (-/-)
auskultasi terdengar suara
napas bronkovesikuler
sampai bronkial yang
mungkin disertai ronki basah
halus, yang kemudian
Kasus Teori

Pasien Analisa Kasus


ini TB paru BTA (-) apabila hasil pemeriksaan

dikategorikan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif,


gambaran klinis dan kelainan radiologi
pasien TB BTA menunjukkan tuberkulosis aktif atau hasil
negatif kasus pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan
putus obat BTA negatif dan biakan M. Tuberculosis
susp. TB MDR. Kasus defaulted atau drop out Adalah
pasien yang telah menjalani pengobatan
> 1 bulan dan tidak mengambil obat 2
bulan berturut-turut atau lebih sebelum
masa pengobatannya selesai.
pasien TB yang kembali setelah lalai
berobat, maka harus dicurigai mengalami
TB MDR (kemenkes 2014)
Pengobatan yang tidak tuntas dapat menyebabkan
KESIMPULAN
penyakit tidak sembuh, atau bahkan menjadi berat.
Selain kemungkinan dapat menularkan penyakit
pada orang lain, penyakit juga semakin sukar untuk
diobati.

Oleh karena itu penting dilakukan edukasi yang baik


pada pasien dan keluarga serta pengawasan
terhadap jalannya terapi untuk mencegah kasus
putus obat dan meminimalkan resiko menjadi TB
MDR.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai