Anda di halaman 1dari 87

RIKDA IRHAM MUNAZAT

030.05.193

1
Secara anatomis sebagian besar organ urogenital
terletak di rongga retroperitoneal ( kecuali genitalia
eksterna), dan terlingdung oleh otot-otot dan organ-
organ lain.

Cedera yang mengenai organ urogenitalia bisa


merupakan cedera dari luar berupa lunak tumpul
maupun tajam , dan cedera iatrogenic akibat tindakan
dokter pada saat operasi atau petugas medic yang lain.

2
3
4
Trauma Ginjal
Trauma ginjal adalah cedera pada ginjal yang
disebabkan oleh berbagai macam rudapaksa baik
tumpul maupun tajam.

5
TRAUMA LANGSUNG
Gambar. Trauma ginjal
tumpul
langsung akibat benturan
yang mengenai daerah
pinggang

6
TRAUMA TIDAK LANGSUNG
Gambar. Trauma ginjal
deselerasi
Tidak langsung yaitu
merupakan cedera deselerasi
akibat pergerakan ginjal
secara tiba-tiba di dalam
rongga retroperitonium
Goncangan ginjal di dalam
rongga retroperitonium
regangan pedikel ginjal
sehingga menimbulkan
robekan tunika intima arteri
renalis.
7
Klasifikasi
Menurut derajat berat ringannya kerusakan pada
ginjal, trauma ginjal dibedakan menjadi (1) cedera
minor, (2) cedera mayor, (3) cedera pada pedikel atau
pembuluh darah ginjal.

Sebagian besar (85%) trauma ginjal merupakan cedera


minor (derajat I dan II), 15% termasuk cedera mayor
(derajat III dan IV), dan 1% termasuk cedera pedikel
ginjal.
8
Klasifikasi trauma ginjal menurut Sargeant dan
Marquadt yang dimodifikasi oleh Federle:

Kontusio ginjal.
laserasi korteks dan
medulla tanpa gangguan
pada sistem pelviocalices.
Hematom minor dari
subcapsular
Kapsul ginjal masih utuh
75 80 % dari keseluruhan
trauma ginjal.

9
Laserasi parenkim yang
berhubungan dengan
tubulus kolektivus
sehingga terjadi extravasasi
urine.
Sering terjadi hematom
perinefron.
Luka yang terjadi biasanya
dalam dan meluas sampai
ke medulla.
10 15 % dari keseluruhan
trauma ginjal.
10
Laserasi ginjal sampai
pada medulla ginjal,
mungkin terdapat
trombosis arteri
segmentalis.
Trauma pada
vaskularisasi pedikel
ginjal
5 % dari keseluruhan
trauma ginjal

11
Laserasi sampai
mengenai kalikes ginjal.
Laserasi dari pelvis renal

12
Avulsi pedikel ginjal,
mungkin terjadi
trombosis arteri renalis.

Fragmentasi ginjal
(ginjal terbelah
mmenjadi beberapa
bagian.

13
Diagnosis
a) Anamnesa :
riwayat trauma darah pinggang, punggung, dada sebelah bawah, perut bagian atas
disertai jejas pada daerah tsb, cedera deselerasi berat akibat jatuh dari ketinggiam
atau kecelakaan lalu lintas.
kencing darah, nyeri pinggang,

b) Pemeriksaan klinis :
Status Umum : Dicari apakah ada tanda kekurangan darah atau adanya syok karena
berkurangnya volume darah atau cairan intravaskuler. Dicari apakah ada kerusakan
organ lain akibat proses rudapaksa yang dialami penderita.
Status Urologis :
Inspeksi : Dilihat apakah ada jejas, hematome, luka terbuka, luka tusuk, luka masuk
atau
luka keluar akibat tembakan didaerah perut bagian atas ( kiri atau kanan ), pinggang
(kanan atau kiri) dicari apakah ada gross hematuria.

14
Diagnosis
Palpasi : Dicari apakah ada tanda patah tulang iga 8-12, dan tanda penumpukan
darah didaerah ginjal. Biasanya ditemui adanya nyeri tekan ataupun nyeri ketok
pada daerah ini.

Auskultasi : Pada kasus dimana sudah terjadi inhibisi cairan dari retroperitoneal
kedalam rongga peritoneal biasanya ditemui tanda ileus paralitik.

c) Pemeriksaan Laboratorium :Hematuri/Erytrocyturia


Perdarahan : HB --, Lekosit ++
.

15
d) Pemeriksaan foto rontgen
BNO : Batas ginjal tidak jelas, PSOAS Shadow menghilang

IVP dilakukan jika diduga ada (1) luka tusuk atau luka tembak yang mengenai ginjal, (2)
cedera tumpul ginjal yang memberikan tanda-tanda hematuria makroskopik, dan (3)
cedera tumpul ginjal yang memberikan tanda-tanda hematuria mikroskopik dengan
disertai syok.

Pada kontusio renalis IVP menjukan adanya hematoma parenkim ginjal yang terbatas
pada subkapsuler dan dengan kapsul ginjal yang masih utuh.

Pada kontusio renis yang luas memberikan gambaran sistem pelvikalises yang spastik
atau tak tampak dapat pula terjadi pada ruptur pedikel atau pada pasien syok pada saat
menjalani IVP

16
Blunt renal trauma to left kidney demonstrating
extravasation (at arrow) on intravenous urogram

17
Pemeriksaan USG juga dapat dilakukan untuk
menemukan adanya kontusio parenkim ginjal
atau hematoma subkapsuler dan dapat pula
diperlihatkan adanya robekan kapsul ginjal.

CT scan dapat menunjukkan adanya robekan


jaringan ginjal, ekstravasasi kontras yang luas, dan
adanya nekrosis jaringan ginjal serta mendeteksi
adanya trauma pada organ lain.

18
Terapi
Terapi Konservatif

Tindakan konservatif ditujukan pada trauma minor. Dilakukan observasi tanda-


tanda vital, kemungkinan adanya penambahan massa di pinggang, adanya
pembesaran lingkaran perut, penurunan kadar haemoglobin darah, dan perubahan
warna urine.

Jika selama tindakan konservatif terdapat tanda-tanda perdarahan atau kebocoran


urine yang menimbulkan infeksi, harus segera dilakukan tindakan operasi.

19
Terapi
Eksplorasi emergensi :

Macam perlakuan tergantung pada derajat kerusakan ginjal yang ditemui saat
eksplorasi serta pertimbangan kondisi ginjal kontralateral. Tindakan yang paling
sering dilakukan nefrektomi. Tindakan lain yang mungkin dilakukan adalah
nefrektomi parsial, reparasi kerusakan parenkim dan sistim kaliks serta reparasi
kerusakan vaskuler.

Eksplorasi tertunda : yaitu tindakan eksplorasi yang dilakukan pada penderita


dengan terapi konservatif dengan komplikasi berupa gejala perdarahan berulang,
infeksi dan timbulnya urinoma.

Terapi Late complication : pada penderita yang pernah mengalami trauma


ginjal dapat timbul komplikasi berupa hipertensi, fistel arteri-venosa, urolithilasis
dan pielonefritis. Pada penderita tersebut dapat dilakukan tindakan ; terapi
urolithiasis koreksi hidronefrosis atau fistel AV, atau nefrektomi.

20
20
1. Dini : -Shock/perdarahan
- 70 - 80% perdarahan berhenti spontan
- Perdarahan sekunder dapat terjadi dlm 1-2 minggu
karena Infeksi.
- Infeksi pada Hematom/Infiltrat Urine abses
Sepsis.

21
Atrofi Ginjal + Hipertensi Dari Bendungan
A.Renalis , Akibat Trombus/Jaringan Fibrosis
Ischemi Ginjal Atrofi
Fistul ke kulit karena adanya kemungkinan
komplikasi lanjut ini maka semua trauma ginjal harus
di kontrol + IVP dlm 3-6 bulan.

22
TRAUMA URETER

23
TRAUMA URETER
ETIOLOGI :
1. DARI LUAR :
Tusukan
Tembak
2. DARI DALAM :
Pada Operasi-Operasi yang sulit
Terikat Obstruksi
Terpotong Extravasasi Urin
Pemasangan Kateter Ureter

24
TERIKAT :
a.Total Seluruh
Obstruksi HYDRONEFROSIS
Nekrosis ureter yang terikat
b. Sebagian Extravasasi Urin infeksi
Peritonitis Infiltrat
Fistul Sepsis Absces

25
TERPOTONG
Total
Parsial

26
Pada pemeriksaan IVP tampak ekstravasasi kontras
atau kontras berhenti didaerah lesi atau terdapat
deviasi ureter ke lateral karena hematoma atau
urinoma. Pada cedera yang lama mungkin didapatkan
hidro-uretronefrosis sampai pada daerah sumbatan.
Cedera ureter dari luar seringkali diketemukan pada
saat melakukan eksplorasi laparatomi karena cedera
organ intraabdominal sehingga seringkali tidak
mungkin melakukan pemeriksaan pencitraan terlebih
dahulu.

27
28
Table Kecurigaan ureter iatrogenic
Saat operasi Lapangan operasi banyak cairan
Hematuria
Anuria/ oligouria jika cedera bilateral

Pasca bedah Demam


Ileus
Nyeri pinggang akibat obstruksi
Luka operasi selalu basah
Sampai beberapa hari cairan drainase jernih
dan banyak
Hematuria persisten dan hematoma/urinoma
di abdomen
Fistula ureterokutan/ fistula uretovagina
29
Trauma Ureter

30
KOMPLIKASI
1. Infiltrat Urin - Fistul, Sepsis
2. Stenosis Ureter Hidronefrosis
3. Pyelonefritis Infeksi
4. Peritonitis Sepsis
5. Uremia Tersumbat kiri & kanan
PENGOBATAN
1. WAKTU OPERASI
Terpotong anastomosis end to end
Terikat potong ikatan anastomosis end to end
Perforasi e.c kateter biarkan
Gap Distal :
Tanamkan ke ureter yang lain
Uretero Neocyctostomi
Ureterostomi

31
KETAHUAN POST-OP ,Segera Repair
Bila sebagian besar ureter hilang :
Auto Transplantasi ke fossa iliaca
Ileo Conduit - Bricker
Nefrektomi ginjal lain baik
Sudah ada infiltrat/absces
Insisi drainage
Antibiotika
Repair sesudah tenang
32
33
Ureteroureterostomy

34
transureteroureterostomy

35
Autotransplantation

36
36
Intestinal Replacement of the Ureter

37
TRAUMA BULI-BULI
Angka kejadian trauma pada buli-buli pada beberapa
klinik urologi kurang lebih 2% dari seluruh trauma
pada system urogenital.

38
PENDAHULUAN
Ruptura/Perforasi Buli-buli Gawat Darurat Bedah !!!
PENYEBAB : - Trauma akibat fraktur pelvis 90%
Fiksasi buli-buli pada tulang pelvis oleh fasia endopelvik dan diafragma pelvis
sangat kuat sehingga cedera deselerasi terutama jika titik fiksasi fasia bergerak dari
arah berlawanan (seperti pada fraktur pelvis),dapat merobek buli-buli.
Bisa juga akibat fragmen tulang pelvis merobek dinding nya.

Akibat Trauma Gejala Disamarkan Dg :


- Fr.Panggul
- Ruptur Hepar/Lien
laki-laki > wanita

39
PATOLOGI DAN PATOGENESIS
1.TUSUKAN DAERAH PANGGUL
HEMATURI RUPTUR BULI-BULI
2. TRAUMA TUMPUL :
Kontuisi : keregangan / laserasi
mukosa
buli-buli.
RUPTUR :
Parsiel
Total
40
Dalam keadaan penuh
terisi urine,buli-buli mudah
sekali robek mendapatkan
tekanan dari luar berupa
benturan pada perut sebalah
bawah.Buli-buli akan robek
pada daerah fundus dan
menyebabkan exravasi urine
ke rongga intraperitoneum

41
Trauma iatrogenic antara lain pada reseksi transuretral
(TUR buli-buli) atau pada litotripsi, partus atau
tindakan operasi pada daerah pelvis dapat
menyebabkan trauma iatrogenic pada buli-buli.

Ruptura buli-buli dapat pula terjadi secara


spontan,hal ini biasanya terjadi jika sebelumnya
terdapat kelainan pada dinding buli-buli.Tuberkolosis,
tumor buli-buli atau obstruksi.pada keadaan itu bisa
terjadi ruptura buli-buli spontanea.
42
Trauma Buli-Buli

43
44
DIAGNOSIS
a. Anamnesa :
Keluhan utama :
- nyeri didaerah supra simphysis
- kencing darah atau bercampur darah
- tidak keluar kencing dan atau tidak ingin kencing
Anamnesa kausal :
- riwayat trauma

45
b. Pemeriksaan klinis :
1. Status umum : Tensi, nadi, respirasi
( ingat ABCD, karena biasanya disertai dengan trauma ditempat lain )
2. Status urologi :
Inspeksi :
- adanya jejas didaerah simfisis atau pelvis
- kwalitas urin yang keluar ( hematuria )
- abdomen distended bagian bawah (supra simphysis)
Palpasi :
- nyeri tekan di supra simfisis / abdomen bawah
- abdomen tegang (peritonismus)
- buli-buli tak teraba (kosong)
- terdapat infiltrat urin di daerah prevesikal
Perkusi : nyeri ketok supra simfisis
RT : prostat melayang/tidak teraba ditempat

46
GEJALA-GEJALA RUPTUR TOTAL EXTRA
PERITONEAL
Retensi Urinae Ingin kencing Sedikit + Darah
Sakit & Bengkak SP Pubis DD : Fr.Pubis
Perut Bg Bawah tegang + Massa Infiltrat & Darah
DD Ruptura Urethrae Post RT :vermooten sign
GEJALA-GEJALA RUPTUR TOTAL INTRA
PERITONEAL
Tak Ingin Kencing
Sakit Perut Bagian Bawah Meluas Peritonitis
Diffusa
Sakit Bahu Perangsangan Diafragma
Tanda-tanda Cairan Bebas di Perut
Tanda-tanda Peritonitis
DD : Rupt.Lien/Hepar
RT : Cav.Douglasi Menonjol
LABORATORIUM
Anemia Hb Leukosit
Hematuri/Erythrocyturia

47
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan pencitraan dengan sitografi yaitu dengan memasukan kontras
kedalam buli-buli sebanyak 300-400ml secara gravitasi (tanpa tekanan) melalui
kateter peruretram.kemudian dibuat beberapa foto yaitu
(1)foto pada saat buli-buli terisi kontras dalam anterior posterior (ap)
(2) pada posisi oblik dan
(3) wash out film yaitu setelah kontras dikeluarkan dari buli-buli.
Jika didapatkan robekan pada buli-buli,terlihat ekstravasi kontras di dalam rongga
perivesikal yang merupakan adanya tanda robekan ekstraperitoneal.jika terdapat
kontras yang berada di sela-sela usus berati robekan buli-buli intraperitoneal.Pada
perforasi yang kecil sering tidak tampak adanya ekstravasi (negatif palsu) terutama
jika kontras yang dimasukan kurang lebih 250 ml.

- Test buli-buli :
Masukkan cairan fisiologis 300 cc melalui kateter per urethra, kemudian keluarkan
lagi bila jumlah yang keluar lebih sedikit, trauma buli-buli.
- Sistoskopi

48
Klasifikasi

49
50
51
52
53
Tata Laksana
Kontusio Buli-buli
Cukup dengan kateter untuk mengistirahatkan buli-buli.

Cedera intraperitoneal
Eksplorasi laparatomi untuk menutup robekan, karena ekstravasasi dapat
menyebabkan peritonitis. Rongga intraperitoneum dicuci, robekan dijahit 2 lapis,
dipasang kateter sistostomi via sayatan laparatomi

Cedera ekstraperitoneal
Pemasangan kateter untuk mengistirahatkan buli-buli
Penjahitan robekan dan pemasangan kateter sistostomi bila terdapat indikasi.

54
DIFFERENTIAL DIAGNOSE
1. HEMATURI
RUPT.GINJAL/URETER IVP
RUPT.URETRAE
KATETER
URETHROCYSTOGRAFI
2. CAIRAN INTRA PERITONEAL
RUPT. LIEN/HEPAR HEMATURI (-)
KOMPLIKASI
1. INFILTRAT URINE FISTEL
SEPSIS
2. PERITONITIS

55
Trauma Uretra

56
Trauma uretra anterior
Trauma uretra posterior

57
Etiologi
TRAUMA URETHRA
PENDAHULUAN :
RUPTURA URETHRAE
GAWAT DARURAT BEDAH INFILTRAT URINE
SERIUS STRICTURA URETHRAE
UMUMNYA . PD KOMPLIKASI OBGYN
GEJALA UMUM :
Perdarahan Perurethram
Hematom infiltrat urine
Retensio Urinae
GEJALA LAIN :
1. TERGANTUNG LOKALISASINYA
PARS MEMBRANACEA
URETRA POST.
PARS PROSTATIKA
PARS BULBOUSA
URETRA ANT.
PARS PENDULOSA
2. KERUSAKAN ORGAN LAIN.
FR. OS PUBIS
SYPHISIOLISIS

58
Trauma Uretra Posterior

Melalui gambaran uretrogram , Colapinto dan McCollum (1976)


membagi derajat uretra dalam 3 jenis :
1. Uretra posterior masih utuh dan hanya mengalami peregangan. Foto uretrogram
tidak menunjukkan adanya ekstravasasi, dan uretra hanya tampak memanjang.

2. Uretra posterior terputus pada perbatasan prostato-membranasea, sedangkan


diafragma urogenitalia masih utuh. Foto uretrogram menunjukkan ekstravasasi
kontras yang masih terbatas di atas diafragma urogenitalis.

3. Uretra posterior, diafragma urogenitalis, dan uretra pars bulbosa sebelah


proksimal ikut rusak. Foto uretrogram menunjukkan ekstravasasi kontras meluas
hingga di bawah diafragma urogenitala sampai ke perineum.

59
60
61
RUPTARA URETA ANTERIOR
Cedera dari luar yang sering menyebabkan kerusakan
uretra anterior adalah straddle injury (cedera
selangkangan) yaitu uretra terjepit diantara tulang
pelvis dan benda tumpul. Jenis kerusakan uretra yang
terjadi berupan : kontusiop dinding uretra, rupture
parsial, rupture total dinding uretra.

62
63
PATOLOGI
Uretra anterior terbungkus didalam korpus spongiosum
penis. Korpus spongiosum bersama dengan corpora
kavernosa penis dibungkus oleh fasia Buck dan fasia Colles.
Jika terjadi rupture uretra beserta korpus spongiosum,
darah dan urine keluar dari uretra tapi masih terbatas
dalam fasia Buck, dan secara klinis terlihat hematoma
terbatas pada penis. Namun jika fasia Buck ikut robek,
ekstravasasi urine dan darah hanya dibatasi oleh fasia
Colles sehingga darah dapat menjalar hingga skrotum atau
dinding abdomen. Oleh karena itu gambarannya seperti
kupu-kupu sehigga disebut butterfly hematoma .

64
A. Anamnesa :
Keluhan Utama :
- Keluar darah lewat uretra
- Tidak bisa kencing
- Hematom urin infiltrat darah uretra / srotum.
Anamnesa kausal :
- Trauma tajam
- Trauma tumpul
- Trauma akibat instrumentasi uretra berupa pemasangan kateter atau sistoskopi. Pada
trauma tumpul : cara terjadi berupa straddle injury atau fraktur pelvis (bahkan fraktur)
A. Pemeriksaan Fisik
1. Tanda vital
2. Status umum
3. Status urologis / lokalis
Inspeksi :
- Keluar darah lewat meatus uretra
- Buli-buli penuh
- Hematom/urin Infiltrat darah uretra atau skrotum

65
Palpasi :
- Teraba buli penuh
- Pembengkakan di uretra, perineum, skrotum
- Nyeri tekan
Colok dubur :
- Terdapat prostat melayang

66
67
TINDAKAN
Kontusio uretra tidak memerlukan terapi khusus,tetapi
mengingat cedera ini dapat menimbulkan penyulit striktur uretra
dikemudian hari, maka setelah 4-6 bulan perlu dilakukan perlu
dilakukan uretrografi ulangan.
Pada rupture uretra parsial dengan ekstravasasi ringan, cukup
dilakukan sistostomi untuk mengalihkan aliran urine.
Kateter sistostomi dipertahankan sampai 2 minggu, dan dilepas
setelah diyakinkan melalui pemeriksaan uretrografi bawah sudah
tidak ada ekstravasasi kontras atau tidak timbul striktura uretra.
Namun jika timbul striktura ureta, dilakukan reparasi uretra
atau sache.

68
Trauma Tumpul
Trauma Tajam
Fraktur Penis
Strangulasi Penis

69
Pada trauma tumpul atau terkena mesin, jika tidak
terjadi amputasi total, penis cukup dibersihkan dan
dilakukan penjahitan primer.
Jika terjadi amputasi total dan dibagian distal dapat
diidentifikasi, dianjurkan dicuci dengan larutan garam
fisiologis kemudian disimpan dalam kantong es, dan
dikirim ke pusat rujukan.
Jika masih mungkin dilakukan replantasi
( penyambungan) secara mikroskopik.

70
71
Fraktur penis

Adalah rupture tunika albuginea korpus kapernosum


penis yang terjadi saat penis dalam keadaan ereksi.
Rupture ini bisa disebabkan karena dibengkokan
sendiri oleh pasien pada saat masturbasi, dibengkokan
oleh pasangannya, tertekuk tidak sengaja pada saat
hubungan seksual. Akibat tertekuk ini, penis menjadi
bengkok (angulasi) dan timbul hematoma pada penis
dengan disertai rasa nyeri.
72
Untuk mengetahui letak rupture, pasien perlu
menjalani pemeriksaan foto kaversonografi yaitu
memasukan kontras kedalam korpus kavernosum dan
kemudian diperhatikan adanya ekstravasai kontras
keluar dari tunika albuginea.

73
Tindakan
Eksplorasi rupture dengan sayatan sirkumsisi,
kemudian dilakukan evakuasi hematoma. Selanjutnya
dilakukan penjahitan pada robekan tunika albuginea.
Robekan yang cukup lebar jika dilakukan evakuasi
hematom dan penjahitan, dapat menyebabkan
terbentiknya jaringan ikat pada tunika yang
menimbulkan rasa nyeri pada penis dan bengkok
sewaktu ereksi.

74
75
76
Strangulasi penis

Adalah jeratan pada pangkal penis yang menyebabkan gangguan


aliran darah pada penis. Gangguan ini mengakibatkan penis
menjadi iskemik dan edema yang jika dibiarkan akan menjadi
nekrosis.
Jeratan ini dapat terjadi pada orang dewasa atau anak-anak pada
orang dewasa penjeratnyaadalh logam, tutup botol, atau karet
yang biasanya dipasang pada batang penis untuk memperlama
ereksi. Pada anak-anak biasany6a jeratan pada penis dipasang
oleh ibunya untuk mencegah ngompol (enuresis) atau tidak
sengaja terjadi pada bayi yang terjerat tali popok atau rambut
ibunya. Jeratan pada penis harus segera ditanggulangi dengan
melepaskan cincin atau penjerat.

77
Karena edema yang begitu hebat, jeratan oleh cincin
logam sulit untuk dilepaskan. Beberapa cara untuk
melepaskan cincin yang menjerat batang penis
adalah : 1) memotong logam itu dengan gerinda atau
gergaji listrik, tertapi dalam hal ini energy panas yang
ditimbulkan dapat merusak jaringan penis 2)
melingkarkan tali pada penis pada sebelah distal
logam dan kemudian melepaskannya perlahan-lahan
3) melakukan insisi pada penis yang telah mengalami
edema dengan membuang cairan (edema) sehingga
logam dapat dikeluarkan

78
79
80
81
82
Avulsi
Avulsi adalah kehilangan sebagian atau seluruh
dinding skrotum. Biasanya terjadi pada pekerja pabik
atau petani yang mempergunakan mesin pengolah
ladang. Celena dan kulit skrotam atau kulit penis
terjerat pada mesin yang sedang berputar.

83
Pertolongan pertama adalah memberikan analgetika,
sedative, serta tranquiliseruntuk menenangkan
pasien. Kemudian dilakukan pencucian luka dari
debris dan rambut yang menempel dengan melakukan
irigasi memakai air bersih atau garam fisiologis. Tidak
diperkenankan menyikat jaringan dan melakukan
irigasi dengan antiseptic. Dilakukan debridement
jaringan yang mengalami nekrosis, tetapi diusahakan
sedapat mungkin jangan terlalu banyak membuang
kulit skrotum yang masih hidup, karena skrotum
penting untuk membungkus testis.

84
Jika kulit skrotum yang tersisa tidak cukup untuk
membungkus testis, dianjurkan membuat kantong
dipaha atau inguinal guna meletakkan testis. Kantong
di inguinal lebih mudah membuatnya dari pada
dipaha, akan tetapi karena suhunya sama dengan di
rongga abdomen, testis yang diletakkan di inguinal
seringkali mengalami gangguan dalam proses
spermatogenesis. Karena itu pada pasien yang masih
muda, sebaiknya testis diletakkan pada kantong yang
dibuat dipaha.

85
TRAUMA TESTIS
Testis jarang ruptur karena mobil
Simptom & Sign
Nyeri testis sampai perut dan pinggang
Mual / muntah
Hematom cav.scroti
kontusio / laserasi perdarahan dari t.
vaginalis robek hematokel. Kalau
perlu periksa dengan USG
86
Trauma ringan Konservatif
Trauma berat :
Testis laserasi ringan jahit
testis fragmented orkidektomi

87

Anda mungkin juga menyukai